Bayangin kamu masih berumur dua puluhan, tapi udah jadi miliarder dan memimpin arah masa depan kecerdasan buatan. Itulah kisah nyata Alexandr Wang, sosok yang sering disebut sebagai jenius AI generasi baru.
Ceritanya bukan sekadar kisah startup yang sukses besar, tapi tentang keberanian anak muda yang nekat keluar dari MIT untuk membangun perusahaannya sendiri. Keputusan itu kemudian mengubah hidupnya dan arah industri teknologi modern.
Daya tarik Wang terletak pada visinya: ia percaya bahwa data adalah bahan bakar utama dalam menciptakan kecerdasan buatan yang benar-benar cerdas.
Keyakinan itu ia wujudkan lewat Scale AI, perusahaan yang menjadi fondasi di balik banyak sistem AI raksasa seperti OpenAI, Anthropic, dan Meta. Cerita Wang bukan hanya soal inovasi teknologi, tapi juga soal bagaimana manusia memahami dan mengarahkan mesin agar bisa membantu, bukan menggantikan.
Awal Mula: Anak Jenius dari MIT yang Ogah Tunggu Waktu
Alexandr Wang lahir tahun 1997 di New Mexico. Kedua orang tuanya adalah ilmuwan di Los Alamos National Laboratory, tempat di mana riset nuklir dan teknologi komputasi berkembang pesat. Dari lingkungan itu, rasa ingin tahu dan ketertarikannya terhadap sains tumbuh sejak kecil. Ia sering mengutak-atik komputer dan memecahkan teka-teki logika saat anak lain bermain di luar.
Di masa SMA, Wang sudah ikut kompetisi matematika dan coding tingkat nasional. Kemampuan analitisnya luar biasa, membuatnya diterima di MIT, kampus bergengsi yang melahirkan banyak ilmuwan dan inovator dunia. Tapi di tengah kesibukan kuliah, Wang sadar bahwa dirinya bukan hanya ingin belajar teori ia ingin membuat dampak nyata. Di usia 19 tahun, ia memutuskan keluar dari MIT untuk membangun sesuatu yang lebih besar: Scale AI.
Keputusan itu banyak dianggap gila. Tapi bagi Wang, waktu adalah aset paling berharga. Ia nggak mau menunggu lulus untuk memulai sesuatu yang diyakininya bisa mengubah dunia. Dari sinilah perjalanan epiknya dimulai.
Scale AI: Mesin Penggerak Revolusi Data
Buat kebanyakan orang, data mungkin hanya kumpulan angka tanpa makna. Tapi bagi Wang, data adalah bahasa dasar yang digunakan mesin untuk belajar. Scale AI berdiri dengan satu misi: membantu perusahaan melatih sistem AI mereka dengan data yang bersih, terstruktur, dan bisa dipahami mesin.
Lewat layanan data labeling dan model evaluation, Scale AI menjadi tulang punggung banyak proyek AI terbesar. Tanpa data yang tepat, model seperti ChatGPT, Claude, atau Llama nggak akan secerdas sekarang.
Dalam beberapa tahun, Scale AI tumbuh pesat dengan valuasi mencapai lebih dari 7 miliar dolar AS. Keberhasilan itu menobatkan Wang sebagai miliarder termuda di dunia teknologi bukan karena spekulasi, tapi karena kontribusi riil terhadap perkembangan AI global.
Menariknya, Wang membangun perusahaannya dengan filosofi bahwa manusia tetap punya peran penting dalam melatih mesin. Ia percaya kolaborasi manusia dan AI adalah kunci kemajuan, bukan dominasi salah satu pihak. Pandangan ini kemudian menjadi pondasi cara Scale AI bekerja hingga hari ini.
