Kamu mungkin pernah melihat harga aset jatuh kencang, lalu tiba-tiba berhenti di satu area dan berbalik naik berkali-kali. Padahal, tidak ada berita besar di hari itu. Kalau kamu baru mulai trading, situasi seperti ini sering terasa misterius. Di sinilah konsep support dalam trading mulai terasa penting.
Support artinya bukan sekadar garis di chart, tetapi zona harga yang memperlihatkan di mana pasar mulai “mengerem” penurunan dan pembeli masuk lebih agresif. Di era market 2025 yang penuh volatilitas dan false breakout, kemampuan membaca support sebagai bagian dari analisis teknikal yang kamu lakukan bisa menjadi pembeda antara kamu yang trading pakai rencana dan kamu yang hanya ikut arus.
Artikel ini akan mengajak kamu memahami support artinya dalam trading, bagaimana support terbentuk, cara menentukan level support di chart, sampai contoh nyata lintas pasar kripto, saham, forex, dan komoditas. Tujuannya sederhana: setelah membaca, kamu tidak lagi melihat garis support hanya sebagai coretan di chart, tetapi sebagai informasi penting untuk mengambil keputusan yang lebih terukur.
Support Artinya Apa dalam Trading?
Dalam konteks trading, support artinya area harga di mana penurunan cenderung tertahan karena tekanan beli mulai menguat. Di zona ini, banyak pelaku pasar melihat harga sudah cukup murah untuk mulai masuk, sehingga penawaran jual tidak lagi mendominasi.
Kalimat sederhananya: support adalah “lantai harga” sementara, tempat harga sering berhenti jatuh dan berpeluang memantul.
Konsep ini berlaku di berbagai jenis aset.
- Dalam kripto, support bisa muncul di area psikologis tertentu, misalnya saat harga Bitcoin mendekati angka bulat yang sering diperhatikan banyak orang.
- Dalam saham, support sering terbentuk di area harga di mana sebelumnya banyak investor institusi melakukan akumulasi.
- Dalam forex, support dapat muncul di sekitar level historis yang sering disentuh pasangan mata uang besar.
- Dalam komoditas seperti emas atau perak, support bisa terbentuk di area yang sudah menjadi “patokan murah” dalam beberapa bulan terakhir.
Hal penting yang perlu kamu pahami sejak awal: support lebih tepat disebut sebagai zona, bukan satu angka tunggal yang kaku. Harga bisa menembus sedikit di bawah, lalu kembali naik, tanpa membuat fungsi support hilang begitu saja.
Setelah kamu memahami definisi dasarnya dan bagaimana support berkaitan dengan konsep trend, support, dan resistance, langkah berikutnya adalah mengerti mengapa support bisa terbentuk. Di situ, kamu akan melihat bahwa support bukan hanya soal garis teknikal, tetapi juga soal perilaku dan psikologi pelaku pasar.
Mengapa Support Bisa Terbentuk?
Support tidak muncul secara acak. Ia adalah gambaran dari bagaimana jutaan keputusan beli dan jual saling bertemu di pasar.
Di balik sebuah area support, biasanya ada beberapa pola perilaku yang berulang:
- Banyak trader merasa harga sudah “murah”
Ketika harga turun mendekati area yang sebelumnya pernah menjadi titik pantulan, banyak trader menganggap zona itu menarik untuk membeli. Mereka merasa, “Kemarin dari sini harga sempat naik lagi, kemungkinan kali ini juga sama.” Pola ini disebut price memory, karena pasar mengingat area tersebut. - Trader yang sempat ketinggalan entry ingin ikut masuk
Ada juga trader yang dulu melewatkan kesempatan beli saat harga mulai naik dari area tertentu. Ketika harga kembali ke area itu, mereka melihatnya sebagai “kesempatan kedua” untuk masuk. Minat beli yang menumpuk di area sama membuat support semakin kuat. - Order besar menumpuk di angka bulat
Angka bulat, seperti 50, 100, 1.000, atau dalam kripto angka seperti 100.000 dolar, sering menjadi patokan banyak trader dan institusi. Banyak order beli ditempatkan sedikit di atas atau tepat di area tersebut. Ketika harga turun mendekat, order tersebut mulai tereksekusi dan menahan penurunan. - Volume transaksi meningkat di satu zona
Jika di area tertentu volume transaksi historis sangat tinggi, artinya banyak pelaku pasar pernah membuka atau menutup posisi di sana. Area ini akan cenderung kembali diperhatikan ketika harga mendekat lagi, sehingga menjadi kandidat support yang kuat.
