Perpetual Bond: Pengertian, Cara Kerja, dan Risikonya
icon search
icon search

Top Performers

Perpetual Bond: Pengertian, Cara Kerja, dan Risikonya

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

Perpetual Bond: Pengertian, Cara Kerja, dan Risikonya

Perpetual Bond: Pengertian, Cara Kerja, dan Risikonya

Daftar Isi

Kenapa Perpetual Bond Penting Dibahas Sekarang?

Kalau kamu mengikuti berita keuangan beberapa tahun terakhir, istilah perpetual bond mulai sering muncul lagi. Pemicunya bukan cuma teori di buku teks, tapi kejadian nyata di pasar.

Tahun 2023, regulator Swiss memutuskan menghapus nilai obligasi Additional Tier-1 (AT1) Credit Suisse senilai sekitar 16,5 miliar franc Swiss, atau kurang lebih 17–18 miliar dolar AS, menjadi nol saat proses penyelamatan darurat oleh UBS. Keputusan ini mengguncang pasar global dan bikin banyak investor sadar bahwa tidak semua obligasi “pendapatan tetap” itu sesantai namanya.

Di sisi lain, riset terbaru menunjukkan pasar global AT1 bonds – yang secara struktur sangat dekat dengan perpetual bond – mencapai sekitar 310 miliar dolar AS pada 2024, dan diproyeksikan tumbuh menjadi 574 miliar dolar AS pada 2033.Dataintelo Artinya, instrumen yang mirip perpetual bond ini bukan produk pinggiran, tapi bagian penting dari ekosistem perbankan modern.

Bersamaan dengan itu, suku bunga acuan Amerika Serikat (Fed Funds Rate) naik tajam sejak 2022, dan mendorong harga obligasi jangka panjang – termasuk instrumen yang bersifat “abadi” – turun dalam. Di saat yang sama, pasar tokenisasi aset nyata (Real-World Assets/RWA), termasuk obligasi pemerintah dan surat utang lain, tumbuh pesat dan nilainya sudah menyentuh puluhan miliar dolar.

Dengan konteks seperti ini, memahami perpetual bond bukan lagi sekadar hobi finansial, tapi bekal penting kalau kamu ingin mengerti bagaimana bank, pemerintah, dan pasar modal mengelola utang jangka sangat panjang di era keuangan yang makin terhubung dengan blockchain.

 

Apa Itu Perpetual Bond?

Secara sederhana, perpetual bond adalah obligasi yang tidak memiliki tanggal jatuh tempo. Penerbit tidak pernah wajib mengembalikan pokok pinjaman, dan sebagai gantinya ia membayar kupon (bunga) kepada investor tanpa batas waktu, selama penerbit masih mampu membayar.

 

Beberapa ciri utama yang bikin perpetual bond berbeda dari obligasi biasa:

  • Tidak ada jatuh tempo
    Kalau obligasi biasa punya tenor 3, 5, atau 10 tahun, perpetual bond secara teori bisa berjalan “selamanya”. Penerbit tidak punya kewajiban mengembalikan pokok di tanggal tertentu.

  • Pembayaran kupon bersifat “abadi”
    Investor menerima aliran kupon secara periodik – misalnya tiap kuartal atau tiap tahun – selama obligasi itu masih beredar dan penerbit tidak default.

  • Tidak ada pelunasan pokok terjadwal
    Karena tidak ada tanggal jatuh tempo, tidak ada juga tanggal dimana pokok harus dilunasi. Ini membuat struktur risikonya berbeda dari obligasi konvensional.

  • Sifat hybrid: utang rasa ekuitas
    Di laporan keuangan penerbit, perpetual bond umumnya tercatat sebagai utang. Tapi dari sisi karakteristik, ia punya beberapa sifat mirip saham preferen: pembayaran berkala, tidak ada jatuh tempo, dan bisa ikut menyerap kerugian kalau perusahaan bermasalah.

Di pasar modern, konsep perpetual ini banyak diadopsi dalam bentuk Additional Tier-1 (AT1) bonds, yang menjadi bagian dari modal inti bank. Pasar AT1 global sendiri diperkirakan bernilai sekitar 310 miliar dolar AS pada 2024 dan masih akan tumbuh dalam dekade ini.

 

Karakteristik Utama Perpetual Bond

Setelah tahu definisinya, sekarang kamu perlu melihat lebih dekat karakteristik yang bikin perpetual bond terasa unik – dan kadang berbahaya – dibanding instrumen utang lain.