Jadi Miliarder Termuda Dunia AI

Sumber Gambar: Forbes
Pada tahun 2022, Forbes menempatkan Alexandr Wang di daftar miliarder termuda di dunia. Tapi yang menarik, Wang tetap hidup sederhana. Ia nggak suka sorotan berlebihan dan lebih memilih waktu di laboratorium ketimbang di panggung konferensi. Ia masih terlibat langsung dalam riset, memahami seluk-beluk data labeling, dan mendiskusikan etika teknologi dengan timnya.
Bagi Wang, kekayaan bukan tujuan, tapi alat untuk mempercepat inovasi. Ia sering berbicara tentang pentingnya responsible AI, yaitu bagaimana teknologi harus dikembangkan dengan prinsip moral yang jelas.
Di saat banyak perusahaan berlomba menciptakan AI paling kuat, Wang justru fokus membangun AI yang paling bermanfaat bagi manusia. Dari sini, bisa kita lihat betapa kedewasaan berpikirnya melampaui usianya.
Babak Baru: Dari Scale AI ke Meta Superintelligence
Kesuksesan Scale AI menarik perhatian raksasa teknologi lain. Pada tahun 2025, Meta resmi mengakuisisi 49% saham Scale AI dan menunjuk Alexandr Wang sebagai Chief AI Officer.
Ini bukan sekadar promosi jabatan, tapi pengakuan global atas kepemimpinan visioner seorang anak muda. Kini Wang memimpin proyek besar bernama Superintelligence, yang dirancang untuk membawa AI ke level yang melampaui sistem-sistem saat ini.
Proyek ini menjadi jembatan antara visi pribadi Wang dan ambisi besar Meta. Ia ingin membangun AI yang tidak hanya bisa menjawab perintah, tapi memahami konteks manusia: emosi, niat, bahkan nilai etika.
Banyak pengamat melihat langkah Meta ini sebagai upaya strategis Amerika Serikat dalam menghadapi dominasi riset AI dari Tiongkok. Dan di tengah rivalitas teknologi global itu, Wang muncul sebagai figur sentral yang menjembatani inovasi dan kebijakan.
Pandangan dan Filosofi Wang tentang AI
Yang membuat Wang menonjol bukan cuma prestasinya, tapi caranya melihat teknologi. Ia percaya AI adalah perpanjangan kemampuan manusia, bukan pengganti. Menurutnya, sistem cerdas hanya bisa disebut maju jika mampu memahami nilai kemanusiaan di dalam data.
Wang sering mendorong anak muda untuk belajar vibe coding, istilah yang ia gunakan untuk menjelaskan pentingnya memahami makna di balik kode dan data.
Bagi dia, masa depan bukan sekadar tentang siapa yang paling cepat memprogram, tapi siapa yang paling dalam memahami konteks manusia. Filosofi ini membuatnya dijuluki “filosof data” seseorang yang tak hanya membangun AI, tapi juga mengajarkan arah moralnya.
Tantangan dan Kritik terhadap Scale AI
Meski sukses, perjalanan Wang nggak selalu mulus. Scale AI sempat dikritik karena menggunakan tenaga kerja kontrak di negara berkembang untuk proses anotasi data dengan bayaran rendah. Kritik itu memicu perdebatan tentang etika di industri AI.
Wang menanggapinya dengan serius. Ia meningkatkan transparansi, memperketat standar audit, dan memperbaiki kesejahteraan pekerja. Langkah itu membuktikan bahwa ia bukan sekadar inovator, tapi juga pemimpin yang mau bertanggung jawab.
Masalah ini membuka mata banyak orang bahwa perkembangan AI tidak lepas dari faktor sosial. Di sinilah Wang menunjukkan sisi manusianya — bahwa teknologi hanya akan sebaik nilai-nilai yang kita tanamkan di dalamnya.
Apa Relevansinya buat Dunia Kripto dan Blockchain?
Menariknya, meski Alexandr Wang nggak terlibat langsung dalam industri kripto, pemikiran dan inovasinya punya irisan besar dengan prinsip blockchain.
