Pernah nggak sih kamu lihat aset saham atau aset kripto yang tiba-tiba viral, harganya melonjak gila-gilaan, lalu dalam waktu singkat langsung anjlok parah?
Sekilas memang terlihat seperti peluang emas, tapi di balik itu semua bisa jadi ada praktik manipulatif yang diam-diam menjebak investor pemula. Nah, salah satu strategi licik yang sering dipakai dalam dunia investasi ini dikenal dengan sebutan pompom.
Jadi, Apa Itu Pompom dalam Investasi?
Untuk memahami bahaya di balik strategi ini, kita harus kenali dulu apa arti sebenarnya dari istilah “pompom” dalam konteks keuangan.
Secara harfiah, “pompom” itu sebenarnya nama benda bulat berbulu yang sering dipakai cheerleader. Tapi dalam konteks investasi, istilah ini merujuk ke praktik pump and dump di mana harga suatu aset sengaja dinaikkan dengan hype berlebihan, lalu ditinggal begitu saja setelah pelaku cuan.
Biasanya yang melakukan pompom ini bukan orang sembarangan. Bisa influencer, grup komunitas tertutup, bahkan tim di balik proyek itu sendiri. Mereka bikin narasi bombastis di media sosial, pamer cuan, sebar grafik, dan memancing rasa takut ketinggalan alias FOMO (Fear of Missing Out).
Tujuannya jelas: biar banyak yang ikut beli. Setelah harga naik, mereka jual besar-besaran. Sisanya? Retail nyangkut, nilai anjlok, dan proyek ditinggalin begitu saja.
Skema Pompom: Naik Bareng, Turun Sendiri
Setelah paham definisinya, sekarang kita bahas gimana pola mainnya. Biar kamu lebih kebayang, mari kita bedah alurnya. Skema pompom biasanya terjadi lewat beberapa tahap:
- Bikin hype: Promosi besar-besaran lewat akun medsos, grup Telegram, video TikTok, bahkan thread viral. Kadang disertai janji-janji “menuju bulan”.
- Retail masuk: Banyak investor awam ikut beli karena takut ketinggalan.
- Harga naik drastis: Karena permintaan tinggi, harga melesat tanpa fundamental.
- Pelaku jualan: Begitu target profit tercapai, pelaku pompom langsung jual.
- Harga anjlok: Pasokan meningkat, permintaan hilang, harga jeblok.
Yang nyesek, proses ini kadang terjadi dalam hitungan jam. Bahkan nggak jarang hanya dalam puluhan menit.
Kamu mungkin tertarik dengan ini juga: Waspada! Skema Segitiga Kripto Bikin Uang & Coin Kamu Raib
Siapa yang Sering Main Pompom?
Setelah tahu alurnya, pertanyaan berikutnya: siapa sih yang sering memainkan pola ini?
Fenomena pompom ini bukan cuma dilakukan oleh akun anonim. Banyak juga influencer kripto yang kelihatannya kredibel, tapi diam-diam ikut main. Mereka tahu kapan beli murah dan kapan harus kabur duluan.
Selain itu, grup Telegram atau Discord dengan nama-nama seperti “alpha group” atau “whale insider” sering jadi sarang pompom. Di sana, mereka atur bareng kapan beli rame-rame dan kapan harus dump. Bahkan ada yang pakai bot buat nyebar tweet otomatis supaya kesannya rame.
Cara Influencer Goreng Aset: Dari Promo ke Dump
Setelah tahu siapa pemainnya, sekarang kita bedah taktiknya. Influencer punya daya tarik besar—apalagi kalau followers-nya udah ratusan ribu. Sayangnya, kekuatan itu kadang disalahgunakan untuk menggiring pasar demi kepentingan sendiri. Begini biasanya cara mereka menggoreng aset:
- Masuk diam-diam: Influencer atau grup internal beli aset saat harga masih sangat murah. Biasanya ini sebelum publik tahu.
- Pancing atensi publik: Mereka mulai posting di X (Twitter), IG Story, atau TikTok. Caption-nya bombastis: “Jangan bilang abang nggak kasih tahu!”
- Pamer cuan & grafik: Postingan disertai grafik naik, kadang pake kata kunci seperti “moon”, “to the moon”, atau “bakal 100x”.
- Ajak komunitas: Mereka bikin ruang diskusi, bahkan live di YouTube, bilang ini proyek masa depan.
- Retail ikut beli: Harga naik drastis karena FOMO.
- Langsung kabur: Begitu volume cukup dan harga tinggi, mereka jual. Tanpa peringatan, tanpa tanggung jawab.
Yang bikin miris, kadang mereka pakai embel-embel edukasi biar kelihatan niat baik. Padahal, yang diuntungkan cuma mereka sendiri. Korbannya? Follower yang percaya mentah-mentah.
Contoh Kasus Pompom Paling Ngenes 2025
Supaya kamu makin waspada, yuk kita lihat contoh nyata dari pompom yang bikin banyak orang buntung di tahun ini.
