Tokenisasi aset dunia nyata (real-world assets/RWA) telah menjadi topik sentral dalam adopsi blockchain institusional. Dari obligasi pemerintah hingga properti dan komoditas, semuanya mulai dikonversi menjadi token digital.
Ethereum, sebagai pionir teknologi smart contract, saat ini masih mendominasi ekosistem ini. Namun, dominasi itu kini mulai ditantang oleh blockchain yang lebih cepat, lebih murah, dan lebih patuh terhadap regulasi. Pertanyaannya: apakah Ethereum bisa mempertahankan tahtanya di tengah arus perubahan ini?
Apa Itu RWA dan Mengapa Penting? RWA (Real-World Assets) merujuk pada aset berwujud seperti real estat, surat utang, dan komoditas yang di-tokenisasi ke dalam blockchain. Tokenisasi ini memungkinkan akses global, likuiditas tinggi, dan efisiensi biaya, sambil tetap menjaga transparansi.
Menurut laporan dari website Tiger Research dan proyeksi BCG, pasar tokenisasi RWA diperkirakan tumbuh menjadi multi-triliun dolar. Di kawasan Asia, termasuk Indonesia, potensi pertumbuhannya sangat besar.
News Terkait lainnya: ERC-1400 vs ERC-20 & 3643: Mana Paling Canggih?
Mengapa Ethereum Masih Mendominasi Real-World Asset (RWA)?

Sumber Gambar: website Tiger Research
1. Pionir dan Kepercayaan Institusi
Ethereum memperkenalkan standar tokenisasi lebih awal melalui ERC-1400 dan ERC-3643. Banyak pilot project institusional menggunakan Ethereum:
- JPMorgan Quorum & JPM Coin (2016–2017): untuk transfer antar bank berbasis blockchain.
- Obligasi SocGen (2019): senilai €100 juta di Ethereum mainnet.
- Obligasi Digital EIB (2021): diterbitkan dengan CBDC dari Banque de France.
Langkah ini memperkuat posisi Ethereum sebagai platform utama untuk eksperimen dan adopsi institusional.
2. Likuiditas Nyata dan Terpakai
Sumber Gambar: rwa.xyz, Arkham, Tiger Research
Ethereum bukan sekadar platform teknis, tetapi tempat di mana modal riil mengalir dan diputar:
- Ondo Finance mengelola lebih dari $600 juta TVL lewat USDY & OUSG.
- Spark Protocol telah membeli surat utang pemerintah AS senilai $2,4 miliar.
- Ethena menggunakan stablecoin sintetis (USDe & sUSDe) untuk menarik likuiditas DeFi dan institusional.
Integrasi antara stablecoin, DeFi, dan kerangka kerja compliant menjadikan Ethereum unggul secara struktural.
3. Desentralisasi dan Transparansi
Dengan ribuan node aktif secara global, Ethereum menawarkan:
- Keamanan tanpa titik sentral kegagalan
- Transparansi dan resistensi terhadap sensor
- Ledger tak bisa diubah (immutability)
Ini semua menciptakan nilai tambah yang sangat relevan bagi sektor keuangan institusional.
Masih seputar topik ini, simak juga: Mengenal Throughput pada Blockchain untuk Pemula
Tantangan Struktural Ethereum
Meski dominan, Ethereum menghadapi kendala teknis dan ekonomis:
- Throughput terbatas: Belum menyamai kecepatan jaringan seperti Visa (65.000 TPS).
- Latency & finalitas lambat: Finalisasi transaksi bisa memakan waktu hingga 3 menit.
- Biaya transaksi tinggi & tidak stabil: Gas fee bisa melambung di atas $50.
Meski sudah ada upgrade besar seperti The Merge (2022) dan Dencun (2024), dan mendekati Pectra (2025), Ethereum tetap menghadapi tekanan. Perusahaan seperti Securitize bahkan memilih ekspansi ke Solana, Polygon, dan membangun chain sendiri bernama Converage untuk mengatasi keterbatasan ini, seperti dikutip dari Tiger Research.
Siapa Penantang Serius Ethereum?
1. General-Purpose Blockchain
Blockchain seperti Solana, zkSync, dan Polygon menawarkan keunggulan:
- Biaya rendah dan kecepatan transaksi tinggi
- Waktu finalisasi lebih singkat
Meski begitu, volume tokenisasi di luar stablecoin masih kecil. Banyak proyek RWA di chain ini tetap bersifat multichain dan tetap mengandalkan Ethereum sebagai basis utama.
