Apa Itu Book Building? Strategi IPO yang Jarang Dibahas
icon search
icon search

Top Performers

Apa Itu Book Building? Strategi IPO yang Jarang Dibahas

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

Apa Itu Book Building? Strategi IPO yang Jarang Dibahas

Apa Itu Book Building? Strategi IPO yang Jarang Dibahas

Daftar Isi

Banyak orang mengira investasi di saham IPO hanya sebatas beli di harga perdana lalu menunggu naik. Padahal, ada proses penting sebelum saham benar-benar dilepas ke publik yaitu book building. Inilah tahap yang sering diabaikan oleh investor ritel, padahal justru di sinilah peluang besar terbuka. Kalau kamu paham cara kerja book building, kamu bisa tahu siapa yang lebih dulu masuk, bagaimana harga IPO ditentukan, bahkan siapa saja yang mendapatkan harga lebih murah. Yuk bahas tuntas proses strategis ini!

 

Apa Itu Book Building? Bukan Sekadar Proses Teknis

Book building adalah proses pengumpulan minat beli saham dari investor sebelum harga final ditentukan dalam penawaran umum perdana (IPO). Perusahaan yang akan IPO, bersama penjamin emisi (underwriter), membuka rentang harga indikatif, lalu menawarkan kesempatan kepada investor besar untuk menyampaikan minat beli mereka di harga dan jumlah tertentu.

Ini bukan proses jual-beli langsung, melainkan semacam “lelang tertutup”. Data dari proses ini digunakan untuk menentukan harga final saham IPO yang ideal bukan terlalu murah, tapi juga tidak overvalue. Jadi, book building membantu menemukan keseimbangan antara permintaan pasar dan valuasi perusahaan.

Berbeda dengan fixed price offering yang langsung menetapkan harga, book building lebih fleksibel dan transparan dalam membaca sinyal pasar. Proses ini menjadi standar di hampir semua IPO modern, baik di Indonesia maupun global.

 

Bagaimana Proses Book Building Dilakukan?

Buat kamu yang penasaran gimana mekanismenya, mari kita bahas langkah-langkahnya secara runtut.

Pertama, perusahaan dan underwriter mengumumkan rencana IPO dan membuka masa book building, biasanya selama 5–7 hari kerja. Mereka juga menyampaikan price range—misalnya Rp1.000 sampai Rp1.200 per saham—sebagai kisaran harga indikatif.

Selanjutnya, investor besar seperti manajer investasi, dana pensiun, atau institusi keuangan lainnya mulai memasukkan penawaran. Mereka menyebutkan:

 

  • Jumlah saham yang ingin dibeli

  • Harga yang bersedia mereka bayar

 

Semua data penawaran ini dicatat dalam “book”. Setelah masa penawaran ditutup, underwriter akan menganalisis permintaan yang masuk. Mereka melihat di harga berapa permintaan paling banyak terkonsentrasi, siapa saja yang ikut, dan bagaimana permintaan itu menyebar di rentang harga.

Berdasarkan analisis ini, harga final IPO ditentukan biasanya di kisaran harga atas jika permintaan tinggi. Setelah itu, saham dialokasikan ke investor yang sudah ikut book building, dan publik baru bisa membeli ketika IPO resmi dibuka.

 

Siapa yang Terlibat dan Paling Diuntungkan?

Book building memang terdengar teknis, tapi aktor-aktornya cukup jelas. Pertama tentu saja perusahaan (emiten) yang ingin menghimpun dana dari publik lewat IPO. Mereka bekerja sama dengan penjamin emisi (underwriter) biasanya perusahaan sekuritas besar untuk mengatur strategi penawaran.

Di sisi lain ada investor institusi yang jadi target utama. Kenapa? Karena mereka dianggap punya daya serap besar, serta pemahaman mendalam soal valuasi dan risiko. Jadi mereka diberi akses lebih awal untuk ikut proses ini.

Investor ritel biasanya tidak bisa langsung ikut book building. Tapi jangan salah, kamu tetap bisa menikmati hasilnya. Ketika saham resmi listing dan mulai diperdagangkan di pasar reguler, kamu bisa ikut masuk meskipun tentu saja harganya sudah ditentukan lewat proses ini sebelumnya.

 

Book Building vs Lelang: Mana Lebih Menguntungkan?

Sekilas, book building dan lelang terdengar mirip keduanya melibatkan penawaran harga dari banyak pihak. Tapi ternyata, perbedaannya cukup fundamental.

Lelang (auction) biasanya bertujuan untuk mendapatkan harga setinggi mungkin bagi penjual. Contohnya: lelang karya seni, tanah, atau bahkan aset negara. Siapa yang berani bayar paling tinggi, dia yang menang.

Sementara itu, book building justru mencari harga yang efisien, bukan sekadar tinggi. Underwriter ingin harga saham IPO tetap menarik bagi investor tapi juga tidak merugikan perusahaan. Penawarannya juga tertutup, artinya peserta lain tidak tahu harga yang ditawarkan investor lainnya.