Pertama, karena tidak ada tanggal jatuh tempo, kamu tidak bisa mengandalkan momen “pokok balik” seperti pada obligasi biasa. Nilai yang kamu nikmati murni berasal dari aliran kupon dan kemungkinan capital gain kalau harga naik di pasar sekunder.

Kedua, alur pembayaran kupon menjadi pusat cerita. Penerbit berkomitmen membayar kupon tetap (fixed coupon) atau mengambang (floating, misalnya referensi ke suku bunga acuan) secara berkala. Selama kepercayaan pasar terjaga dan kondisi keuangan penerbit cukup kuat, kupon ini mengalir seperti “gaji tambahan” bagi investor income seeker.

Ketiga, dari sudut pandang matematika keuangan, cash flow perpetual bond mirip sekali dengan perpetuity – aliran pembayaran tetap yang tidak berhenti. Karena itu, rumus valuasinya memakai konsep yang sama, yaitu nilai sekarang dari kupon yang dibagi tingkat diskonto (yield) yang diminta investor.

Terakhir, perpaduan antara tidak ada jatuh tempo + kupon abadi + kemampuan menyerap kerugian membuat banyak regulator mengizinkan jenis obligasi tertentu (seperti AT1) dihitung sebagai modal inti bank (Tier-1 Capital). Di sinilah perpetual bond menjadi bagian penting dari arsitektur stabilitas keuangan, bukan sekadar instrumen untuk mencari pendapatan pasif.

Dengan memahami karakteristik ini, kamu akan lebih siap untuk masuk ke pembahasan cara kerja dan perhitungan harganya.

 

Bagaimana Perpetual Bond Bekerja di Pasar Keuangan?

Cara kerja perpetual bond sebenarnya tidak serumit kedengarannya, asalkan kamu sudah terbiasa dengan obligasi biasa.

Penerbit – bisa pemerintah, bank, atau korporasi besar – menawarkan surat utang dengan struktur kupon tertentu. Misalnya, kupon 6% per tahun dari nilai nominal 1.000. Selama obligasi itu beredar, penerbit membayar 60 per tahun kepada pemegang obligasi.

Yang menarik, karena tidak ada jadwal pengembalian pokok, satu-satunya cara perpetual bond menyesuaikan diri dengan kondisi pasar adalah melalui harga. Ketika suku bunga acuan naik, atau risiko penerbit dianggap meningkat, investor menuntut yield yang lebih tinggi. Supaya yield naik, harga pasar obligasi harus turun.

Pada instrumen seperti AT1 bonds, mekanisme kerja ini ditambah lagi dengan fitur khusus. Dalam kondisi tertentu, misalnya rasio modal bank jatuh di bawah ambang tertentu atau ada intervensi regulator, AT1 bisa:

  • dihapuskan nilainya (write-down), atau

  • dikonversi menjadi saham (conversion),

untuk menyerap kerugian sebelum dana nasabah terganggu. Kasus Credit Suisse 2023 adalah contoh ekstrem ketika sekitar 16,5 miliar franc Swiss AT1 dihapuskan menjadi nol dalam satu paket penyelamatan darurat.

Jadi, di atas kertas perpetual bond terlihat seperti “obligasi dengan kupon selamanya”, tapi di praktik pasar modern, terutama pada sektor perbankan, ia juga berperan sebagai buffer kerugian yang menanggung risiko lebih besar daripada obligasi senior biasa.

 

Rumus Perpetual Bond dan Cara Menghitung Harganya

Begitu kamu paham alur kupon dan sensitivitas harga, bagian berikutnya adalah memahami bagaimana harga perpetual bond ditentukan.

 

Rumus Dasar: Harga = Kupon / Yield

Karena cash flow perpetual bond mirip perpetuity, rumus valuasinya:

Harga = Kupon Tahunan / Yield yang Diminta Investor

Kalau kupon tahunan 50 dan investor meminta yield 5%, maka harga teoritisnya:

Harga = 50 / 0,05 = 1.000

Konsep ini kelihatannya sederhana, tapi di sinilah permainan risiko bunga dan persepsi pasar bekerja.

