Pernah kamu kirim uang ke luar negeri lalu menunggu berhari-hari sampai saldo mendarat, sementara biayanya terasa mahal dan detail potongan kurang jelas? Itulah problem klasik pembayaran lintas batas. Kabar baiknya, situasi berubah semakin cepat. Teknologi pembayaran lintas negara kini bergerak ke arah yang lebih instan, murah, dan transparan. Bahkan jaringan perbankan terbesar pun mulai mengadopsi pendekatan berbasis blockchain. Agar kamu tidak sekadar mengikuti arus, artikel ini akan membahas konsep dasarnya, masalah yang selama ini menghambat, serta tren baru 2025 yang relevan untuk trader dan pelaku usaha.
Untuk mulai memahami kenapa perubahan ini signifikan, mari tegaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan cross border payment.
Apa itu cross border payment?
Cross border payment adalah transaksi keuangan ketika pengirim dan penerima berada di dua negara berbeda. Biasanya transaksi melibatkan konversi mata uang dan melewati kanal seperti bank, lembaga keuangan, penyedia layanan pembayaran digital, atau jaringan blockchain. Contoh paling sederhana adalah seseorang di Indonesia yang membayar pemasok di negara lain, atau remitansi pekerja migran kepada keluarga di kampung halaman.
Penutup sub: definisinya mungkin terlihat sederhana, tetapi proses di baliknya melibatkan banyak pihak dan aturan. Karena itu, memahami alurnya akan membantu kamu melihat di mana inovasi terkini memberi dampak terbesar.
Bagaimana cara kerjanya dari hulu ke hilir?
Ketika kamu menekan tombol “send” untuk kirim uang ke luar negeri, sebenarnya di balik layar ada rangkaian mekanisme kompleks yang melibatkan bank, regulator, hingga teknologi konversi mata uang. Proses ini bisa berbeda antara jalur tradisional dan jalur modern, tapi inti alurnya selalu mencakup tahapan berikut.
1. Verifikasi Identitas (KYC dan AML)
Setiap transaksi lintas negara wajib melewati tahapan verifikasi identitas. Bank atau penyedia layanan harus memastikan bahwa pengirim dan penerima bukan bagian dari daftar hitam, bukan terlibat pencucian uang, dan sudah sesuai aturan pajak di negara asal maupun tujuan. Tahap ini krusial karena tanpa kepatuhan, dana bisa dibekukan di tengah jalan.
Setelah identitas diverifikasi, barulah dana bisa diproses lebih lanjut ke tahap konversi.
2. Konversi Mata Uang
Jika kamu kirim rupiah ke Eropa, tentu penerima tidak akan menerima rupiah, melainkan euro. Di sinilah terjadi konversi mata uang. Bank biasanya menggunakan kurs tengah plus margin tertentu, sedangkan fintech modern memberi kurs lebih transparan. Stablecoin bahkan bisa memangkas tahap ini karena token seperti USDT sudah dipatok ke dolar, Di Indodax Academy, kamu juga bisa mengenal lebih jauh soal apa itu stablecoin dan kenapa instrumen ini makin populer untuk transaksi global sehingga nilainya pun stabil dan bisa langsung dipakai.
Setelah dana dikonversi, perjalanan uang baru benar-benar dimulai lewat kanal yang dipilih.
3. Jalur Transfer: Tradisional vs Modern
- Jalur Tradisional (SWIFT & bank koresponden): Uang melewati satu bank ke bank lainnya hingga sampai ke tujuan. Setiap bank perantara berhak mengambil biaya, sehingga total ongkos bisa membengkak. Waktu tempuhnya 2–5 hari kerja.
- Jalur Fintech: Dana mengalir lewat penyedia pembayaran digital global. Biasanya lebih cepat, hanya hitungan jam atau menit, tapi tetap ada biaya jaringan.
- Jalur Blockchain/Stablecoin: Transfer peer-to-peer langsung di blockchain. Proses bisa selesai dalam hitungan detik sampai menit dengan biaya relatif rendah, meski tetap ada risiko volatilitas jaringan.
Apapun jalurnya, transaksi tidak berhenti begitu saja setelah dana sampai. Masih ada satu tahap akhir yang penting.
4. Finalisasi & Pencatatan
Di tahap ini, dana benar-benar dikreditkan ke rekening penerima. Sistem juga membuat catatan transaksi untuk kebutuhan audit, perpajakan, dan pelaporan ke regulator. Pada jalur blockchain, catatan ini bersifat publik dan permanen di ledger. Pada jalur tradisional, catatan hanya tersimpan di database bank.
Dengan memahami alur dari hulu ke hilir, kamu bisa melihat di mana letak inefisiensi lama dan kenapa teknologi baru memberi solusi. Semakin banyak perantara yang dilalui, semakin besar biaya dan lama waktu. Sebaliknya, semakin langsung dan otomatis jalurnya, semakin cepat dan hemat transaksi lintas negara itu bisa dilakukan.
