Siapa sangka, seorang dokter bedah plastik bisa menjadi salah satu figur paling berpengaruh di dunia kripto.
Itulah kisah Giancarlo Devasini, sosok yang low profile, tetapi memegang kendali atas stablecoin terbesar di dunia, Tether ($USDT).
Bagaimana perjalanan Devasini hingga jadi salah satu tokoh paling berpengaruh di crypto global? Mari simak ulasannya berikut ini.
Latar Belakang Awal
Giancarlo Devasini lahir pada tahun 1964 di Torino, Italia. Setelah menyelesaikan pendidikan kedokteran di University of Milan pada 1990, ia memulai kariernya sebagai dokter bedah plastik.
Namun, profesi tersebut tidak memberinya kepuasan batin. Ia menilai pekerjaannya lebih sebagai bentuk “eksploitasi keinginan sesaat” ketimbang sebuah panggilan hidup.
Dua tahun setelah berpraktik, Devasini akhirnya mengambil keputusan besar, yaitu meninggalkan dunia medis dan mencari jalur baru yang lebih sesuai dengan minatnya pada teknologi.
Langkah berani keluar dari zona nyaman itu membawanya ke sektor bisnis hardware dan kemudian keuangan.
Pada 1992, ia memulai perjalanan wirausahanya dengan mendirikan Point-G Srl di Milan, yang mengimpor komponen komputer dari Asia untuk dipasarkan di Eropa. Kesuksesan awal itu membuatnya mendirikan Solo SpA pada 1997.
Perusahaan ini menjadi pionir di pasar DRAM dengan bisnis menyortir dan menjual kembali produk “out of spec” dari produsen besar seperti Micron Technology dan Taiwan Semiconductor.
Dari sana, Solo berkembang pesat, melahirkan sejumlah anak perusahaan dan meraih pendapatan ratusan juta euro per tahun sebelum akhirnya dijual pada 2008, tepat sebelum krisis keuangan global melanda.
Kisah awal ini memperlihatkan sisi penting dari perjalanan Devasini, yakni keberanian untuk keluar dari jalur yang sudah mapan demi mengejar hal yang benar-benar ia yakini.
Dari dokter menjadi pengusaha teknologi, keputusannya meninggalkan dunia medis justru membuka pintu menuju peluang yang jauh lebih besar, yang kelak mengantarkannya ke dunia kripto sebagai salah satu figur paling berpengaruh.
Artikel Menariknya Untuk Kamu Baca: 10 CEO Crypto Terkaya 2025, Siapa Paling Tajir?
Masuk ke Dunia Kripto
Setelah menjual bisnis hardware dan sempat mencoba pensiun pada 2008, Giancarlo Devasini merasa dirinya tidak cocok menjalani hidup tanpa tantangan. Beberapa tahun kemudian, tepatnya awal 2012, ia secara tidak sengaja menemukan Bitcoin.
Teknologi baru ini langsung memikat perhatiannya. Devasini melihat bahwa Bitcoin bukan hanya sekadar mata uang digital, tetapi sebuah terobosan besar yang bisa mengubah cara dunia memandang sistem keuangan.
Dari situlah ia menyadari bahwa masa depannya ada di industri kripto. Di akhir 2012, Devasini bertemu dengan Raphael Nicolle, sosok yang baru saja membangun Bitfinex dari puing-puing Bitcoinica.
Keduanya menemukan kesamaan visi, dan tidak lama kemudian Devasini bergabung sebagai mitra. Pada 2013, ia resmi menjabat sebagai Chief Financial Officer (CFO) Bitfinex.
Perannya tidak sebatas mengelola keuangan, tetapi juga ikut merancang pondasi crypto exchange agar bisa bertahan dan berkembang di tengah tantangan regulasi dan perbankan.
Ia berhasil membangun hubungan dengan bank, merekrut talenta penting, serta memindahkan operasi Bitfinex ke yurisdiksi yang lebih menguntungkan. Keterlibatan Devasini sejak awal menjadikan Bitfinex salah satu bursa kripto terbesar di dunia.
Perjalanannya pun menggambarkan transisi unik, yakni berawal dari dunia medis, kemudian menekuni bisnis hardware, masuk ke sektor keuangan, hingga akhirnya menjadi tokoh berpengaruh di ekosistem kripto global.
Tether dan Dominasi Stablecoin
Setelah sukses membangun Bitfinex, Giancarlo Devasini melangkah lebih jauh dengan mendirikan Tether pada 2014.
Inovasi ini menghadirkan stablecoin USDT yang dipatok dengan dolar AS, dirancang untuk menjembatani celah antara sistem keuangan tradisional dan dunia kripto yang dikenal penuh gejolak.
Gagasan tersebut terbukti revolusioner, karena memberi stabilitas di pasar yang sebelumnya sangat rentan terhadap fluktuasi harga.
Di bawah kendali Devasini, Tether berkembang menjadi stablecoin terbesar di dunia, dengan kapitalisasi pasar menembus lebih dari $100.000.000.000 pada April 2025, menurut Bloomberg.
Hampir semua bursa kripto utama kini menggunakan USDT sebagai pasangan perdagangan, menjadikannya semacam “pelumas” likuiditas yang menggerakkan ekosistem kripto global.
Menurut laporan Forbes 2025, Devasini memegang sekitar 47% saham Tether Holdings, menjadikannya pemegang saham terbesar sekaligus sosok kunci di balik pertumbuhan perusahaan.
Dengan strategi keuangannya, Tether mampu meraup laba hingga $6.200.000.000 pada 2023, sebagian besar dari bunga aset jaminan nasabah.