Kedua teknologi sama-sama berbicara tentang kepercayaan, verifikasi, dan efisiensi data. Kalau blockchain memastikan keaslian transaksi, maka AI memastikan keakuratan interpretasi informasi.
Bayangin kalau dua teknologi ini bersatu: AI bisa membaca pola transaksi untuk mendeteksi penipuan, sementara blockchain menjamin transparansi data yang digunakan AI.
Di sinilah semangat desentralisasi dan keadilan yang diusung blockchain bertemu dengan semangat efisiensi dan pembelajaran dari AI. Jadi meski Wang nggak bermain langsung di pasar kripto, kontribusinya tetap terasa di fondasi digital yang mendukung masa depan Web3.
Kesimpulan: Bukan Sekadar Miliarder, tapi Arsitek Masa Depan AI
Alexandr Wang bukan cuma pengusaha muda yang sukses, tapi simbol dari keberanian mengambil langkah besar ketika peluang masih samar. Ia menunjukkan bahwa kecerdasan sejati bukan hanya tentang seberapa pintar kamu membuat kode, tapi seberapa dalam kamu memahami tujuan teknologi itu sendiri.
Dari ruang kecil di MIT sampai ruang rapat Meta, Wang membuktikan bahwa integritas dan visi bisa berjalan beriringan.
Di balik mesin yang belajar, ada manusia yang berpikir. Di balik algoritma yang canggih, ada niat baik untuk membuat dunia lebih efisien dan manusiawi.
Itulah warisan terbesar Alexandr Wang bukan hanya AI yang kuat, tapi arah baru bagi masa depan kecerdasan buatan yang lebih beretika, kolaboratif, dan penuh harapan.
Itulah informasi menarik tentang Alexandr Wang: Jenius AI yang Jadi Miliarder di Usia 24 yang bisa kamu dalami lebih lanjut di kumpulan artikel kripto dari Indodax Academy. Selain mendapatkan insight mendalam lewat berbagai artikel edukasi crypto terpopuler, kamu juga bisa memperluas wawasan lewat kumpulan tutorial serta memilih dari beragam artikel populer yang sesuai minatmu.
Selain update pengetahuan, kamu juga bisa langsung pantau harga aset digital di Indodax Market dan ikuti perkembangan terkini lewat berita crypto terbaru. Untuk pengalaman trading lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading dari Indodax. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu nggak ketinggalan informasi penting seputar blockchain, aset kripto, dan peluang trading lainnya.
Kamu juga bisa ikutin berita terbaru kami lewat Google News agar akses informasi lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis buat dapetin penghasilan pasif dari aset yang disimpan. Segera register di INDODAX dan lakukan KYC dengan mudah untuk mulai trading crypto lebih aman, nyaman, dan terpercaya!
Kontak Resmi Indodax
Nomor Layanan Pelanggan: (021) 5065 8888 | Email Bantuan: [email protected]
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
1: Siapa Alexandr Wang sebenarnya?
Pendiri Scale AI dan Chief AI Officer di Meta. Ia dikenal sebagai miliarder termuda di bidang kecerdasan buatan dan salah satu figur penting dalam pengembangan superintelligence.
2: Apa kontribusinya dalam dunia AI?
Ia membangun sistem data labeling dan evaluasi model yang menjadi fondasi bagi banyak AI besar seperti OpenAI, Anthropic, dan Meta.
3: Apakah Alexandr Wang terlibat di kripto atau blockchain?
Tidak secara langsung, tapi prinsipnya tentang data bersih, efisiensi, dan etika teknologi sangat relevan dengan semangat transparansi blockchain.
4: Apa visi jangka panjangnya?
Mengembangkan AI yang memahami konteks dan emosi manusia, serta membantu manusia membuat keputusan yang lebih baik, bukan menggantikannya.
Author: AL





Polkadot 10.18%
BNB 0.86%
Solana 4.89%
Ethereum 2.37%
Cardano 1.68%
Polygon Ecosystem Token 2.13%
Tron 2.89%
Pasar