Dari sini, kamu bisa melihat bahwa support artinya bukan sekadar rumus teknikal, tetapi hasil dari psikologi kolektif pelaku pasar. Karena itu, belajar membaca support berarti juga belajar membaca kebiasaan dan pola perilaku trader lain.
Setelah mengerti alasannya, langkah berikutnya adalah belajar bagaimana kamu bisa menggambar dan menemukan support secara lebih sistematis di chart.
Cara Menentukan Support yang Akurat di Chart
Support bisa diidentifikasi dengan berbagai cara, dari yang paling sederhana hingga yang lebih teknis. Kamu tidak harus menggunakan semuanya, tetapi penting untuk mengerti logika di balik setiap metode.
1. Support Horizontal dari Level Historis
Ini adalah cara paling dasar dan paling sering dipakai. Kamu melihat area di mana harga sebelumnya pernah jatuh, berhenti, lalu berbalik naik dengan jelas. Titik terendah dari pantulan itu, beserta zona di sekitarnya, bisa dianggap sebagai area support.
Misalnya, sebuah aset pernah turun beberapa kali mendekati harga tertentu, lalu setiap kali mendekat harga selalu memantul. Dari sudut pandang teknikal, area tersebut menunjukkan bahwa setiap penurunan ke sana selalu menarik minat beli yang cukup besar.
Dalam praktiknya, banyak trader menggambar garis horizontal di sekitar swing low penting. Namun, alih-alih terpaku pada satu garis, kamu sebaiknya melihatnya sebagai rentang harga. Di bawah rentang itu, sering kali ada kumpulan stop loss dan pending order, yang nantinya berkaitan dengan konsep likuiditas.
Jika kamu sudah terbiasa dengan cara ini, kamu akan mulai sadar bahwa bagian bawah suatu rentang konsolidasi yang sering disentuh harga juga sering menjadi support penting ke depannya.
2. Support dari Garis Tren (Trendline Support)
Saat pasar sedang membentuk tren naik, harga sering kali tidak naik lurus. Ada fase koreksi yang membuat harga bergerak turun sementara, sebelum melanjutkan tren naiknya. Di sini, garis tren bisa membantu kamu menemukan area support dinamis.
Kamu dapat menghubungkan beberapa titik low yang semakin naik lalu menarik garis miring ke depan. Garis ini menunjukkan lintasan tren. Selama harga masih memantul di sekitar garis tren tersebut, area di dekat garis ini dapat dianggap sebagai support dinamis.
Banyak trader pemula salah menarik garis tren dengan memaksakan garis agar menyentuh semua titik. Padahal, yang lebih penting adalah konsistensi: garis tren yang baik cenderung menyentuh atau mendekati beberapa titik low penting dan memberikan gambaran yang rasional tentang arah harga.
Ketika harga yang tadinya sering memantul di garis ini akhirnya menembus turun dengan kuat dan tidak kembali lagi, itu bisa menjadi sinyal bahwa support dari tren tersebut sudah melemah.
3. Moving Average sebagai Support Dinamis
Moving Average (MA) juga sering dipakai sebagai support dinamis. Dalam tren naik yang sehat, harga sering kali terkoreksi sementara ke MA tertentu, lalu memantul dan melanjutkan kenaikan.
MA yang sering digunakan sebagai referensi support antara lain MA 50, MA 100, atau MA 200, tergantung timeframe dan gaya trading kamu.
Misalnya, di banyak fase pasar, kenaikan harga Bitcoin yang kuat sering kali diuji oleh MA 50 harian. Ketika harga turun mendekati MA tersebut dan kemudian kembali naik, trader melihat garis MA sebagai area support yang cukup diperhitungkan.
Penting untuk diingat, MA bukan tembok keras. Harga bisa menembus sedikit di bawah atau di atas sebelum kembali mengikuti tren. Karena itu, MA sebaiknya dilihat sebagai zona referensi, bukan garis pasti untuk entry tanpa konfirmasi lain.
4. Support dari Pivot Points
Pivot Points banyak digunakan trader harian untuk memetakan support dan resistance dalam satu sesi perdagangan.