Namun, ada tanda-tanda awal pergeseran. Misalnya:
- Tradable di zkSync mencatat >18% aktivitas private credit RWA, hanya kalah dari Ethereum.
2. Blockchain Spesialis RWA
Ada pergeseran ke blockchain yang dibangun khusus untuk tokenisasi aset nyata, dengan fitur regulasi native seperti:
- MANTRA: mendukung identitas terdesentralisasi (DID) dan modul compliance
- Centrifuge: fokus pada trade finance
- Maple Finance: mengincar institutional lending
- Polymesh: khusus untuk sekuritas yang teregulasi
Pendekatan mereka bukan sekadar membungkus aset tradisional ke blockchain, tapi membangun infrastruktur regulasi langsung di tingkat protokol.
Apa Syarat Menjadi Pemimpin RWA Berikutnya?
Tiger Research menyimpulkan bahwa pemain yang akan memimpin fase selanjutnya harus menyatukan tiga elemen utama:
- Kepatuhan On-Chain: AML, KYC, dan compliance lain langsung di protokol, bukan hanya di level aplikasi.
- Ekosistem Layanan Aktif: seperti lending, perdagangan, asuransi, yang dibangun di atas RWA.
- Likuiditas yang Teruji: tanpa dana riil, tokenisasi tidak relevan.
Ethereum saat ini unggul karena sudah punya 3 pilar itu secara awal. Tapi bukan berarti tidak bisa tergeser.
Kesimpulan
Pasar RWA masih di tahap awal — kurang dari 2% dari potensi penuhnya. Ethereum telah membuktikan modelnya, namun saat sektor ini matang, institusi akan menuntut performa, efisiensi, dan compliance lebih tinggi.
Dengan munculnya blockchain cepat dan spesifik regulasi, dominasi Ethereum bisa jadi hanya sementara. Pemain berikutnya akan ditentukan oleh siapa yang bisa menggabungkan regulasi, ekosistem, dan likuiditas dalam satu platform terintegrasi.
Jika Ethereum tidak mampu menurunkan biaya transaksi, mempercepat finalitas, dan memperkuat compliance on-chain dalam 12–24 bulan ke depan, maka arus modal institusional bisa mulai mengalir ke platform alternatif yang lebih siap. Pertanyaannya bukan lagi apakah Ethereum akan tergeser, tapi kapan dan oleh siapa.
Artikel ini hasil Kolaborasi antara INDODAX x Tiger Research
FAQ
1. Apa itu tokenisasi real-world assets (RWA)?
Tokenisasi RWA adalah proses mengubah aset nyata seperti properti, obligasi, atau komoditas menjadi token digital di blockchain agar bisa diperdagangkan secara efisien dan global.
2. Kenapa Ethereum jadi pemimpin pasar RWA saat ini?
Karena Ethereum adalah pelopor smart contract, punya standar tokenisasi mapan (ERC-1400, ERC-3643), dan telah digunakan dalam berbagai proyek institusional besar seperti JPM Coin dan obligasi EIB.
3. Apa kelemahan utama Ethereum di sektor RWA?
Gas fee tinggi, kecepatan transaksi lambat, dan finalitas yang butuh waktu. Ini membuatnya kurang optimal untuk kebutuhan institusi skala besar yang butuh efisiensi dan kepastian.
4. Siapa pesaing Ethereum di masa depan?
Solana, zkSync, Polygon (general-purpose), serta chain spesialis seperti MANTRA, Polymesh, dan Maple Finance yang dibangun khusus untuk tokenisasi aset dan kepatuhan regulasi.
5. Apakah Ethereum akan tergeser dari posisi teratas?
Bisa jadi, jika tidak beradaptasi dalam 1–2 tahun ke depan. Dominasi hanya akan bertahan jika Ethereum bisa meningkatkan skalabilitas, menurunkan biaya, dan memperkuat sistem compliant-nya.
Itulah informasi terkini seputar berita crypto hari ini, jangan lupa aktifkan notifikasi agar Anda selalu mendapatkan informasi terkini dari Akademi crypto seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Anda juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya.
Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Pantau pergerakan harga aset digital secara real-time dan eksplorasi berbagai pilihan kripto langsung di INDODAX Market.
Maksimalkan juga aset kripto Anda dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang Anda simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
Author: AL
Tag Terkait: #Berita Kripto Hari Ini, #Berita Mata uang Kripto #BeritaRWA