Kenapa selama ini terasa lambat dan mahal?
Selama bertahun-tahun, empat kendala utama sering dikeluhkan pengguna. Pertama, biaya transfer lintas negara relatif tinggi dibanding pembayaran domestik. Kedua, waktu penyelesaian bisa mencapai beberapa hari kerja karena transaksi melewati beberapa bank perantara. Ketiga, transparansi yang terbatas membuat total potongan dan kurs baru terlihat di akhir. Keempat, akses yang tidak merata membuat pelaku usaha kecil dan pekerja migran sulit mendapatkan opsi paling efisien.
Jika kendala itu dibiarkan, pengguna akan terus mencari jalan alternatif. Di 2025, alternatif tersebut datang dari penguatan jaringan instan, stablecoin, sampai upaya bank global membangun ledger bersama.
Tren 2025: dari SWIFT menuju ledger berbasis blockchain
2025 jadi tahun yang menandai perubahan besar dalam infrastruktur keuangan global. Selama ini SWIFT dikenal sebagai “tulang punggung” pembayaran lintas negara, meski sering dikritik lambat dan mahal. Namun, situasi berubah ketika SWIFT mengumumkan kerja sama dengan lebih dari 30 bank besar dunia untuk membangun sistem pencatatan bersama berbasis blockchain. Langkah ini bukan sekadar proyek sampingan, melainkan sinyal jelas bahwa ekosistem lama berusaha berevolusi agar tidak ditinggalkan.
SWIFT dan 30 Bank Global Mulai Bergerak
Pengumuman akhir September 2025 menegaskan bahwa bank-bank besar seperti JPMorgan, HSBC, Deutsche Bank, MUFG, BNP Paribas, Santander, hingga OCBC bergabung dalam inisiatif ini. Mereka bersama SWIFT membangun shared digital ledger yang dirancang untuk mencatat, mengurutkan, memvalidasi, dan bahkan menegakkan aturan transaksi lewat smart contract. Tujuan besarnya: menciptakan pembayaran lintas negara yang real-time 24/7 dengan biaya lebih murah dibanding sistem lama yang memakan waktu berhari-hari.
Nah, bukan cuma kecepatan yang jadi sasaran, tapi juga kompatibilitas dengan bentuk uang digital baru.
Integrasi dengan Stablecoin, Tokenisasi, dan CBDC
Ledger baru ini tidak berdiri sendiri. SWIFT menyiapkan sistemnya agar interoperable dengan:
- Stablecoin seperti USDT/USDC yang sudah populer di pasar kripto.
- Tokenised bank deposits yang mulai diuji bank-bank Eropa.
- CBDC yang sedang dikembangkan oleh China, ECB, dan lebih dari 90% bank sentral dunia, sejalan dengan tren yang pernah kita bahas di artikel CBDC adalah dan dampaknya ke sistem keuangan.
Kenapa ini penting? Karena menurut laporan Citi, stablecoin bisa mencapai $4 triliun beredar pada 2030, dengan potensi perdagangan lintas negara mencapai $100 triliun per tahun. Dengan kata lain, jika SWIFT tidak ikut masuk ke ranah ini, ia berisiko kehilangan relevansi.
Di sinilah letak strategi SWIFT: menggabungkan kekuatan lama dengan inovasi baru.
Keunggulan SWIFT yang Masih Jadi Modal
Meski sering dicap “antik”, jangan lupa SWIFT sudah menghubungkan lebih dari 11.000 bank di 200 negara dan memproses triliunan dolar per hari. Infrastruktur ini masih jadi keunggulan yang tidak bisa ditandingi pemain baru. Dengan mengadopsi blockchain, SWIFT berharap bisa menyatukan dua dunia: kepatuhan & resiliensi sistem lama dengan efisiensi & transparansi sistem baru.
Jadi, bagaimana dampaknya buat kamu yang aktif di trading atau bisnis lintas batas?
Implikasi untuk Trader dan Bisnis
Bagi kamu, perubahan ini bukan sekadar jargon teknis. Kalau sistem global berhasil berjalan real-time, artinya:
- Biaya remitansi dan pembayaran lintas negara bisa turun signifikan.
- Settlement yang tadinya butuh hari bisa selesai dalam menit.
- Risiko fluktuasi kurs dan biaya tersembunyi semakin kecil.
- Trader bisa lebih fleksibel keluar masuk ekosistem lintas exchange.
Tren 2025 menunjukkan kalau cross border payment sedang mengalami “revolusi senyap”. SWIFT dan jaringan bank besar tidak lagi mengandalkan model lama, tapi mulai membangun ledger modern berbasis blockchain. Bagi kamu, ini berarti era baru pembayaran lintas negara yang lebih cepat, transparan, dan efisien sedang dimulai — dan yang lambat beradaptasi bisa ketinggalan.