Secara sederhana, pivot adalah harga rata-rata dari high, low, dan close hari sebelumnya. Dari pivot ini, biasanya diturunkan beberapa level turunan seperti S1, S2, S3 sebagai potensial support dan R1, R2, R3 sebagai potensial resistance.
Bagi kamu yang aktif di intraday, level S1, S2, dan S3 bisa menjadi referensi area support intraday. Misalnya, jika harga turun mendekati S1 dan mulai muncul tanda-tanda penolakan penurunan, trader akan memperhatikan apakah level itu layak dijadikan area pantulan jangka pendek.
Pivot Points tidak berdiri sendiri. Mereka menjadi lebih kuat ketika berada dekat dengan level horizontal historis atau sejalan dengan MA penting. Kombinasi seperti ini membuat area support lebih kredibel.
5. Support dari Fibonacci Retracement
Fibonacci Retracement adalah alat yang membagi jarak antara titik high dan low utama menjadi beberapa level persentase, seperti 23,6%, 38,2%, 50%, 61,8%, dan 78,6%.
Dalam tren naik, ketika harga terkoreksi turun, banyak trader memperhatikan level retracement ini sebagai calon area support. Dua level yang sering diamati adalah sekitar 38,2% dan 61,8%, sementara 50% meski bukan angka Fibonacci murni sering tetap digunakan.
Misalnya, setelah kenaikan tajam, koreksi harga yang berhenti di sekitar level retracement 38,2% dan kemudian berbalik naik kembali sering dianggap sebagai koreksi sehat dalam tren naik.
Fibonacci bekerja lebih baik bila:
- Dipadukan dengan level horizontal historis.
- Sejalan dengan MA penting.
- Dikonfirmasi dengan munculnya pola candlestick yang menunjukkan penolakan penurunan, seperti pin bar atau engulfing bullish.
6. Support dari Volume Profile
Volume Profile, lewat alat seperti Volume Profile Indicator di chart, memperlihatkan sebaran volume transaksi pada berbagai harga, bukan hanya sepanjang waktu. Dari sini, kamu bisa melihat di harga berapa volume paling banyak terjadi, yang disebut area nilai tinggi atau high volume node.
Area dengan volume transaksi besar sering kali menjadi zona support atau resistance yang kuat, karena menunjukkan bahwa banyak pelaku pasar punya posisi atau memutuskan harga di sana.
Ketika harga kembali ke area volume tinggi tersebut, sering kali pasar bereaksi kuat: entah itu bertahan dan memantul, atau menembus dengan pergerakan besar. Di sinilah Volume Profile bisa membantu kamu melihat support yang sebelumnya tidak tampak hanya dari garis harga.
7. Support dari Order Flow dan Imbalance
Untuk kamu yang ingin melangkah lebih jauh, ada pendekatan yang melihat support dari pola order flow dan ketidakseimbangan harga.
Candlestick dengan tubuh besar yang muncul tiba-tiba setelah fase penurunan sering kali menunjukkan area di mana buyer masuk agresif. Zona asal dari pergerakan kuat tersebut dapat berperan sebagai support ketika harga kembali ke sana.
Selain itu, ada konsep di mana area supply yang ditembus dengan kuat kadang berubah fungsi menjadi support saat harga kembali menguji area tersebut. Zona seperti ini sering dianggap penting oleh trader yang memperhatikan likuiditas.
Pendekatan ini lebih teknis, tetapi intinya tetap sama: kamu mencari area di mana sebelumnya terjadi perubahan besar pada keseimbangan antara buyer dan seller.
Setelah mengenal berbagai cara menentukan support, pertanyaan berikutnya adalah: bagaimana kamu bisa menilai mana support yang benar-benar kuat dan mana yang rapuh?
Cara Menilai Kekuatan Support
Tidak semua support layak dijadikan tempat kamu menaruh harapan. Ada support yang kuat dan sering menahan harga, ada juga support yang hanya sekali disentuh lalu ditembus begitu saja.
