Sektor AI agent di crypto sempat mencetak hype besar pada 2024 dengan kapitalisasi pasar mencapai $16 miliar.
Namun, sebagian besar proyek gagal memenuhi roadmap dan hanya mengandalkan chatbot sederhana berbasis model AI yang sudah ada. Akibatnya, harga token anjlok lebih dari 90% dari puncaknya, membuat investor kehilangan minat.
Meski begitu, turunnya harga tidak berarti teknologi mati. Menurut laporan Tiger Research, pengembangan AI agent justru terus berjalan dan kini masuk fase yang lebih realistis. Fokus bergeser dari sekadar gimmick menuju produk nyata dengan nilai guna bagi pengguna.

Sumber Gambar: Tiger Research
Dari Generalis ke Spesialis
Gelombang awal AI agent banyak menawarkan konsep “general-purpose agent”, yang diklaim bisa melakukan berbagai fungsi sekaligus.
Sayangnya, pendekatan ini terbukti sulit dieksekusi. Kini, arah pasar berubah ke agen spesialis, AI yang dirancang untuk fungsi tertentu, seperti eksekusi transaksi, analisis data on-chain, atau strategi trading otomatis.

Sumber Gambar: Tiger Research
Beberapa proyek yang sempat menonjol, seperti aixbt dan Soleng, berhasil meluncurkan layanan analisis terbatas.
Namun, keterbatasan model bisnis dan ketergantungan pada harga token membuat keberlanjutan mereka goyah. Banyak proyek akhirnya berhenti beroperasi.
Baca juga selanjutnya: Top 10 AI Agent Crypto untuk Trading Cerdas di 2025
DeFAI Jadi Titik Balik
Sementara banyak proyek awal tumbang, sektor DeFAI (Decentralized Finance + AI) justru memberi harapan baru.
DeFAI menghadirkan agen AI yang bisa mengeksekusi strategi investasi otomatis 24/7, memudahkan pengguna mengakses layanan DeFi hanya dengan perintah sederhana.
Contoh menonjol adalah Wayfinder dengan arsitektur “Shells”, yaitu agen-agen khusus yang dilengkapi dompet terintegrasi untuk melakukan transaksi langsung di blockchain.
Ada agen transaksi, agen perpetual, hingga agen kontrak, masing-masing dengan fungsi spesifik. Dengan cara ini, pengguna bisa melakukan strategi seperti basis trading atau leverage DCA tanpa ribet.
Infrastruktur Kolaborasi Antar-Agen
Tren baru juga mendorong munculnya jaringan agen (agent networks). Alih-alih satu agen serba bisa, kini berbagai agen spesialis bekerja sama seperti tim dengan keahlian berbeda.
Salah satu pionirnya adalah Virtuals Protocol (VIRTUAL) dengan Agent Commerce Protocol (ACP). Framework ini memungkinkan agen berbeda berkomunikasi dan berbagi tugas. Infrastruktur semacam ini diyakini akan menjadi fondasi penting bagi ekosistem AI agent ke depan.
Masa Depan: Dari Hype Jadi Infrastruktur Wajib
Tiger Research menilai ada dua arah besar dalam perkembangan AI agent di crypto:
- AI agent jadi infrastruktur wajib – bukan sektor terpisah lagi, melainkan fitur inti proyek DeFi dan blockchain. Contoh: Nansen menggunakan research agent untuk menganalisis data on-chain yang kompleks.
- Agent commerce makin tumbuh – agen tidak hanya berinteraksi dengan manusia, tapi juga saling bertransaksi. Protokol keamanan dan mekanisme trust akan jadi elemen krusial.
Jika tren ini berlanjut, AI agent berpotensi menjadi “last-mile interface” yang menjembatani pengguna dengan blockchain.
Teknologi ini bisa menyederhanakan kerumitan DeFi sekaligus membuka peluang ekonomi baru.
Pelajari juga: Apa Itu AI Agents Crypto? Definisi, Cara Kerja, dan Manfaatnya
Kesimpulan
Hype token AI agent memang sudah runtuh, tapi justru dari kegagalan itu lahir fase baru yang lebih sehat. Pasar meninggalkan mimpi besar yang tak realistis dan kini berfokus pada produk nyata dengan nilai guna langsung.
DeFAI memberi bukti bahwa AI agent bisa lebih dari sekadar chatbot: mereka mampu menjalankan strategi kompleks, mengeksekusi transaksi lintas chain, hingga menjadi infrastruktur wajib di setiap proyek blockchain modern.
Jika tren spesialisasi agen, kolaborasi antar-agent, dan integrasi on-chain terus berlanjut, maka AI agent berpotensi menjadi tulang punggung baru Web3.
Dari sekadar hype sesaat, AI agent kini bertransformasi menjadi fondasi yang bisa menentukan arah inovasi crypto di tahun-tahun mendatang.
Artikel ini hasil Kolaborasi antara INDODAX x Tiger Research
FAQ
- Apa itu AI agent dalam crypto?
AI agent adalah program berbasis kecerdasan buatan yang bisa melakukan tugas otomatis di ekosistem blockchain, seperti eksekusi trading, analisis data, atau manajemen portofolio. - Kenapa harga token AI agent sempat anjlok 90%?
Karena banyak proyek hanya mengandalkan hype tanpa produk nyata. Sebagian besar gagal memenuhi roadmap dan akhirnya ditinggalkan investor. - Apa bedanya DeFAI dengan DeFi biasa?
DeFAI mengintegrasikan AI agent ke layanan DeFi. Bedanya, pengguna bisa mengakses strategi investasi otomatis 24/7 hanya dengan perintah bahasa natural, tanpa harus paham teknis rumit. - Proyek apa yang menonjol di sektor DeFAI?
Salah satunya Wayfinder, yang menghadirkan sistem Shells—agen AI spesialis dengan dompet on-chain untuk menjalankan transaksi dan strategi trading. - Bagaimana prospek AI agent di masa depan?
Menurut Tiger Research, AI agent akan jadi fitur inti proyek blockchain dan DeFi. Mereka akan berfungsi sebagai antarmuka akhir (last-mile interface) yang menyederhanakan interaksi pengguna dengan blockchain. - Apakah AI agent bisa menggantikan trader manusia?
AI agent lebih cocok sebagai asisten otomatis, bukan pengganti penuh. Mereka efektif untuk eksekusi strategi rutin, tapi keputusan strategis tetap perlu campur tangan manusia.
Itulah informasi berita crypto hari ini. Aktifkan notifikasi agar Anda selalu mendapatkan informasi terkini dan edukasi dari Akademi Crypto seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Anda juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya.
Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Ikuti juga sosial media INDODAX di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
Author: Fau
Tag Terkait: #Berita Kripto Hari Ini, #Berita Mata uang Kripto, #Berita Stablecoin, #Berita Blockchain, #Berita Artificial intelligence (AI), #Ai Crypto