Fenomena “bracket creep” mungkin belum terlalu dikenal oleh banyak orang, tapi dampaknya bisa terasa di dompet kamu. Ini adalah kondisi di mana penghasilan seseorang naik secara nominal, tapi kenyataannya tidak meningkatkan daya beli karena lonjakan pajak akibat inflasi.
Untuk memahami kenapa hal ini bisa terjadi dan bagaimana kaitannya dengan aset kripto, mari kita bahas lebih dalam.
Apa Itu Bracket Creep?
Bracket creep terjadi ketika kenaikan pendapatan mendorong seseorang masuk ke tingkat pajak (tax bracket) yang lebih tinggi, padahal kenaikan itu hanya mengikuti inflasi, bukan peningkatan daya beli nyata.
Dengan kata lain, kamu tampak “lebih kaya” di atas kertas, tapi sebenarnya harga barang dan jasa juga sudah ikut naik.
Contohnya, jika gajimu naik 10% karena inflasi juga naik 10%, seharusnya daya belimu tetap sama.
Namun, karena kenaikan itu membuat kamu masuk ke kategori pajak yang lebih tinggi, pajak yang kamu bayar ikut bertambah. Akibatnya, pendapatan bersih yang bisa kamu gunakan justru menurun.
Inilah yang disebut bracket creep — sebuah fenomena di mana inflasi “menggerus” pendapatan tanpa disadari, lewat mekanisme perpajakan.
Cara Kerja Bracket Creep
Untuk memahami cara kerjanya, bayangkan sistem pajak progresif. Dalam sistem ini, semakin tinggi penghasilan, semakin tinggi pula persentase pajak yang dikenakan.
Ketika inflasi terjadi, gaji seseorang cenderung naik agar mengikuti harga pasar.
Namun, jika pemerintah tidak menyesuaikan batasan setiap tingkat pajak (tax bracket) terhadap inflasi, maka banyak orang akan berpindah ke kelompok pajak yang lebih tinggi meskipun daya belinya tidak benar-benar bertambah.
Misalnya:
- Tahun 1: Gaji Rp100 juta, tarif pajak 15%.
- Tahun 2: Gaji naik jadi Rp110 juta, tapi inflasi juga 10%. Karena kenaikan gaji itu, kamu masuk ke tarif pajak 20%.
Padahal, daya beli kamu tetap sama seperti tahun sebelumnya, tapi pajak yang dibayar meningkat.
Efeknya tidak hanya menekan konsumsi individu, tapi juga bisa mengurangi insentif untuk bekerja lebih keras atau berinvestasi karena hasil tambahannya akan “dimakan” pajak.
Dampak Bracket Creep terhadap Pajak dan Daya Beli
1. Pajak Naik Tanpa Kenaikan Kesejahteraan
Bracket creep membuat pajak efektif seseorang meningkat meskipun kesejahteraannya tidak berubah. Pemerintah memang mendapatkan tambahan penerimaan pajak, tetapi itu bukan karena ekonomi tumbuh sehat — melainkan akibat inflasi.
2. Daya Beli Masyarakat Menurun
Kenaikan pajak mengurangi penghasilan bersih. Padahal, harga kebutuhan pokok sudah naik karena inflasi. Hasilnya, masyarakat merasa uangnya “tidak cukup” meskipun nominal gaji lebih tinggi.
3. Ketimpangan Ekonomi Melebar
Mereka yang berpenghasilan tetap atau rendah justru paling terdampak. Sementara kelompok berpenghasilan tinggi biasanya memiliki akses terhadap investasi atau aset yang dapat melindungi nilai uang mereka dari inflasi, seperti properti atau kripto.
Dengan kata lain, bracket creep secara tidak langsung memperlebar kesenjangan ekonomi antara kelas menengah ke bawah dan kelas atas.
Kaitan Bracket Creep dengan Inflasi Ekonomi
Inflasi dan bracket creep ibarat dua sisi mata uang yang saling memengaruhi. Inflasi meningkatkan harga-harga, mendorong kenaikan gaji nominal, dan pada akhirnya menjerumuskan banyak orang ke bracket pajak yang lebih tinggi.
Jika inflasi tidak dikendalikan, efek bracket creep akan semakin kuat. Pemerintah di beberapa negara biasanya menyesuaikan batas pajak tahunan sesuai dengan tingkat inflasi (disebut indexation).
Namun, jika penyesuaian ini tidak dilakukan atau terlambat, masyarakat akan mengalami “kenaikan pajak diam-diam” tanpa ada pengumuman resmi.
