Bukan Stablecoin Resmi! Ini Asal-usul JPMorgan Coin
icon search
icon search

Top Performers

Bukan Stablecoin Resmi! Ini Asal-usul JPMorgan Coin

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

Bukan Stablecoin Resmi! Ini Asal-usul JPMorgan Coin

Bukan Stablecoin Resmi! Ini Asal usul JPMorgan Coin

Daftar Isi

Banyak investor cryptocurrency merasa bingung ketika melihat token/coin bernama JPMorgan (JPMORGAN) muncul di CoinMarketCap. Harganya tinggi, grafiknya menunjukkan tren naik yang menarik, dan yang paling mengejutkan adalah penggunaan nama bank multinasional terbesar di Amerika Serikat. Pertanyaan yang muncul di benak kamu pasti: benarkah ini adalah stablecoin resmi milik JPMorgan Chase?

Kenyataannya, kamu perlu sangat berhati-hati sebelum mengambil keputusan investasi. Token yang beredar tersebut bukan JPM Coin asli yang dikembangkan oleh JPMorgan Chase, dan situasi ini menunjukkan betapa pentingnya pemahaman mendalam tentang ekosistem cryptocurrency institusional. Artikel komprehensif ini akan membongkar seluruh fakta yang perlu kamu ketahui: mulai dari asal-usul token kontroversial tersebut, mengidentifikasi siapa saja pesaing legitim JPM Coin yang sesungguhnya, hingga menganalisis bahaya yang mengintai dari praktik penyalahgunaan brand terkenal dalam dunia crypto. Mari kita kupas tuntas sebelum kamu terjebak dalam investasi yang merugikan.

 

Apa Itu JPM Coin yang Asli?

Sebelum membahas lebih jauh tentang token liar yang beredar, kamu perlu memahami dengan jelas karakteristik JPM Coin yang sesungguhnya dan bagaimana cara kerjanya dalam ekosistem perbankan global.

JPM Coin merupakan stablecoin digital yang dikembangkan secara eksklusif oleh JPMorgan Chase, bank investasi terbesar di dunia dengan aset kelolaan mencapai $3.9 triliun per 2025. Token ini tidak diperdagangkan secara publik dan hanya tersedia untuk klien institusional dalam jaringan tertutup. Sebagai stablecoin internal, JPM Coin memiliki nilai tukar tetap 1:1 terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) dan didukung sepenuhnya oleh cadangan kas bank.

Keunggulan utama JPM Coin terletak pada fungsinya sebagai solusi pembayaran dan settlement untuk transaksi lintas batas antar institusi besar. Sistem ini beroperasi dalam platform blockchain proprietari JPMorgan yang telah berevolusi dari Quorum ke JPM Onyx, dan kini berkembang menjadi Kinexys pada tahun 2024-2025. Platform ini memungkinkan transfer dana real-time 24/7 dengan biaya yang jauh lebih rendah dibandingkan sistem SWIFT tradisional.

Klien-klien bergengsi yang telah mengadopsi JPM Coin dalam operasional mereka antara lain Siemens untuk pembayaran supplier global, BlackRock untuk settlement dana investasi, dan Ant Group untuk layanan fintech cross-border. Volume transaksi harian JPM Coin mencapai lebih dari $1 miliar, menunjukkan tingkat adopsi yang signifikan di kalangan institusi.

Yang perlu kamu pahami dengan jelas adalah bahwa JPM Coin tidak tersedia untuk investor retail. Kamu tidak akan pernah menemukan token ini diperdagangkan di exchange publik seperti Binance, Coinbase, PancakeSwap, atau platform trading cryptocurrency lainnya. Ini merupakan pembeda fundamental yang akan membantu kamu mengidentifikasi token palsu yang menggunakan nama JPMorgan.

 

Token “JPMorgan” di CoinMarketCap: Kenapa Berbahaya?

Setelah memahami karakteristik JPM Coin yang autentik, sekarang mari kita analisis fenomena munculnya token “JPMorgan” di CoinMarketCap yang telah menimbulkan kebingungan di kalangan investor.

Token kontroversial ini tampil dengan packaging yang sangat meyakinkan: logo yang mirip dengan identitas visual JPMorgan Chase, data harga yang terlihat legitimate, volume trading yang menunjukkan aktivitas, dan listing di platform tracking cryptocurrency terpercaya seperti CoinMarketCap. Namun, jika kamu memperhatikan dengan seksama, CoinMarketCap memberikan peringatan eksplisit yang sangat jelas: “This asset is not affiliated with J.P. Morgan in any way.”