 

Contoh Perhitungan di Beberapa Skenario

Bayangkan sebuah perpetual bond dengan rincian:

  • Nilai nominal: 1.000

  • Kupon: 5% per tahun (50 per tahun)

Jika kondisi pasar tenang dan investor merasa yield wajar adalah 4%, harga yang rela mereka bayar:

Harga = 50 / 0,04 = 1.250

Artinya, harga bisa berada di atas nominal karena kupon dianggap menarik dibanding imbal hasil alternatif.

Sekarang bayangkan suku bunga acuan naik drastis, mirip dengan siklus kenaikan suku bunga The Fed yang terjadi sejak 2022. Yield yang diminta investor melonjak menjadi 7%. Di level ini:

Harga = 50 / 0,07 ? 714

Hanya dengan perubahan yield dari 4% ke 7%, harga teoritis perpetual bond bisa jatuh sekitar 43%. Di dunia nyata, hal seperti ini memang terjadi pada banyak obligasi jangka panjang ketika bank sentral menaikkan suku bunga dengan cepat.

 

Mengapa Perpetual Lebih Sensitif dari Obligasi Biasa?

Pada obligasi biasa, kamu punya “penyangga” berupa pengembalian pokok di akhir tenor. Artinya, seburuk-buruknya fluktuasi harga di tengah jalan, ada titik akhir yang bisa kamu tunggu.

Pada perpetual bond, tidak ada tanggal akhir itu. Nilai sekarang dari aliran kupon murni bergantung pada tingkat diskonto (yield). Begitu suku bunga atau premi risiko naik, nilai sekarang tersebut turun, dan tidak ada momen pelunasan pokok yang bisa menyelamatkan harga di masa depan.

Itu sebabnya, ketika masuk ke contoh nyata, kamu akan melihat seberapa besar dampak kondisi makro terhadap instrumen ini.

 

Contoh Perpetual Bond di Praktik: Dari Konsol Inggris sampai AT1

Agar konsep perpetual bond tidak berhenti di teori, mari lihat beberapa contoh nyata yang sering dijadikan rujukan.

 

Consol Bond Inggris: Obligasi Abadi yang Akhirnya Tamat

Salah satu contoh paling klasik adalah British Consols. Instrumen ini pertama kali diterbitkan sekitar tahun 1751 sebagai obligasi pemerintah tanpa jatuh tempo. Pemerintah Inggris membayar kupon tetap kepada pemegangnya selama ratusan tahun, dan baru memutuskan menebus seluruh konsol yang tersisa pada 2015.wiki.treasurers.

Kisah console menunjukkan dua hal penting:

  • Perpetual bond memang bisa eksis menyeberangi beberapa generasi.

  • Walaupun disebut “abadi”, pemerintah masih punya hak menebusnya (redeem) jika ketentuan kontrak mengizinkan.

 

AT1 Bonds dan Kasus Credit Suisse

Di era modern, istilah perpetual sering muncul ketika membahas Additional Tier-1 (AT1) bonds. Dalam kerangka Basel III, AT1 didesain sebagai instrumen modal bank yang bisa menyerap kerugian saat kondisi kritis. Banyak AT1 dirancang sebagai obligasi tanpa jatuh tempo, dengan kupon tinggi dan fitur callable di tanggal tertentu.

Pasar AT1 ini cukup besar: sebuah laporan riset menyebut nilai pasar AT1 global mencapai sekitar 310 miliar dolar AS pada 2024, dan diproyeksikan tumbuh menjadi 574 miliar pada 2033.

Kasus Credit Suisse 2023 menjadi pelajaran keras ketika regulator Swiss memerintahkan penghapusan penuh nilai sekitar 16,5 miliar franc Swiss AT1 sebagai bagian dari penyelamatan bank. Putusan pengadilan di 2025 bahkan menyatakan keputusan awal regulator itu tidak punya dasar hukum yang cukup, walaupun proses kompensasi ke investor masih tarik ulur.

 

Dari sini, kamu bisa melihat bahwa:

  • Kupon tinggi yang ditawarkan AT1 datang dengan risiko regulasi dan struktur yang kompleks.

  • Perpetual bond tidak hanya sensitif terhadap pasar, tapi juga terhadap interpretasi hukum dan peran regulator.

 

Perpetual Bonds di Asia

Di Asia, beberapa bank besar seperti pemain Singapura dan Malaysia menerbitkan instrumen perpetual atau AT1 mata uang lokal maupun dolar, dengan kupon yang sering berada di kisaran 6–10%, jauh di atas obligasi pemerintah dengan tenor serupa.

