Pernah baca berita bank masuk “KBMI 1, 2, 3, atau 4” lalu bertanya-tanya, ini apa sih relevansinya buat ekosistem kripto? KBMI—Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti—adalah cara OJK mengelompokkan bank berdasarkan seberapa kuat modal intinya.
Bagi exchange aset kripto, pengelompokan ini bukan sekadar label; ia berpengaruh pada pilihan mitra perbankan, kualitas integrasi pembayaran, hingga kecepatan dan kenyamanan deposit–withdrawal pengguna.
Artikel ini mengurai makna KBMI, alasan pergeseran dari BUKU, kategorinya, lalu menautkannya dengan praktik kemitraan exchange–perbankan.
Apa Itu KBMI dan Kenapa Penting?
KBMI adalah klasifikasi bank yang berpatokan pada besaran modal inti (core capital). Modal inti ibarat “bantalan” pertama yang menyerap risiko dan menentukan kapasitas bank untuk tumbuh, berinovasi, serta membiayai infrastruktur.
Ketika sebuah bank memiliki modal inti lebih besar, secara umum ia punya kelonggaran investasi teknologi, prosedur kepatuhan yang lebih matang, juga daya tahan terhadap gejolak pasar.
Bagi exchange, hal-hal ini diterjemahkan menjadi dukungan API yang lebih andal, jendela settlement yang konsisten, serta dukungan operasional yang siap menghadapi lonjakan volume.
Dari BUKU ke KBMI: Pergeseran yang Lebih Relevan
Sebelumnya, pengelompokan bank di Indonesia populer dengan istilah BUKU—berbasis kegiatan usaha. OJK kemudian mengganti kerangka itu menjadi KBMI agar penilaian kapasitas bank lebih langsung mencerminkan kekuatan modalnya.
Ini membuat pengelompokan lebih “to the point”: bukan hanya apa saja aktivitas yang boleh dilakukan, tetapi seberapa kokoh pondasi permodalan untuk melakukannya secara berkelanjutan.
Buat exchange, sinyal ini membantu menyusun peta prioritas dalam memilih mitra bank: bukan sekadar “bisa atau tidak”, melainkan seberapa jauh kemitraan dapat diskalakan.
Kategori KBMI dan Ambang Modal Inti
Secara garis besar, KBMI dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan modal inti (dalam rupiah). KBMI 1 adalah bank dengan modal inti sampai dengan Rp6 triliun. KBMI 2 meliputi lebih dari Rp6 triliun hingga Rp14 triliun.
KBMI 3 menaungi lebih dari Rp14 triliun hingga Rp70 triliun. KBMI 4 adalah kelompok teratas: di atas Rp70 triliun. Pengelompokan ini tidak otomatis mengubah aturan modal inti minimum yang berlaku bagi bank; ia berfungsi sebagai kerangka prudensial untuk pengawasan dan perencanaan industri.
Pemetaan ini penting agar pelaku pasar, termasuk exchange, memahami kapasitas, skala, serta potensi kebutuhan kontrol risiko calon mitra.
Artikel Menariknya Untuk Kamu baca: 5 Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah: Saatnya Lirik Alternatif Berbasis Kripto?
Apa Artinya Klasifikasi Ini untuk Exchange?
Bank di KBMI yang lebih tinggi umumnya punya sumber daya TI dan kepatuhan lebih lengkap. Hasilnya, integrasi host-to-host atau open API cenderung stabil, audit trail rapi, dan standar SLA lebih tegas.
Namun, mereka juga lazim memiliki proses due diligence yang ketat—mulai dari KYC, APU–PPT, hingga manajemen risiko transaksi. Di sisi lain, bank pada KBMI lebih rendah sering kali gesit dan dekat dengan segmen tertentu (misalnya daerah atau niche industri).
Sehingga bisa menawarkan pendekatan lebih lincah atau biaya yang kompetitif, meski kemampuan “enterprise-grade” mungkin belum seluas bank jumbo. Exchange yang cerdas menimbang antara skala, ketahanan, biaya, dan kecepatan eksekusi.
Skema Kerja Sama yang Umum Dipakai
Dalam praktik, ada beberapa pola kerja sama exchange–perbankan.
- Virtual account (VA) collection untuk memudahkan deposit yang otomatis terkonfirmasi dan terekonkonsiliasi.
- Rekening penampung tersegregasi yang memisahkan dana operasional exchange dari dana pelanggan, meningkatkan kejelasan arus dana.
- Disbursement API untuk withdrawal cepat ke berbagai bank dengan cut-off yang jelas.
- Fraud & AML signal sharing, yaitu pertukaran sinyal risiko (misalnya pola transaksi tidak lazim) agar kedua pihak menjaga kepatuhan.
Semakin matang kelas KBMI bank, umumnya semakin kaya pula toolkit integrasi yang bisa dipakai—meski tiap bank tetap memiliki kebijakan risiko dan prioritas berbeda.