Beberapa faktor yang bisa kamu gunakan untuk menilai kekuatan support antara lain:
- Jumlah kali support diuji
Semakin sering harga mendekati suatu area dan memantul, semakin banyak pelaku pasar yang mengakui area itu sebagai support. Namun, perlu hati-hati: terlalu sering diuji juga bisa berarti support mulai melemah karena “persediaan buyer” di zona itu perlahan berkurang. - Timeframe yang digunakan
Support di timeframe besar, seperti daily atau weekly, biasanya lebih kuat pengaruhnya dibanding support di time frame kecil. Area yang terlihat jelas di chart harian cenderung dipantau oleh lebih banyak trader, sehingga reaksinya lebih signifikan. - Volume di sekitar level tersebut
Jika di sekitar area support terjadi lonjakan volume ketika harga menyentuh dan memantul, itu memberi sinyal bahwa banyak transaksi terjadi dan buyer cukup aktif. Support dengan volume pendukung cenderung lebih kredibel. - Pergerakan harga sebelum menyentuh support
Jika harga turun sangat tajam dan vertikal, lalu baru menyentuh support, reaksinya kadang bisa keras, tetapi juga bisa cepat patah jika tekanan jual masih sangat besar. Jika penurunan terjadi lebih pelan dan terkendali, support yang sama bisa bertahan lebih baik. - Likuiditas dan karakter aset
Aset dengan likuiditas rendah cenderung memiliki support yang “tipis” dan mudah ditembus oleh transaksi besar. Sebaliknya, aset besar dengan likuiditas tinggi biasanya memiliki area support yang lebih stabil. - Sentimen dan konteks berita
Support yang kuat secara teknikal pun bisa jebol jika ada berita negatif besar, seperti regulasi ketat atau shock makroekonomi. Karena itu, menilai kekuatan support juga perlu melihat konteks sentimen pasar secara keseluruhan.
Jika kamu membiasakan diri memeriksa faktor-faktor ini, kamu tidak lagi sekadar melihat garis support sebagai “tempat beli”, tetapi sebagai area yang perlu diuji kelayakannya. Setelah itu, barulah kamu bisa memikirkan bagaimana cara memanfaatkan support dalam strategi trading.
Cara Membaca dan Memanfaatkan Support dalam Trading
Setelah mengerti support artinya apa dan bagaimana menilainya, langkah berikutnya adalah menggunakannya secara praktis.
Pertama, banyak trader menggunakan support sebagai referensi area beli. Mereka menunggu harga mendekati zona support yang sebelumnya telah diidentifikasi, lalu mengamati bagaimana harga bereaksi di sana. Jika muncul pola candlestick penolakan penurunan, price action di sekitar support tampak meyakinkan, volume menguat, dan tren besar masih mendukung, barulah mereka mempertimbangkan entry.
Kedua, support juga membantu kamu menentukan batas risiko. Stop loss sering ditempatkan sedikit di bawah area support. Logikanya, jika harga turun menembus support yang seharusnya menahan penurunan, berarti skenario awal sudah tidak valid, sehingga posisi lebih baik ditutup untuk membatasi kerugian.
Ketiga, support bisa dipadukan dengan indikator lain. Misalnya:
- Harga menyentuh support sambil RSI menunjukkan kondisi jenuh jual yang mulai mereda.
- Harga menyentuh support di MA penting sambil muncul candlestick dengan ekor panjang di bawah.
- Harga turun ke area support yang sekaligus merupakan level Fibonacci retracement yang banyak diperhatikan.
Kombinasi seperti ini tidak menjamin keberhasilan, tetapi membantu kamu menyaring peluang sehingga tidak asal masuk hanya karena melihat satu garis di chart.
Terakhir, kamu juga perlu siap menghadapi skenario ketika support ditembus dan terbentuk breakout yang kuat. Penembusan yang kuat, disertai volume besar, sering kali menandakan perubahan sentimen yang tidak bisa diabaikan. Dalam kondisi seperti ini, support lama bisa berubah menjadi resistance baru ketika harga berusaha naik kembali.
Dengan logika seperti ini, support tidak lagi kamu pandang sebagai “batu karang yang pasti menahan harga”, tetapi sebagai alat bantu membaca skenario yang mungkin terjadi. Untuk memperdalam pemahaman, kamu perlu melihat contoh nyata di berbagai pasar.
Contoh Terkait Support Lintas Pasar Tahun 2025
Agar konsep support terasa lebih hidup, mari melihat beberapa contoh gambaran yang sering muncul di pasar sepanjang 2025. Angka-angkanya bisa berubah seiring waktu, tetapi pola yang terjadi memberikan pelajaran berharga.