Di Indonesia sendiri, konsep surat berharga perpetual sudah mulai muncul dalam bentuk instrumen yang diakui sebagai bagian dari modal bank. Ini menunjukkan bahwa meskipun volume pasarnya belum sebesar Eropa, logika pemanfaatan perpetual bond sebagai penyangga modal sudah hadir di kawasan.

Contoh-contoh ini memperlihatkan bahwa perpetual bond bukan sekadar konsep di buku kuliah, tetapi benar-benar hidup dan membawa konsekuensi besar di pasar keuangan modern.

 

Risiko Perpetual Bond: Apa yang Harus Kamu Waspadai?

Setelah melihat contoh nyata, kamu mungkin mulai bertanya: “Kalau kuponnya tinggi, di mana jebakannya?” Jawabannya ada di struktur risikonya.

Pertama, risiko suku bunga (interest rate risk).
Karena tidak punya jatuh tempo, perpetual bond praktis punya “durasi” sangat panjang. Ketika suku bunga acuan naik tajam, seperti kenaikan Fed Funds Rate beberapa tahun terakhir, harga obligasi jangka panjang bisa turun 20–40%, dan perpetual sering menjadi korban terbesar. Investor yang masuk di era bunga rendah mungkin melihat nilai pasarnya tergerus tajam ketika suku bunga berbalik naik.

Kedua, risiko kredit (credit risk).
Perpetual bond, terutama yang berperan sebagai modal bank seperti AT1, dirancang untuk menyerap kerugian. Itu berarti, dalam skenario krisis, instrumen ini bisa dihapuskan nilainya atau dikonversi menjadi saham. Kasus Credit Suisse adalah ilustrasi paling terkenal, ketika pemegang AT1 melihat investasinya menjadi nol dalam satu keputusan regulator.

Ketiga, risiko call (call risk).
Banyak perpetual bond bersifat callable: penerbit punya hak menebus obligasi di harga tertentu setelah beberapa tahun. Jika suku bunga turun, penerbit cenderung menebus dan menerbitkan utang baru dengan kupon lebih rendah. Dari sisi investor, ini berarti periode kupon tinggi bisa berakhir lebih cepat dari yang diharapkan.

Keempat, risiko likuiditas (liquidity risk).
Pasar perpetual bond umumnya tidak selikuid obligasi pemerintah. Di saat kondisi pasar memburuk, spread bisa melebar, dan mencari pembeli dengan harga wajar menjadi lebih sulit.

Kombinasi risiko-risiko ini membuat perpetual bond berada di posisi yang unik: kuponnya biasanya lebih tinggi, tapi “harga” yang kamu bayar adalah sensitivitas ekstrem terhadap perubahan suku bunga, kesehatan penerbit, dan kebijakan regulator.

 

Keuntungan Perpetual Bond: Kenapa Masih Ada yang Tertarik?

Dengan semua risiko itu, wajar kalau kamu bertanya kenapa masih ada investor yang mau menyimpan instrumen seperti ini.

Alasan utamanya: kupon yang menarik dan potensi pendapatan jangka panjang. Perpetual bond biasanya menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi dibanding obligasi pemerintah atau deposito, karena investor meminta kompensasi atas risiko tambahan. Bagi institusi yang mencari arus kas stabil – misalnya dana pensiun atau perusahaan asuransi – aliran kupon jangka panjang ini bisa menjadi sumber pendapatan yang menarik.

Selain itu, dari sudut pandang penerbit, perpetual bond membantu memperkuat struktur modal tanpa menambah kewajiban pengembalian pokok di masa depan. Bank bisa memperbaiki rasio permodalan, sementara investor menerima kupon yang lebih tinggi sebagai imbalan atas risiko.

Bagi kamu sebagai investor ritel, daya tarik perpetual bond ada pada opsi untuk mendapatkan pendapatan tetap yang “lebih berani” dibanding instrumen konservatif. Namun, daya tarik ini baru terasa sehat kalau kamu memahami betul risiko yang menempel di balik angka kupon tersebut.

 

Siapa yang Cocok (dan Tidak Cocok) Berinvestasi di Perpetual Bond?

Dengan profil seperti ini, perpetual bond jelas bukan instrumen untuk semua orang.

 

Instrumen ini lebih cocok untuk kamu yang:

  • Memiliki horizon investasi jangka panjang dan tidak terganggu fluktuasi harga dalam jangka pendek.

  • Fokus pada pendapatan kupon dan siap menerima risiko nilai pasar yang naik-turun.