Konteks Indonesia: QRIS lintas negara dan remitansi
Indonesia tidak berdiri sendiri. Interkoneksi QR lintas negara semakin luas di kawasan, sehingga wisatawan dan pelaku usaha dapat bertransaksi dengan lebih mulus menggunakan aplikasi pembayaran masing-masing. Fenomena ini juga terkait erat dengan adopsi QRIS cross border yang mulai populer di Asia Tenggara. Bagi remitansi, aliran dana ke Indonesia bernilai besar dan menjadi salah satu motor konsumsi rumah tangga. Dengan kanal yang lebih cepat dan transparan, keluarga penerima dana dapat merasakan manfaat lebih cepat dan potongan biaya lebih ringan.
Di sisi pelaku usaha, terutama UMKM dengan mitra di luar negeri, akses ke kanal pembayaran yang jelas biayanya dan cepat penyelesaiannya membantu arus kas. Mereka tidak lagi terbebani ketidakpastian kurs dan lamanya proses, sehingga negosiasi dengan pemasok menjadi lebih fleksibel.
Dengan kata lain, tren global dan inisiatif regional bertemu di kebutuhan lokal. Kombinasi itu yang membuat materi edukasi tentang cross border payment relevan untuk kamu, baik sebagai pengguna individu maupun pelaku bisnis.
Apa artinya untuk trader kripto dan investor ritel?
Untuk trader, kecepatan adalah segalanya. Ketika dana bisa bergerak lintas negara dengan lebih cepat dan biaya lebih efisien, kamu lebih leluasa mengatur strategi keluar-masuk ekosistem, mengelola risiko volatilitas, dan memanfaatkan peluang yang sifatnya cepat. Bagi investor ritel, remitansi ke keluarga atau pembayaran lintas platform juga menjadi lebih ramah di kantong dan mudah dilacak.
Poin penting lainnya adalah transparansi. Dengan pencatatan terdistribusi, status transaksi menjadi lebih mudah dipantau, persis seperti prinsip di balik blockchain adalah yang menjadi fondasi keuangan digital modern. Ini membantu kamu mengurangi kecemasan menunggu kepastian, sekaligus memudahkan dokumentasi untuk keperluan pembukuan pribadi maupun usaha.
Pada akhirnya, efisiensi biaya dan waktu memberi ruang untuk fokus ke hal yang lebih penting, yaitu keputusan investasi dan manajemen risiko.
Risiko dan kepatuhan: apa yang tetap harus kamu perhatikan?
Setiap inovasi membawa tantangan. Regulasi lintas negara bisa berbeda, dan perubahan kebijakan dapat mempengaruhi pilihan kanal pembayaran. Di ranah aset digital, pemahaman terhadap stabilitas cadangan stablecoin menjadi faktor yang tak boleh diabaikan. Selain itu, keamanan siber dan kesiapan infrastruktur tetap harus diuji, karena gangguan teknis bisa menghambat aliran dana pada saat penting.
Dari sisi kamu sebagai pengguna, disiplin verifikasi tujuan transfer, memastikan alamat penerima tepat, serta memahami biaya dimuka akan mengurangi kejutan di akhir. Untuk pelaku usaha, kebijakan rekonsiliasi yang rapi dan dokumentasi transaksi yang konsisten akan memudahkan audit dan pelaporan pajak.
Inovasi membantu memangkas hambatan, tetapi kepatuhan dan kehati-hatian tetap fondasi. Keduanya berjalan berdampingan agar manfaat maksimal bisa diraih tanpa mengorbankan keamanan.
Strategi praktis memanfaatkan tren baru
Jika kamu ingin memetik manfaat dari pembaruan lintas batas, ada beberapa langkah terstruktur yang bisa diterapkan. Pertama, petakan kebutuhan transaksi kamu: apakah untuk remitansi rutin, pembayaran pemasok, atau kebutuhan trading yang sensitif waktu. Kedua, bandingkan kanal berdasarkan tiga hal: estimasi waktu sampai, total biaya termasuk kurs, serta kemudahan pelacakan. Ketiga, siapkan rencana cadangan jika kanal utama mengalami gangguan, agar arus dana tetap terjaga.
Untuk pelaku usaha, kebijakan internal yang tegas akan membantu. Contohnya, tetapkan ambang biaya maksimum per transaksi, standar pencatatan kurs, serta prosedur verifikasi penerima. Bila menggunakan aset digital, pastikan ada prosedur cold-hot wallet yang jelas, kebijakan otorisasi berlapis, dan ruang uji coba sebelum implementasi skala besar.