Contoh lelang di dunia kripto bisa kamu lihat di sistem Dutch Auction harga token terus turun sampai ada pembeli. Tapi dalam book building, harga justru dibentuk berdasarkan minat kolektif dalam kisaran yang disiapkan sebelumnya.

 

Apakah Book Building Juga Berlaku di Obligasi & Kripto?

Meskipun paling dikenal di IPO saham, book building juga digunakan dalam instrumen lain khususnya obligasi. Perusahaan atau pemerintah yang menerbitkan obligasi sering membuka book building untuk mengukur permintaan dan menentukan tingkat kupon.

Contohnya, saat obligasi korporasi diterbitkan, manajer investasi dan investor institusi akan menyampaikan minat beli mereka beserta spread atau kupon yang diharapkan. Berdasarkan respons ini, kupon final obligasi ditentukan. Jadi ya, proses book building berlaku juga di pasar utang.

Bagaimana dengan kripto?

Untuk token kripto, prosesnya berbeda. Dalam ICO, IDO, atau IEO, harga token biasanya sudah ditentukan atau mengikuti mekanisme AMM (automated market maker). Tidak ada book building seperti di IPO saham. Namun, jika exchange seperti Circle atau Coinbase ingin go public, barulah proses book building digunakan karena mereka masuk ke pasar modal tradisional.

 

Manfaat & Risiko Book Building untuk Investor

Buat investor, book building bisa memberi beberapa keuntungan:

 

  • Harga lebih murah dari harga pasar saat listing
    Jika kamu dapat saham di harga yang ditetapkan dari book building, dan permintaan tinggi saat IPO, potensi gain langsung terbuka.

  • Peluang dapat alokasi lebih besar
    Investor yang memberikan harga tinggi dan jumlah besar sering mendapat porsi alokasi yang lebih besar.

  • Akses lebih awal terhadap sentimen pasar
    Proses ini memberikan gambaran real-time tentang seberapa menarik saham IPO tersebut.

Tapi tentu, ada risiko juga:

 

  • Harga bisa turun setelah IPO
    Jika ekspektasi terlalu tinggi dan pasar tidak merespons dengan baik, harga bisa langsung koreksi.

  • Tidak semua investor bisa ikut
    Khususnya investor ritel yang tidak punya akses ke sistem penawaran awal.

  • Informasi terbatas saat book building
    Kadang informasi tentang prospek perusahaan masih minim saat proses ini berlangsung.

 

Strategi Cerdas Ikut Book Building

Kalau kamu tertarik memanfaatkan momen ini, ada beberapa strategi yang bisa kamu terapkan.

Pertama, pantau jadwal IPO dan book building dari perusahaan sekuritas besar atau laman KSEI/IDX. Biasanya sudah diumumkan jauh-jauh hari.

Kedua, kalau kamu tidak punya akses langsung, pertimbangkan investasi lewat reksa dana saham. Banyak fund manager besar yang ikut book building dan bisa memberikan paparan tak langsung buat kamu.

Ketiga, pelajari track record IPO sebelumnya. Cek apakah perusahaan serupa sukses saat IPO, dan apakah harga sahamnya naik signifikan setelah listing. Ini bisa jadi acuan menilai minat pasar terhadap IPO yang akan datang.

Keempat, jangan hanya lihat hype. Baca prospektus, analisis valuasi, dan cermati laporan keuangan. Book building bukan ajang tebak-tebakan, tapi membaca sinyal pasar dari dalam.

 

Kesimpulan: Pahami Book Building, Kuasai Strategi Pra-Pasar

Book building bukan sekadar tahapan teknis dalam IPO, tapi justru bisa kamu anggap sebagai medan uji mental dan logika pasar. Ia membuka ruang buat investor untuk memahami bagaimana nilai saham itu terbentuk sebelum resmi dilempar ke publik. Bukan cuma tentang harga, tapi tentang siapa yang mengendalikan arus permintaan, bagaimana reaksi institusi, dan apa sinyal yang diberikan pasar terhadap prospek perusahaan.

Buat kamu yang selama ini hanya melihat IPO dari permukaan yaitu harga perdana dan potensi cuan cepat proses book building bisa mengubah cara pandangmu. Ini adalah tempat di mana “smart money” berkumpul, membuat keputusan berdasarkan analisis valuasi, bukan sekadar hype.

Memahami logika book building juga membekali kamu dengan cara berpikir yang lebih strategis, baik saat memilih saham perdana, ikut reksa dana, maupun membaca pola partisipasi awal saat proyek kripto baru dirilis lewat IDO. Karena pada dasarnya, investasi yang baik selalu dimulai dari memahami harga terbentuk dari siapa dan untuk siapa.

Di era informasi cepat seperti sekarang, insight tentang mekanisme seperti book building bisa jadi pembeda antara investor yang hanya ikut tren dan investor yang paham konteks.