  • Paham bahwa dalam skenario krisis, terutama untuk instrumen seperti AT1, kemungkinan kerugian besar itu nyata, bukan sekadar teori.

Sebaliknya, perpetual bond kurang cocok untuk kamu yang:

  • Mengandalkan kepastian pengembalian pokok di tanggal tertentu.

  • Tidak nyaman dengan fluktuasi harga yang bisa sangat tajam ketika suku bunga atau sentimen pasar berubah.

  • Baru memulai belajar obligasi dan belum mengenali perbedaan antara utang senior, subordinated, dan instrumen modal seperti AT1.

Memahami kecocokan ini penting supaya kamu tidak sekadar tergoda angka kupon, tanpa menyadari konsekuensi di baliknya.

 

Perpetual Bond di Era Tokenisasi Aset dan Crypto

Kalau kamu aktif di ekosistem crypto, mungkin kamu sudah sering mendengar tentang perpetual futures dan tokenisasi aset nyata (RWA). Menariknya, kedua hal ini bisa menjadi jembatan untuk memahami relevansi perpetual bond di lanskap keuangan baru.

Di satu sisi, riset terbaru memperkirakan bahwa pasar tokenisasi aset nyata bisa tumbuh menjadi sekitar 18,9 triliun dolar AS pada 2033, didorong oleh tokenisasi surat utang, kredit, dan instrumen keuangan lain di atas infrastruktur blockchain. Laporan lain menunjukkan bahwa nilai tokenized assets yang mencakup real estate, kredit privat, dan Treasuries telah mencapai ratusan miliar dolar di awal 2025, dengan proyeksi tumbuh hingga sekitar 2 triliun dolar pada 2030.

Tokenisasi memungkinkan obligasi – termasuk potensi perpetual bond – dipecah menjadi unit digital yang bisa diperdagangkan 24/7, dengan settlement lebih cepat dan transparansi yang lebih baik. Bagi investor, ini membuka peluang baru untuk mengakses instrumen pendapatan tetap yang sebelumnya hanya tersedia untuk institusi besar.

Di sisi lain, perpetual futures di crypto memberi gambaran lain tentang konsep “tanpa jatuh tempo”. Kalau perpetual bond memberi kupon berkala, perpetual futures punya funding rate yang mengalir antara posisi long dan short untuk menjaga harga kontrak tetap dekat dengan harga spot. Keduanya sama-sama menggunakan mekanisme pembayaran berulang untuk menjaga struktur harga, meskipun konteksnya sangat berbeda.

Dengan melihat perkembangan RWA dan derivative seperti perpetual futures, kamu bisa melihat bagaimana konsep “perpetual” bergerak dari obligasi klasik seperti consol, ke AT1 perbankan, dan kini ke aset yang di tokenisasi di ekosistem blockchain.

 

Ringkasan: Gambaran Besar Perpetual Bond

Kalau ditarik ke satu gambar besar, perpetual bond bisa kamu lihat sebagai:

 

  • Obligasi tanpa jatuh tempo yang membayar kupon secara periodik.

  • Instrumen dengan sensitivitas sangat tinggi terhadap suku bunga dan perubahan persepsi risiko.

  • Komponen penting dalam struktur permodalan bank, khususnya lewat AT1.

  • Instrumen yang contoh konkretnya bisa kamu lihat pada Consol Inggris di masa lalu dan kasus AT1 Credit Suisse di masa kini.

  • Konsep yang mulai bersinggungan dengan tren modern seperti tokenisasi aset dan inovasi keuangan berbasis blockchain.

Memahami semua lapisan ini membantu kamu menilai perpetual bond bukan sebagai produk misterius, tapi sebagai bagian dari spektrum instrumen keuangan yang punya tempat tersendiri di antara obligasi konvensional dan ekuitas.

 

Kesimpulan

Perpetual bond adalah instrumen yang menarik sekaligus menantang. Di satu sisi, ia menawarkan imbal hasil kupon yang menggiurkan dan bisa menjadi sumber pendapatan jangka panjang. Di sisi lain, sifatnya yang tanpa jatuh tempo, posisinya dalam hierarki klaim, serta perannya sebagai penyangga kerugian membuat risiko yang menempel di dalamnya jauh lebih tinggi dibanding obligasi biasa.

 

Kalau kamu tertarik mendalami instrumen ini, pendekatan terbaik adalah:

  • Pahami dulu logika yield, kupon, dan sensitivitas harga.