 

Infografik perbandingan antara stablecoin resmi JPM Coin milik JPMorgan Chase yang hanya digunakan oleh institusi keuangan, versus token liar “JPMorgan” yang diperdagangkan di blockchain publik tanpa afiliasi resmi.

Perbandingan visual JPM Coin vs token “JPMorgan”: Legalitas, blockchain, dan risiko.

 

Analisis teknis menunjukkan bahwa token ini beroperasi di Binance Smart Chain (BSC), sebuah blockchain publik yang memungkinkan siapa saja untuk membuat token tanpa verifikasi identitas atau audit mendalam. Hal ini kontras tajam dengan JPM Coin asli yang berjalan di blockchain privat dan terkontrol ketat oleh JPMorgan Chase. Tidak ada dokumentasi teknis, whitepaper resmi, atau informasi tentang tim pengembang yang dapat diverifikasi.

Risiko yang kamu hadapi ketika berinteraksi dengan token semacam ini sangatlah tinggi dan beragam. Skema pump and dump merupakan ancaman utama, di mana manipulator dapat menaikkan harga secara artifisial untuk menarik investor, kemudian melakukan penjualan massal yang menyebabkan kerugian bagi holder. Transparansi kepemilikan token juga menjadi masalah serius karena tidak ada informasi jelas tentang siapa yang mengontrol supply dan distribusi token.

Potensi rugpull atau exit scam juga sangat mengkhawatirkan, mengingat tidak adanya audit keamanan smart contract dari firma audit terpercaya seperti CertiK, Quantstamp, atau Trail of Bits. Developer anonymous dapat sewaktu-waktu menguras liquidity pool atau memanfaatkan backdoor dalam kode untuk keuntungan pribadi. Selain itu, penggunaan nama dan brand JPMorgan tanpa izin dapat berimplikasi hukum yang serius, baik bagi developer token maupun platform yang memfasilitasi perdagangan.

Kasus ini mengingatkan kita pada insiden serupa di masa lalu, seperti token “Tesla” atau “Apple” yang juga menggunakan nama perusahaan besar tanpa afiliasi resmi. Pola ini menunjukkan modus operandi yang konsisten dalam ekosistem cryptocurrency untuk memanfaatkan brand recognition guna menarik investor yang kurang berhati-hati.

 

Siapa Saja Pesaing Resmi JPM Coin di 2025?

Memahami landscape kompetitif stablecoin institusional akan memberikan kamu perspektif yang lebih komprehensif tentang posisi JPM Coin dalam ekosistem perbankan digital global.

Tahun 2025 menandai era transformatif dalam adopsi stablecoin institusional, di mana berbagai bank multinasional berlomba mengembangkan solusi blockchain proprietary mereka. Citi Token Services yang dikembangkan oleh Citigroup telah menjadi kompetitor utama JPM Coin, khususnya dalam segmen cross-border settlement untuk klien korporat. Token ini beroperasi dalam Citi Token Services platform yang terintegrasi dengan sistem perbankan tradisional Citi di lebih dari 95 negara.

Utility Settlement Coin (USC) yang dikembangkan oleh UBS dalam kolaborasi dengan JPMorgan, Deutsche Bank, Barclays, dan Santander melalui platform Partior, menawarkan alternatif multi-bank untuk settlement institusional. Proyek ini unik karena tidak dimiliki oleh satu bank tunggal, melainkan konsorsium yang memungkinkan interoperabilitas yang lebih luas. Volume transaksi USC telah mencapai $12 miliar dalam pilot program lintas Asia-Pasifik.

Wells Fargo mengembangkan WF Digital Cash yang masih dalam tahap pilot namun menunjukkan potensi besar untuk treasury management internal dan settlement dengan partner strategis. Bank of America juga tidak ketinggalan dengan BofA Digital Dollar yang sedang dalam tahap eksplorasi lanjut pasca implementasi Digital Asset Act di Amerika Serikat.

USDF (US Dollar Forwarding) merupakan inisiatif kolaboratif konsorsium bank-bank Amerika yang beroperasi di Provenance Blockchain, menawarkan stablecoin antarbank yang fully-collateralized dan compliant dengan regulasi federal. Proyek ini melibatkan lebih dari 30 bank regional dan community bank di Amerika Serikat.