Dominasi Tether ini tidak hanya memperkuat posisinya di pasar kripto, tetapi juga mengokohkan nama Devasini sebagai salah satu miliarder paling berpengaruh di dunia finansial modern.
Kekayaan & Posisi di 2025
Pada 2025, Giancarlo Devasini tercatat memiliki kekayaan bersih sekitar $22.400.000.000 menurut data dari Forbes.
Lonjakan kekayaan ini terutama bersumber dari kepemilikannya di Tether, di mana ia diperkirakan menguasai hampir 47% saham.
Dengan laba perusahaan mencapai $6.200.000.000 pada 2023, Tether menjelma sebagai mesin keuangan yang memperkuat posisinya di jajaran miliarder dunia.
Kesuksesan tersebut menempatkan Devasini dalam daftar 100 orang terkaya global, sekaligus menjadikannya salah satu figur kripto paling berpengaruh.
Namun, berbeda dengan tokoh kripto lain seperti Changpeng Zhao dari Binance, Brian Armstrong dari Coinbase, atau Michael Saylor dari MicroStrategy, Devasini cenderung menjaga low profile dan jarang tampil di publik.
Gaya low profile inilah yang membuatnya kerap disebut sebagai sosok “bayangan” di balik dominasi stablecoin terbesar dunia.
Kontroversi & Kritik
Di balik dominasinya, Tether yang dipimpin Giancarlo Devasini tidak pernah lepas dari kontroversi. Isu utama yang kerap muncul adalah soal transparansi cadangan USDT.
Banyak pihak, termasuk regulator di Amerika Serikat dan Eropa, mempertanyakan apakah setiap token yang diterbitkan benar-benar didukung sepenuhnya oleh aset yang aman dan likuid.
Kritik ini membuat Tether sering berada dalam sorotan media, bahkan sempat diprediksi akan runtuh akibat tekanan regulasi.
Namun, dalam kenyataannya, Tether justru semakin besar. Dengan lebih dari 100.000.000.000 token yang sudah beredar pada 2025, USDT menjadi tulang punggung perdagangan kripto global.
Kondisi ini menunjukkan bahwa meski diselimuti kontroversi, Tether tetap mampu menjaga kepercayaan pasar dan terus menghasilkan keuntungan besar.
Dari sisi edukasi, kisah Devasini dan Tether memberi pelajaran penting, yaitu dalam dunia kripto, kekuatan besar hampir selalu hadir bersama kontroversi.
Stabilitas yang ditawarkan stablecoin seperti USDT membawa dampak besar terhadap ekosistem, tetapi di saat yang sama juga memicu perdebatan tentang akuntabilitas dan kepercayaan.
Pelajaran Inspiratif dari Giancarlo Devasini
Kisah hidup Giancarlo Devasini memberikan pelajaran berharga tentang keberanian untuk mengambil keputusan besar.
Dari seorang dokter bedah plastik yang menempuh pendidikan kedokteran di University of Milan, ia memilih meninggalkan jalur karier yang mapan demi mengikuti passion di bidang teknologi.
Keputusan pivot ini membawanya dari dunia medis ke bisnis hardware, lalu keuangan, hingga akhirnya menemukan panggilan baru di industri kripto.
Menariknya, meski kini ia menguasai posisi strategis sebagai CFO Bitfinex dan pemegang saham terbesar Tether, Devasini tetap menjaga citra low profile.
Ia jarang tampil di media, tetapi pengaruhnya di balik layar sangat besar, terutama dalam membangun Tether menjadi stablecoin terbesar di dunia.
Pendekatan ini memperlihatkan bahwa dampak besar tidak selalu harus datang dari sosok yang sering tampil di depan publik.
Lebih jauh, perjalanan Devasini juga menegaskan pentingnya stablecoin dalam ekosistem kripto. Dengan lahirnya Tether, ia berhasil menciptakan jembatan antara sistem keuangan tradisional dan aset digital.
Inovasi ini bukan hanya memudahkan perdagangan kripto, melainkan juga mengubah cara pasar global memahami stabilitas dan likuiditas dalam dunia digital.
Kesimpulan
Nah, itulah tadi pembahasan menarik tentang Inspirasi: Giancarlo Devasini: Dari Bedah Plastik ke Miliarder Kripto yang dapat kamu baca selengkapnya di Akademi crypto di INDODAX Academy.
Sebagai kesimpulan, Giancarlo Devasini bukan hanya dikenal sebagai miliarder kripto, melainkan juga sebagai sosok visioner yang berperan penting dalam membentuk wajah ekosistem kripto modern melalui Tether dan Bitfinex.
Kehadirannya menunjukkan bahwa dunia aset digital tidak semata soal koin atau aktivitas trading, tetapi juga tentang tokoh-tokoh di balik layar yang membangun infrastruktur penting bagi keberlangsungan industri ini.
Selain memperluas wawasan investasi dan tokoh crypto dunia, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market.
Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn,, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan. Segera register di INDODAX dan lakukan KYC dengan mudah untuk mulai trading crypto lebih aman, nyaman, dan terpercaya!
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
- Siapa Giancarlo Devasini?
Giancarlo Devasini adalah CFO Bitfinex dan pemegang saham besar Tether, stablecoin terbesar di dunia.
- Berapa kekayaan Giancarlo Devasini di 2025?
Forbes mencatat kekayaannya sekitar $22.400.000.000 pada 2025.
- Apa peran Giancarlo Devasini di dunia kripto?
Ia mengendalikan Tether (USDT), stablecoin yang jadi tulang punggung likuiditas crypto global.
- Apakah Giancarlo Devasini pernah jadi dokter?
Ya, ia memulai karier sebagai dokter bedah plastik sebelum beralih ke bisnis dan akhirnya ke crypto.
Author: Boy