Bagi ekonomi makro, hal ini bisa menurunkan konsumsi rumah tangga — komponen penting dari pertumbuhan ekonomi. Jadi, bracket creep bukan hanya persoalan pajak pribadi, tapi juga bisa memengaruhi stabilitas ekonomi secara keseluruhan.
Relevansi Bracket Creep dengan Aset Kripto
Dalam konteks modern, banyak investor dan profesional mulai melirik aset kripto sebagai salah satu cara untuk melindungi nilai kekayaan mereka dari dampak inflasi dan bracket creep.
Kripto seperti Bitcoin sering disebut sebagai “digital gold” karena memiliki suplai terbatas, tidak bisa dicetak oleh bank sentral, dan secara teoritis kebal terhadap inflasi moneter yang diciptakan pemerintah.
Namun, penting diingat bahwa investasi kripto juga memiliki risiko volatilitas harga yang tinggi. Jadi, meskipun kripto dapat menjadi alternatif untuk menjaga nilai kekayaan, penggunaannya perlu disesuaikan dengan profil risiko dan tujuan finansial masing-masing.
Selain itu, regulasi pajak untuk aset kripto kini mulai diperketat di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Artinya, potensi bracket creep di masa depan bisa saja juga terjadi dalam konteks kepemilikan aset digital, terutama jika inflasi tinggi menyebabkan kenaikan nilai kripto dalam mata uang lokal dan menempatkan investor dalam kategori pajak yang lebih tinggi.
Menghindari Dampak Bracket Creep
Untuk meminimalkan dampak bracket creep, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan:
- Perencanaan Pajak yang Baik
Pahami struktur pajak dan cari cara legal untuk mengoptimalkan kewajiban pajak, misalnya melalui investasi yang memiliki insentif pajak. - Diversifikasi Aset
Jangan hanya bergantung pada uang tunai atau gaji. Aset seperti emas, saham, dan kripto bisa menjadi pelindung nilai terhadap inflasi. - Meningkatkan Literasi Keuangan
Dengan memahami hubungan antara inflasi, pajak, dan daya beli, kamu bisa membuat keputusan finansial yang lebih bijak. - Mendukung Kebijakan Indexation Pajak
Dorong transparansi dan kebijakan pemerintah yang menyesuaikan tarif pajak dengan inflasi agar masyarakat tidak dirugikan secara tidak langsung.
Kesimpulan
Bracket creep adalah fenomena halus tapi berdampak besar dalam ekonomi. Ia terjadi ketika inflasi membuat seseorang masuk ke bracket pajak yang lebih tinggi tanpa peningkatan kesejahteraan nyata. Akibatnya, pajak naik, daya beli turun, dan kesenjangan ekonomi melebar.
Dalam konteks modern, aset kripto muncul sebagai salah satu alternatif untuk melindungi nilai kekayaan dari efek inflasi dan bracket creep. Namun, penggunaannya tetap perlu disertai pemahaman risiko dan strategi investasi yang matang.
Memahami bracket creep bukan hanya soal pajak, tapi tentang bagaimana menjaga keseimbangan antara pendapatan, inflasi, dan nilai aset di tengah dinamika ekonomi global yang terus berubah.
Itulah informasi menarik tentang Blockchain yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market.
Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.x
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX staking crypto, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
- Apa penyebab utama bracket creep?
Penyebab utamanya adalah inflasi yang meningkatkan pendapatan nominal tanpa penyesuaian batas pajak. - Apakah semua negara mengalami bracket creep?
Tidak semua. Beberapa negara menyesuaikan batas pajak tahunan terhadap inflasi untuk menghindari efek ini. - Bagaimana cara pemerintah mengatasi bracket creep?
Dengan menerapkan tax bracket indexation, yaitu menyesuaikan batas tarif pajak sesuai tingkat inflasi. - Apakah kripto bisa melindungi dari bracket creep?
Kripto bisa membantu menjaga nilai kekayaan terhadap inflasi, tapi tetap memiliki risiko volatilitas tinggi. - Mengapa bracket creep penting untuk dipahami oleh investor?
Karena memengaruhi nilai riil penghasilan dan strategi investasi, terutama dalam situasi inflasi tinggi.
Author: ON






Polkadot 9.23%
BNB 0.57%
Solana 4.89%
Ethereum 2.37%
Cardano 1.22%
Polygon Ecosystem Token 2.17%
Tron 2.83%
Pasar