Di level yang lebih tinggi, Central Bank Digital Currencies (CBDCs) mulai menunjukkan kompetisi serius, khususnya proyek mBridge yang dikembangkan oleh Bank for International Settlements (BIS) bersama bank sentral China (PBOC), UAE (CBUAE), Thailand (BOT), dan Hong Kong Monetary Authority (HKMA). Platform ini memfasilitasi settlement lintas batas menggunakan CBDC wholesale dengan volume pilot mencapai $22 miliar.

Yang menarik adalah bahwa kompetitor utama JPM Coin bukanlah platform cryptocurrency retail atau exchange, melainkan sesama institusi keuangan tradisional yang memiliki infrastruktur, regulasi, dan kepercayaan setara. Ini menunjukkan bahwa evolusi stablecoin institusional terjadi dalam ekosistem yang terpisah dari cryptocurrency publik yang familiar bagi retail investor.

 

Kenapa Stablecoin Institutional Sekarang Makin Ramai?

Tren akselerasi adopsi stablecoin institusional yang kita saksikan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan didorong oleh konvergensi faktor-faktor struktural yang mengubah lanskap keuangan global.

Digitalisasi perbankan global memasuki fase kritis di mana bank-bank tidak lagi bisa mengandalkan infrastruktur legacy untuk mempertahankan kompetitivitas. Pandemi COVID-19 telah mempercepat adopsi teknologi digital hingga 7-10 tahun, menciptakan ekspektasi klien untuk layanan financial yang instant, transparan, dan available 24/7. Stablecoin institusional menjawab kebutuhan ini dengan menyediakan rails pembayaran yang tidak terikat pada jam operasional bank atau sistem SWIFT yang kompleks.

Kebutuhan settlement real-time yang aman dan efisien menjadi semakin mendesak seiring dengan globalisasi supply chain dan meningkatnya volume transaksi lintas batas. Traditional correspondent banking memerlukan waktu 3-5 hari kerja untuk settlement, sementara stablecoin institusional dapat menyelesaikan transaksi dalam hitungan menit dengan final settlement. Cost reduction juga signifikan, dari rata-rata $25-50 per transaksi menjadi kurang dari $1.

Regulasi baru seperti Digital Asset Act dan MiCA (Markets in Crypto-Assets) memberikan legal clarity yang telah lama ditunggu oleh institusi keuangan. Di Amerika Serikat, OCC (Office of the Comptroller of the Currency) dan Federal Reserve telah mengeluarkan guidance yang memungkinkan bank untuk menggunakan stablecoin dalam operasional mereka dengan framework risk management yang jelas. European Central Bank juga telah mempublikasikan regulatory technical standards untuk stablecoin institusional.

Competitive pressure dari fintech dan neobank yang agile juga memaksa traditional bank untuk berinovasi. Perusahaan seperti Stripe, Wise, dan Ripple telah menunjukkan bahwa pembayaran lintas batas dapat dilakukan dengan lebih efisien menggunakan teknologi blockchain. Bank-bank besar menyadari bahwa mereka harus mengadopsi teknologi serupa atau berisiko kehilangan market share dalam segmen corporate banking yang menguntungkan.

Geopolitical factors juga memainkan peran penting, khususnya dalam konteks de-dollarization dan fragmentasi sistem pembayaran global. Bank-bank Eropa dan Asia mulai mengembangkan alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada sistem pembayaran yang didominasi USD dan controlled oleh institusi Amerika. Hal ini menciptakan demand untuk stablecoin yang dapat beroperasi secara independent dari infrastruktur SWIFT.

Tahun 2025 menandai the end of monopoly era dalam stablecoin institusional. JPMorgan tidak lagi berdiri sendiri, dan kompetisi yang sehat ini pada akhirnya menguntungkan end-users melalui inovasi yang lebih cepat, biaya yang lebih rendah, dan layanan yang lebih baik. Stablecoin bukan lagi sekadar alat untuk DeFi speculation, melainkan telah menjadi infrastruktur critical untuk sistem keuangan global.

 

Bahaya Token Palsu dengan Nama Besar

Kembali pada kasus token JPMORGAN yang muncul di CoinMarketCap, fenomena ini merupakan manifestasi dari brand hijacking yang semakin mengkhawatirkan dalam ekosistem cryptocurrency.

Token kontroversial ini memiliki beberapa red flags yang seharusnya mudah diidentifikasi oleh investor yang waspada. Pertama, tidak ada stablecoin institusi yang legitimate yang akan beroperasi di Binance Smart Chain atau blockchain publik lainnya. Institusi keuangan berlisensi memiliki kewajiban compliance yang ketat dan tidak akan menggunakan infrastruktur yang tidak dapat dikontrol sepenuhnya.