Dampak Langsung ke Pengguna
Buat pengguna, pilihan mitra bank oleh exchange berpengaruh ke pengalaman harian. Deposit yang masuk cepat, status transaksi yang transparan, biaya transfer yang masuk akal, serta minimnya downtime biasanya berkorelasi dengan integrasi yang rapi dan dukungan operasional yang kuat di sisi bank.
Ketika exchange menggandeng lebih dari satu bank lintas KBMI, pengguna mendapat alternatif jalur top-up/withdrawal, yang bermanfaat saat ada pemeliharaan sistem atau antrean settlement di salah satu kanal. Dampaknya bukan hanya kecepatan, melainkan juga kepercayaan: alur dana yang jelas dan rekonsiliasi yang akurat membuat pengguna merasa aman.
Strategi Exchange Memilih Mitra Bank
Ada beberapa prinsip praktis.
- Multi-banking: jangan bertumpu pada satu mitra; kombinasi bank KBMI tinggi untuk stabilitas dan bank KBMI lain untuk jangkauan wilayah/segmen bisa menyeimbangkan skala dan fleksibilitas.
- Due diligence menyeluruh: nilai kontrol APU–PPT, kapabilitas monitoring transaksi, kesiapan pelaporan ke regulator, serta kesiapan menindaklanjuti anomali.
- Arsitektur yang modular: gunakan layer pembayaran yang memungkinkan failover antarsaluran tanpa ganggu pengalaman pengguna.
- Governance dan SLA: sepakati metrik kinerja (availability, waktu rekonsiliasi, tingkat error), plus prosedur insiden dan eskalasi yang jelas.
Kepatuhan dan Manajemen Risiko: Fondasi yang Tak Bisa Ditawar
Kemitraan exchange–perbankan bertumpu pada keselarasan kepatuhan. Dari sisi exchange: proses KYC/EDD, pemantauan transaksi, penyaringan daftar sanksi, hingga tata kelola data harus solid.
Dari sisi bank: risk appetite terhadap aset kripto, kerangka uji kepatuhan, dan kesiapan menangani volume tinggi menjadi kunci. Ketika kedua pihak selaras, kolaborasi dapat memperluas inklusi keuangan sekaligus menjaga konsumen.
Ini juga membuka pintu inovasi—misalnya pemanfaatan ledger terdistribusi dalam proses rekonsiliasi—selama dikawal kontrol internal yang memadai dan kebijakan yang jelas terhadap eksposur kripto.
Apa yang Berubah untuk Industri?
Dengan KBMI, percakapan tentang kemitraan menjadi lebih objektif: bukan hanya “siapa banknya”, tetapi “seberapa kuat modal dan infrastrukturnya” untuk menopang solusi yang diinginkan. Industri perbankan Indonesia sendiri kian mengeksplorasi teknologi digital, termasuk blockchain untuk efisiensi dan transparansi internal.
Bagi exchange, tren ini berarti peluang integrasi yang makin dalam—dari notifikasi real-time, batch settlement yang lebih sering, hingga analitik risiko bersama—sekaligus standar kepatuhan yang makin tegas. Hasil akhirnya diharapkan adalah pengalaman pengguna yang lebih bersih, cepat, dan aman.
Kesimpulan
KBMI memberi kerangka yang jelas untuk membaca kapasitas bank: semakin besar modal inti, umumnya semakin kuat pula kemampuan teknologi, tata kelola, dan ketahanan operasional. Bagi exchange aset kripto, memahami peta KBMI membantu menyusun strategi multi-banking yang seimbang antara skala, biaya, dan kelincahan.
Kuncinya tetap sama: bangun integrasi yang andal, pegang teguh kepatuhan, tetapkan SLA yang tegas, dan siapkan rencana cadangan. Dengan fondasi tersebut, kerja sama exchange–perbankan dapat tumbuh sehat, mempercepat adopsi aset kripto, dan meningkatkan kepercayaan pasar—tanpa mengorbankan perlindungan konsumen.
Itulah informasi menarik tentang Blockchain yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market.
Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
- Apa itu KBMI?
KBMI adalah pengelompokan bank berdasarkan besaran modal inti untuk mencerminkan kapasitas dan ketahanan bank dalam beroperasi dan berinovasi. - Apakah KBMI mengganti BUKU?
Ya. KBMI menggantikan BUKU yang sebelumnya berbasis kegiatan usaha, sehingga fokusnya kini pada kekuatan modal bank. - Apakah semua bank wajib menaikkan modal ke angka tertentu karena KBMI?
Tidak. KBMI adalah kerangka pengelompokan; aturan modal inti minimum tetap mengacu pada ketentuan tersendiri yang berlaku. - Bank KBMI tinggi selalu lebih baik untuk exchange?
Tidak selalu. Bank KBMI tinggi biasanya kuat di infrastruktur dan governance, tetapi faktor biaya, jangkauan, dan kelincahan juga penting. Kombinasi mitra sering kali lebih optimal. - Apa dampak KBMI bagi pengguna exchange?
Umumnya kecepatan deposit/withdrawal, stabilitas layanan, dan transparansi aliran dana menjadi lebih baik ketika exchange dan bank selaras dalam integrasi, SLA, dan kepatuhan.
Author: ON