Di pasar kripto, Bitcoin beberapa kali dipantau di area harga yang lebih rendah setelah sempat mencetak kenaikan kuat. Ketika harga mendekati zona tertentu yang sudah pernah menjadi titik balik sebelumnya, banyak analis menyebut area itu sebagai support kunci. Di sekitar zona itu, volume beli meningkat dan penurunan mulai melambat, menunjukkan bahwa buyer mulai berani masuk kembali.
Di pasar saham global, indeks besar seperti S&P 500 sempat diawasi ketat ketika mendekati area sekitar beberapa ribu poin yang sebelumnya menjadi dasar pantulan tren naik. Banyak pelaku pasar menjadikan area tersebut sebagai referensi apakah tren panjang masih terjaga atau mulai memasuki fase koreksi yang lebih dalam.
Di pasar forex, pasangan seperti EUR/USD kerap memantul di sekitar area nilai tertentu yang berulang tersentuh dalam beberapa bulan. Zona ini sering disebut sebagai support struktural karena terlihat jelas di chart harian dan weekly, sehingga dipantau oleh trader institusional maupun ritel.
Di sisi lain, altcoin seperti Solana atau aset layer-1 lain kadang membentuk support di sekitar area di mana sebelumnya terjadi akumulasi besar sebelum kenaikan tajam. Ketika harga turun kembali ke area tersebut, banyak trader yang percaya bahwa zona itu kembali menarik untuk akumulasi jangka menengah, asalkan sentimen market tidak berubah drastis.
Komoditas seperti emas dan perak pun menunjukkan pola serupa. Ketika harga emas turun mendekati zona yang beberapa kali menjadi dasar pantulan dalam setahun terakhir, minat beli sering meningkat. Perak pun demikian, dengan area tertentu menjadi acuan banyak pelaku pasar yang mencari harga “relatif murah” untuk masuk kembali.
Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa support artinya bukan teori yang hanya ada di buku. Di berbagai pasar dan jenis aset, zona harga yang sama sering mempengaruhi keputusan jutaan pelaku pasar. Tugas kamu adalah belajar mengenalinya lebih cepat dan menggunakannya dengan disiplin.
Setelah melihat bagaimana support bekerja di berbagai pasar, langkah berikutnya adalah mengenal kesalahan yang sering dilakukan trader ketika mencoba memanfaatkan support.
Kesalahan Umum Saat Menggunakan Support
Memahami support artinya apa tidak otomatis membuat kamu langsung bisa menggunakannya dengan benar. Banyak trader justru terjebak pada kesalahan yang sama berulang kali.
Salah satu kesalahan paling umum adalah terlalu percaya bahwa support pasti bertahan. Padahal, pasar selalu bisa berubah. Support yang sebelumnya kuat bisa jebol ketika berita negatif besar muncul atau ketika sentimen global berbalik. Jika kamu menganggap support sebagai tembok yang tidak mungkin ditembus, kamu cenderung menunda cut loss dan membiarkan kerugian membesar.
Kesalahan lain adalah hanya mengandalkan satu time frame. Support di time frame kecil bisa tampak menarik, tetapi jika berlawanan dengan tren besar di time frame harian atau mingguan, risikonya jauh lebih besar. Tanpa melihat konteks lebih luas, kamu bisa saja membeli di support kecil justru di tengah tren turun besar.
Banyak juga trader yang masuk di area support tanpa menunggu konfirmasi. Mereka membeli begitu harga menyentuh garis support, tanpa melihat apakah ada tanda-tanda pembalikan seperti pola candlestick atau peningkatan volume beli. Akibatnya, mereka sering menjadi korban penembusan support yang sebenarnya sudah bisa diantisipasi.
Ada pula yang mengabaikan likuiditas dan karakter aset. Support di aset yang sangat tipis volumenya cenderung mudah ditembus karena satu transaksi besar saja sudah bisa menggoyang harga. Jika kamu menerapkan strategi yang sama di aset besar dan aset sangat kecil tanpa penyesuaian, hasilnya bisa sangat berbeda.
Terakhir, banyak trader yang lupa memperhitungkan rilis data ekonomi penting, pengumuman bank sentral, atau berita regulasi. Di sekitar waktu-waktu seperti ini, pergerakan harga bisa jauh lebih liar, dan support yang sebelumnya terlihat rapi bisa ditembus hanya dalam satu candlestick panjang.