Kedua, tidak ada audit keamanan dari firma terpercaya yang dapat memverifikasi smart contract token tersebut. Audit adalah standar minimal untuk project cryptocurrency yang serius, apalagi yang mengklaim afiliasi dengan institusi finansial besar. Ketiga, dokumentasi teknis dan whitepaper yang tidak ada atau tidak comprehensive menunjukkan kurangnya profesionalisme dan transparansi.

Volume trading yang suspicious juga menjadi indikator manipulasi, di mana spike volume tiba-tiba tanpa news catalyst yang jelas mengindikasikan adanya coordinated buying atau wash trading. Pattern harga yang tidak mengikuti fundamental ekonomi atau correlation dengan aset lain juga menunjukkan artificial price action.

Penggunaan nama “JPMorgan” tanpa izin bukan hanya masalah etika, tetapi juga pelanggaran hukum yang serius. JPMorgan Chase memiliki trademark protection yang kuat dan history litigation yang agresif terhadap trademark infringement. Investor yang terlibat dalam trading token semacam ini berpotensi terkena dampak legal action, meskipun sebagai victim.

Psychological manipulation juga menjadi faktor yang tidak boleh diabaikan. Brand recognition JPMorgan menciptakan false sense of security dan legitimacy yang dapat mempengaruhi decision making investor. FOMO (Fear of Missing Out) yang dipicu oleh price appreciation dan marketing yang sophisticated dapat override rational analysis.

Kamu harus sadar bahwa dalam ekosistem blockchain permission less seperti BSC, Ethereum, atau Polygon, siapa saja dapat membuat token dengan nama apapun tanpa verifikasi identity atau due diligence. Tidak ada gatekeeper yang dapat mencegah trademark infringement atau misrepresentation. Ini fundamental berbeda dari traditional financial market yang heavily regulated.

Kegagalan melakukan DYOR (Do Your Own Research) dalam konteks ini bukan hanya berpotensi financial loss, tetapi juga dapat berimplikasi legal dan reputational. Sophisticated scammer semakin pandai memanfaatkan brand recognition dan social engineering untuk menarik investor yang tidak waspada.

 

Cara Membedakan Stablecoin Resmi vs Token Liar

Mengembangkan kemampuan untuk membedakan antara stablecoin institusional yang legitimate dengan token liar yang menggunakan brand hijacking merupakan skill essential bagi setiap investor cryptocurrency yang serious.

Infrastruktur blockchain menjadi pembeda paling fundamental. Stablecoin institusional seperti JPM Coin, Citi Token, atau USDF beroperasi dalam private atau consortium blockchain yang dikontrol penuh oleh institusi penerbit. Mereka menggunakan permissioned network di mana setiap participant telah melalui KYC/AML verification yang ketat. Sebaliknya, token liar umumnya deployed di public blockchain seperti token crypto seperti BSC, Ethereum, atau Polygon yang memungkinkan anonymous deployment.

Audit dan compliance framework yang comprehensive merupakan karakteristik wajib stablecoin institusional. Mereka menjalani audit tidak hanya dari firma security seperti Trail of Bits atau Quantstamp, tetapi juga compliance audit dari regulators seperti OCC, CFTC, atau ECB. Financial audit dilakukan oleh Big Four accounting firms (Deloitte, PwC, KPMG, EY) dengan frequency yang regular. Token liar umumnya tidak memiliki audit apapun atau hanya audit minimal yang tidak credible.

Tujuan dan use case yang jelas membedakan kedua kategori ini secara signifikan. Stablecoin institusional memiliki specific business purpose: cross-border settlement, treasury management, atau interbank clearing. Mereka tidak dirancang untuk speculation atau trading retail. Token liar seringkali memiliki use case yang vague atau tidak jelas, dengan emphasis pada price appreciation dan trading volume.

Transparensi ownership dan governance juga menjadi faktor pembeda yang crucial. Institusi financial yang legitimate memiliki public reporting requirements, regulated capital structure, dan clear governance framework. Mereka publish regular reports tentang reserve backing, transaction volume, dan operational metrics. Token liar umumnya memiliki anonymous team, unclear tokenomics, dan lack of transparency dalam operations.