  • Lihat contoh nyata seperti Consol Inggris dan AT1 Credit Suisse sebagai referensi, bukan sekadar cerita.

  • Perhatikan selalu konteks makro: suku bunga, regulasi, dan kondisi penerbit.

Dengan bekal pemahaman seperti ini, kamu bisa menempatkan perpetual bond pada posisi yang tepat di strategi investasimu, bukan hanya karena tergoda angka kupon, tapi karena mengerti betul apa yang kamu pegang.

 

Itulah informasi menarik tentang Perpetual Bond yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel populer Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market.

Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.

 

Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.

Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Staking/Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan. Segera register di INDODAX dan lakukan KYC dengan mudah untuk mulai trading crypto lebih aman, nyaman, dan terpercaya!

 

Kontak Resmi Indodax
Nomor Layanan Pelanggan: (021) 5065 8888 | Email Bantuan: [email protected]

 

Follow Sosmed Twitter Indodax sekarang

Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram

 

FAQ

1. Apa itu perpetual bond?

Perpetual bond adalah obligasi yang tidak memiliki tanggal jatuh tempo. Penerbit tidak wajib mengembalikan pokok pinjaman, sehingga nilai instrumen ini sepenuhnya ditentukan oleh aliran kupon dan perubahan yield pasar. Banyak perpetual modern dipakai bank dalam bentuk AT1, sehingga struktur risikonya berbeda dari obligasi biasa.

2. Bagaimana cara menghitung harga perpetual bond?

Harga perpetual bond dihitung menggunakan rumus perpetuity sederhana: harga sama dengan kupon tahunan dibagi yield yang diminta investor. Kalau kuponnya 50 dan yield pasar 5%, harganya sekitar 1.000. Begitu yield naik, harga langsung turun karena tidak ada pelunasan pokok yang bisa menjadi penopang nilainya.

3. Kenapa harga perpetual bond bisa jatuh ketika suku bunga naik?

Kenaikan suku bunga membuat investor meminta imbal hasil lebih tinggi. Untuk mencapai yield baru itu, harga perpetual bond harus menyesuaikan turun. Karena instrumen ini tidak punya jatuh tempo, sensitivitas harganya menjadi lebih ekstrem dibanding obligasi konvensional. Siklus kenaikan suku bunga sejak 2022 menunjukkan bagaimana harga obligasi durasi panjang tertekan dalam.

4. Apa bedanya perpetual bond dengan obligasi biasa?

Obligasi biasa memiliki tanggal jatuh tempo dan pokok akan dilunasi di akhir tenor. Perpetual bond tidak punya jadwal pelunasan pokok, sehingga risikonya lebih tinggi dan harga lebih sensitif terhadap perubahan suku bunga. Pada beberapa instrumen seperti AT1, risiko tambahan muncul karena nilai bisa dihapuskan atau dikonversi ketika kondisi penerbit memburuk.

5. Apakah perpetual bond cocok untuk investor pemula?

Instrumen ini lebih cocok untuk investor yang sudah memahami cara kerja yield, risiko bunga, dan hierarki klaim dalam struktur modal perusahaan. Investor pemula yang mencari kestabilan nilai pokok atau belum terbiasa dengan fluktuasi harga obligasi mungkin akan merasa perpetual bond terlalu kompleks dan berisiko.

 

Author : RB

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
  

Lebih Banyak dari Tutorial

Pelajaran Dasar

Calculate Staking Rewards with INDODAX earn

Select an option
DOT
0
Berdasarkan harga & APY saat ini
Stake Now

Pasar

Nama Harga 24H Chg
Nama Harga 24H Chg
Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

Perpetual Bond: Pengertian, Cara Kerja, dan Risikonya
14/11/2025
Perpetual Bond: Pengertian, Cara Kerja, dan Risikonya

Kenapa Perpetual Bond Penting Dibahas Sekarang? Kalau kamu mengikuti berita

14/11/2025
Mutual Fund vs Crypto Fund Trader, Mana Lebih Tepat?

Kenapa Banyak Orang Bingung Memilih antara Mutual Fund dan Crypto

Crypto Fund Trader: Siapa Mereka dan Cara Kerjanya
14/11/2025
Crypto Fund Trader: Siapa Mereka dan Cara Kerjanya

Kenapa Istilah Crypto Fund Trader Muncul di Mana-Mana di 2025?

14/11/2025