Langkah-langkah sederhana yang konsisten sering kali menghasilkan perbaikan besar. Dengan kerangka kerja yang jelas, kamu bisa mengeksekusi pilihan terbaik tanpa tersesat oleh banyaknya opsi.
Kesimpulan
Transformasi cross border payment kini bukan lagi wacana, tapi kenyataan yang sedang bergulir cepat. Sistem lama yang bertumpu pada bank koresponden dan jaringan SWIFT tradisional memang masih berfungsi, namun biayanya mahal, prosesnya lambat, dan sering kali tidak transparan. 2025 menandai babak baru: SWIFT sendiri bersama 30 bank global mulai mengembangkan ledger berbasis blockchain, lengkap dengan smart contract dan kompatibilitas ke stablecoin serta CBDC.
Di sisi lain, Indonesia dan kawasan ASEAN juga bergerak. QRIS cross border sudah bisa dipakai wisatawan dan pelaku usaha lintas negara, sementara remitansi pekerja migran yang nilainya miliaran dolar bisa semakin efisien lewat kanal modern. Semua ini menunjukkan bahwa inovasi lintas batas bukan hanya soal bank besar, tapi juga soal kebutuhan masyarakat sehari-hari.
Buat kamu sebagai trader atau pelaku usaha, dampaknya nyata:
- Biaya transaksi bisa lebih rendah dan mudah diprediksi.
- Settlement lebih cepat, dari hitungan hari menjadi menit.
- Transparansi meningkat, sehingga strategi keuangan lebih mudah diatur.
Namun, manfaat ini tetap harus diseimbangkan dengan kesadaran risiko. Regulasi lintas negara berbeda-beda, stabilitas stablecoin masih terus diuji, dan ancaman keamanan digital tetap ada. Artinya, langkah cerdas bukan hanya ikut arus tren, tetapi juga membekali diri dengan pemahaman risiko, disiplin verifikasi, dan strategi manajemen cadangan.
Akhirnya, cross border payment bukan sekadar topik teknis, melainkan medan kompetisi baru di era keuangan global. Siapa pun yang mampu memahami dan memanfaatkan pergeseran ini lebih cepat, termasuk kamu, akan berada selangkah lebih depan dalam mengambil keputusan trading maupun mengelola bisnis lintas batas.
Itulah informasi menarik tentang cross border payment adalah yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel populer Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market.
Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan. Segera register di INDODAX dan lakukan KYC dengan mudah untuk mulai trading crypto lebih aman, nyaman, dan terpercaya!
Kontak Resmi Indodax
Nomor Layanan Pelanggan: (021) 5065 8888 | Email Bantuan: [email protected]
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
1. Apa itu cross border payment?
Cross border payment adalah transaksi keuangan ketika pengirim dan penerima berada di dua negara berbeda, mirip dengan konsep remitansi internasional yang sudah lebih dulu dikenal masyarakat. Biasanya melibatkan konversi mata uang dan kepatuhan terhadap aturan setempat.
2. Apa perbedaan jalur tradisional dan jalur berbasis blockchain?
Jalur tradisional bergantung pada bank perantara sehingga proses relatif lama dan biayanya lebih tinggi. Jalur berbasis blockchain dan stablecoin memangkas perantara, sehingga potensi kecepatan meningkat dan biaya lebih efisien.
3. Apakah jalur tradisional akan hilang?
Tidak serta-merta. Jalur tradisional masih dipakai, terutama untuk transaksi perusahaan besar. Yang terjadi adalah transisi ke model hybrid, di mana jaringan besar mengadopsi teknologi pencatatan modern.
4. Apa contoh penerapan di Indonesia?
Interkoneksi QR lintas negara memudahkan pembayaran ritel dan wisata. Remitansi ke Indonesia juga mendapat manfaat dari opsi kanal yang lebih cepat dan transparan.
5. Apa manfaat langsung untuk trader?
Pengaturan arus dana yang lebih lincah, biaya total yang lebih terkendali, serta pelacakan status transaksi yang lebih jelas. Ini membantu eksekusi strategi dan manajemen risiko.
6. Risiko apa yang perlu diperhatikan?
Perbedaan regulasi antar negara, keamanan siber, stabilitas instrumen yang dipakai, serta kesiapan infrastruktur. Disiplin verifikasi dan dokumentasi membantu meminimalkan risiko.
7. Bagaimana cara memilih kanal yang tepat?
Tentukan tujuan transaksi, bandingkan waktu sampai, total biaya termasuk kurs, dan kemudahan pelacakan. Siapkan rencana cadangan jika kanal utama terganggu.
8. Apakah informasi ini relevan untuk UMKM?
Ya. Efisiensi biaya dan kecepatan penyelesaian membantu arus kas, memperbaiki negosiasi dengan pemasok, dan memudahkan rekonsiliasi keuangan.