- $TRUMP memecoin: Dirilis awal 2025, harganya naik jadi US$15M hanya dalam 2 hari karena dibantu promosi dan hype politik. Tapi ternyata 80% token dipegang insider. Saat mereka dump, harganya tinggal US$1,9M. Banyak retail buntung.
- $LIBRA Argentina: Dipromosikan langsung oleh Presiden Milei di media sosial. Harga naik ribuan persen, tapi kemudian langsung drop setelah didump oleh developer awal. Imbasnya bukan cuma rugi, tapi juga bikin gaduh politik nasional.
- Pump.fun (Solana): Platform ini melahirkan ratusan token tanpa fundamental. Data terbaru menunjukkan 93% token di sana berujung pada dump brutal.
Ini bukan lagi soal teknikal. Ini soal bagaimana psikologi investor dimanipulasi. Dan sayangnya, yang jadi korban adalah mereka yang cuma ikut-ikutan tanpa riset.
Ciri-Ciri Token yang Sedang Dipompom
Nah, supaya kamu bisa jaga-jaga sebelum nyemplung, penting buat tahu ciri-ciri token yang sedang dipompom.
Biar nggak kejebak, ada beberapa sinyal bahaya yang bisa kamu deteksi sejak awal:
- Tiba-tiba viral tapi nggak jelas proyeknya apa
- Influencer rame-rame promosi tanpa info fundamental
- Distribusi token timpang (beberapa wallet pegang 80% supply)
- Lonjakan harga tanpa volume wajar
- Nggak ada whitepaper, atau timnya anonim
Kalau kamu nemu 3 dari 5 tanda ini, mending mundur perlahan. Kripto itu tentang potensi masa depan, bukan sekadar ikut rame-rame.
Risiko Besar di Balik Pompom
Setelah tahu tandanya, kamu juga harus paham akibatnya. Yang paling bahaya dari pompom bukan cuma kerugian finansial. Tapi juga rasa trauma, frustrasi, dan kehilangan kepercayaan terhadap aset digital. Banyak yang akhirnya kapok, bahkan menyalahkan kripto secara keseluruhan. Padahal bukan teknologinya yang salah, tapi manusianya.
Selain itu, pompom juga bisa mengganggu reputasi platform, merusak kepercayaan investor global, dan memperparah volatilitas pasar.
Baca selengkapnya di sini juga: Apa Itu Fraud Triangle? Konsep, Aplikasi, dan Pencegahannya
Gimana Supaya Nggak Jadi Korban?
Tenang, bukan berarti semua proyek itu berbahaya. Tapi kamu harus punya cara buat jaga diri dari jebakan pompom. Kuncinya ada di edukasi dan kontrol emosi. Beberapa hal yang bisa kamu lakukan:
- Selalu riset sebelum beli: Jangan cuma ikut tren. Baca whitepaper, lihat siapa timnya, dan analisis distribusi token.
- Cek volume & grafik: Kalau naiknya terlalu cepat tanpa volume besar, curiga.
- Waspadai promosi massal: Kalau satu influencer mulai pamer grafik, waspada. Apalagi kalau dia nggak pernah bahas risikonya.
- Ikut komunitas yang edukatif: Hindari grup yang isinya cuma pamer cuan.
Dan yang paling penting: jangan pernah FOMO. Karena yang buru-buru masuk, biasanya juga yang pertama kali nyangkut.
Penutup: Hype Itu Nggak Selalu Cuan
Sebagai penutup, mari kita tarik napas dan renungkan. Dalam dunia kripto dan saham, kita memang nggak bisa sepenuhnya menghindari hype. Tapi kamu bisa belajar buat membedakan mana yang sehat, mana yang manipulatif. Pompom memang kelihatan seru, tapi kalau kamu masuknya telat, ujung-ujungnya jadi sedih.
Jadi, jangan gampang silau sama candle hijau. Karena kadang yang terlihat gemerlap, bisa aja cuma pantulan cahaya dari jurang.
Itulah informasi menarik tentang .Apa itu pompom yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
1.Apa itu pompom dalam saham dan kripto?
Pompom adalah praktik mempromosikan aset secara berlebihan untuk memicu kenaikan harga, lalu menjual saat harga tinggi. Biasanya dilakukan oleh insider.
2.Apa bedanya pompom dan promosi biasa?
Pompom bersifat manipulatif, dengan niat menyedot pembeli lalu kabur. Promosi wajar disertai transparansi dan informasi yang fair.
3.Apakah pompom itu legal?
Banyak negara menganggapnya ilegal jika ada unsur manipulasi pasar. Tapi dalam kripto, batasnya masih abu-abu.
4.Apakah semua token viral itu pompom?
Nggak selalu. Tapi wajib waspada kalau hype-nya nggak sejalan dengan data atau utility nyata.
5.Bagaimana cara mengenali proyek yang sehat?
Cek tim, whitepaper, komunitas, dan distribusi token. Jangan cuma percaya karena katanya bakal moon.
Author: AL