 

Itulah informasi menarik tentang .Book Building yang  bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.

 

Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.

Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.

 

Follow Sosmed Telenya Indodax sekarang!

 

Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram

 

FAQ

 

Apa itu book building dan kenapa penting untuk kamu pahami sebagai investor?

Book building adalah proses penentuan harga IPO yang dilakukan sebelum saham dilepas ke publik. Ini penting karena menunjukkan seberapa besar minat pasar terhadap perusahaan yang IPO. Kalau kamu ingin jadi investor yang lebih cermat, memahami proses ini akan bantu kamu menilai potensi cuan sejak dini.

2. Apa perbedaan book building dan fixed price offering?

Book building melibatkan proses bidding dari investor besar untuk menentukan harga IPO, sedangkan fixed price offering langsung menetapkan harga tetap tanpa proses penawaran tertutup. Book building lebih mencerminkan kondisi permintaan pasar secara real-time.

3. Siapa yang bisa ikut book building? Apakah investor ritel bisa terlibat?

Secara umum, hanya investor institusi dan nasabah prioritas yang bisa ikut langsung book building. Tapi kamu bisa ikut hasil akhirnya saat saham resmi listing, atau terlibat tidak langsung lewat reksa dana yang berpartisipasi dalam proses tersebut.

4. Apakah book building hanya berlaku untuk saham?

Tidak. Book building juga digunakan dalam penerbitan obligasi korporasi dan surat utang negara tertentu (SUN, Sukuk). Bahkan untuk kripto, skema mirip ini muncul dalam bentuk price discovery di IDO atau Dutch Auction, meski tidak 100% sama.

5. Apakah semua saham IPO pasti melalui book building?

Di Indonesia, mayoritas IPO menggunakan mekanisme book building, tapi tidak semuanya. Ada juga yang memakai sistem fixed price, terutama untuk penawaran dengan target kecil atau untuk investor ritel.

6. Kenapa saham bisa turun setelah proses book building selesai?

Karena ekspektasi saat book building belum tentu cocok dengan respons pasar publik. Kadang harga sudah terlalu tinggi, atau sentimen berubah saat listing. Inilah kenapa kamu perlu hati-hati dan tetap analisis valuasi perusahaan sebelum ikut beli.

7. Bagaimana cara kamu mengakses informasi book building jika bukan investor prioritas?

Kamu bisa memantau jadwal book building dari situs resmi OJK, KSEI, atau perusahaan sekuritas. Selain itu, kamu juga bisa lihat prospektus IPO dan ikuti berita pasar untuk memahami sentimen yang berkembang selama proses tersebut.

8. Apa insight dari book building yang bisa berguna untuk kamu sebagai investor kripto?

Book building mengajarkan kamu tentang price discovery dan pola permintaan awal—dua hal penting juga di dunia kripto. Misalnya, kalau kamu ikut IDO, kamu bisa amati siapa saja investor awal, berapa alokasi, dan apakah ada sinyal oversubscribe. Ini bisa bantu kamu menilai apakah proyek tersebut punya momentum kuat atau tidak.

 

Author : RB

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
  

Lebih Banyak dari Tutorial

Koin Baru dalam Blok

Pelajaran Dasar

Calculate Staking Rewards with INDODAX earn

Select an option
dot Polkadot 10.77%
bnb BNB 0.3%
sol Solana 5.32%
eth Ethereum 1.84%
ada Cardano 1.53%
pol Polygon Ecosystem Token 1.94%
trx Tron 2.39%
DOT
0
Berdasarkan harga & APY saat ini
Stake Now

Pasar

Nama Harga 24H Chg
OKB/IDR
OKB
1.703K
127.76%
GTC/IDR
Gitcoin
7.750
52.05%
ATT/IDR
Attila
3
50%
SKL/IDR
SKALE
467
33.81%
GMMT/IDR
Giant Mamm
88
29.41%
Nama Harga 24H Chg
TROLLSOL/IDR
TROLL (SOL
2.310
-21.69%
COL/IDR
Clash of L
2.953
-15.96%
SHELL/IDR
MyShell
2.514
-12.53%
BIO/IDR
Bio Protoc
1.891
-11.1%
TOSHI/IDR
Toshi
12
-9.53%
Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

YouTube Scam Crypto 2025: Trader Bisa Tekor Seketika!
13/08/2025
YouTube Scam Crypto 2025: Trader Bisa Tekor Seketika!

Ketika Satu Klik di YouTube Bisa Menguras Dompet Kripto YouTube

13/08/2025
Awas! Trik SMS Phishing Canggih yang Mengintai Kamu
13/08/2025
Awas! Trik SMS Phishing Canggih yang Mengintai Kamu

Pagi-pagi ada SMS “tunggakan tol belum dibayar” atau pesan mirip

13/08/2025
Grid Trading di Kripto: Bisa Cuan Tiap Hari, Kok Bisa?

Kenapa Grid Trading Makin Ramai? Beberapa tahun terakhir, pasar kripto