Mengenali kesalahan-kesalahan ini membantu kamu menempatkan konsep support pada posisi yang tepat: penting, berguna, tetapi tetap harus dipadukan dengan manajemen risiko dan pemahaman kondisi pasar.
Kesimpulan
Support artinya lebih dari sekadar garis horizontal di chart. Ia adalah cerminan dari area harga di mana minat beli mulai menguat, tekanan jual mereda, dan pelaku pasar melihat nilai yang menarik. Di dalamnya ada unsur psikologi, data historis, volume, dan konteks tren yang sedang berlangsung.
Dengan memahami bagaimana support terbentuk, bagaimana menentukannya dengan berbagai alat, bagaimana menilai kekuatannya, serta bagaimana memanfaatkannya untuk entry dan manajemen risiko, kamu bisa menggunakan konsep ini sebagai kompas dalam mengambil keputusan.
Namun, support bukan jaminan bahwa harga pasti memantul. Ia adalah alat bantu membaca skenario, bukan jawaban pasti. Karena itu, kombinasikan selalu analisis support dengan pemahaman tren, konfirmasi dari indikator lain, manajemen risiko yang disiplin, dan kesadaran akan berita serta sentimen yang sedang bergerak di pasar.
Jika kamu bisa memposisikan support seperti itu, kamu tidak lagi hanya menebak harga akan naik atau turun, tetapi mulai membaca peta pergerakan harga dengan cara yang lebih terstruktur dan tenang.
Itulah informasi menarik tentang Support artinya apa dalam trading yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel populer Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market.
Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Staking/Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan. Segera register di INDODAX dan lakukan KYC dengan mudah untuk mulai trading crypto lebih aman, nyaman, dan terpercaya!
Kontak Resmi Indodax
Nomor Layanan Pelanggan: (021) 5065 8888 | Email Bantuan: [email protected]
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
1. Apa arti support dalam trading?
Support artinya area harga di mana penurunan cenderung tertahan karena permintaan mulai menguat. Di zona ini, banyak pelaku pasar menganggap harga sudah cukup menarik untuk membeli, sehingga tekanan jual berkurang dan harga berpeluang memantul.
2. Apa bedanya support dan resistance?
Support bisa kamu bayangkan seperti lantai harga, tempat penurunan tertahan dan harga berpotensi naik. Resistance adalah kebalikannya: area seperti “plafon” harga, di mana kenaikan sering tertahan karena banyak pelaku pasar memilih menjual. Keduanya saling melengkapi sebagai batas bawah dan batas atas pergerakan harga.
3. Bagaimana cara tahu support yang kuat?
Support yang kuat biasanya terlihat di time frame lebih besar, sudah beberapa kali diuji dan bertahan, didukung oleh lonjakan volume saat harga menyentuhnya, serta sejalan dengan alat teknikal lain seperti MA penting, pivot, atau level Fibonacci. Jika mendekati support lalu muncul candlestick penolakan penurunan, itu menambah keyakinan bahwa area tersebut layak diperhatikan.
4. Apa bedanya support dan demand zone?
Support biasanya digambar sebagai garis atau area sempit di sekitar satu level harga. Demand zone cenderung menggambarkan area yang lebih lebar, di mana buyer sebelumnya masuk secara agresif sehingga terjadi kenaikan kuat. Demand zone sering mencakup beberapa level harga, bukan hanya satu garis. Dalam praktiknya, demand zone yang kuat sering kali bertindak sebagai support ketika harga kembali ke area tersebut.
5. Kapan support dianggap jebol?
Support dianggap jebol ketika harga menembus area tersebut dengan jelas dan tidak segera kembali, terutama jika didukung volume besar atau pergerakan candlestick yang tegas. Jika setelah penembusan harga justru berbalik dan area tadi mulai menahan kenaikan, support lama kemungkinan berubah fungsi menjadi resistance baru. Dalam situasi seperti ini, skenario yang kamu susun dari support sebelumnya perlu ditinjau ulang dan disesuaikan.






Polkadot 9.04%
BNB 0.45%
Solana 4.76%
Ethereum 2.37%
Cardano 1.75%
Polygon Ecosystem Token 2.16%
Tron 2.85%
Pasar