Legal status dan regulatory compliance merupakan aspek yang tidak dapat diabaikan. Stablecoin institusional beroperasi under specific regulatory framework dengan clear legal standing. Mereka memiliki money transmitter license, banking charter, atau equivalent regulatory approval. Token liar tidak memiliki legal basis yang jelas dan beroperasi dalam regulatory gray area atau bahkan violation.

Risk profile kedua kategori ini sangat berbeda secara fundamental. Stablecoin institusional memiliki risk yang sangat rendah karena backed by regulated institution dengan strong capital base dan insurance coverage. Default risk minimal karena reputation dan regulatory oversight. Token liar memiliki risk yang sangat tinggi: rugpull risk, smart contract risk, regulatory risk, dan liquidity risk yang substantial.

Accessibility dan distribution juga mencerminkan perbedaan karakteristik yang mendasar. Stablecoin institusional hanya accessible melalui approved channels dengan minimum transaction size yang besar (biasanya $100,000+). Mereka tidak available di public exchange atau DEX. Token liar sebaliknya available di berbagai platform trading dengan minimum investment yang kecil.

Transaksi institusional membutuhkan legal certainty, regulatory compliance, dan counterparty trust yang tidak dapat dipenuhi oleh anonymous smart contract. Oleh karena itu, stablecoin institusional yang legitimate selalu memiliki identifiable legal entity, regulated operations, dan clear accountability mechanism.

 

Kesimpulan: Jangan Tertipu Nama Besar

Setelah melalui analisis comprehensive tentang fenomena token “JPMorgan” yang beredar di CoinMarketCap, kesimpulan yang dapat kamu ambil adalah bahwa token tersebut sama sekali bukan stablecoin resmi yang dikembangkan oleh JPMorgan Chase. Token kontroversial ini tidak memiliki afiliasi, authorization, atau connection apapun dengan bank multinasional tersebut, dan merupakan example klasik dari brand hijacking dalam ekosistem cryptocurrency.

JPM Coin yang authentic merupakan stablecoin institutional-grade yang beroperasi dalam ecosystem tertutup, digunakan exclusively oleh bank dan korporasi global untuk settlement dan treasury management, dan tidak accessible bagi retail investor melalui platform trading publik manapun. Perbedaan fundamental ini harus menjadi pemahaman dasar yang solid sebelum kamu mengambil keputusan investment apapun yang terkait dengan nama JPMorgan dalam cryptocurrency space.

Era stablecoin institusional telah memasuki fase competitive yang intense, dengan various traditional banks dan financial institutions mengembangkan blockchain-based solutions mereka masing-masing. Kompetisi ini healthy dan ultimately menguntungkan ecosystem karena mendorong innovation, efficiency improvement, dan cost reduction dalam global financial infrastructure.

Namun, proliferasi stablecoin institusional yang legitimate juga menciptakan opportunity bagi bad actors untuk melakukan impersonation dan brand hijacking. Vigilance dan due diligence menjadi semakin critical dalam navigating landscape yang complex ini. Kamu tidak boleh mengandalkan brand recognition atau superficial indicators saja, melainkan harus melakukan research mendalam tentang technical infrastructure, regulatory status, dan business model yang underlying.

Sebelum kamu tergoda untuk berinvestasi dalam token apapun yang menggunakan nama established financial institutions, selalu verifikasi authenticity melalui official channels, check regulatory status, dan understand risk profile secara comprehensive. Dalam dunia cryptocurrency yang decentralized dan largely unregulated, DYOR bukan sekadar saran atau recommendation, melainkan absolute necessity untuk melindungi diri dari financial loss dan potential legal complications.

 

Itulah informasi menarik tentang JPMorgan coin yang  bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.

 

Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.

Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.

 

Follow Sosmed Telenya Indodax sekarang!

Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram

 

FAQ

 

1. Apakah token JPMorgan di CoinMarketCap adalah JPM Coin resmi? 

Tidak sama sekali. Token yang terdaftar di CoinMarketCap tersebut adalah token publik yang beroperasi di Binance Smart Chain dan tidak memiliki afiliasi, authorization, atau connection apapun dengan JPMorgan Chase. CoinMarketCap bahkan memberikan peringatan eksplisit bahwa asset tersebut “not affiliated with J.P. Morgan in any way.”

2. Bisa gak retail investor membeli JPM Coin yang asli? 

Tidak bisa. JPM Coin merupakan stablecoin institusional yang exclusively digunakan oleh klien korporat dan institusional JPMorgan Chase dalam sistem tertutup mereka. Token ini tidak diperdagangkan di exchange publik manapun dan memiliki minimum transaction requirement yang sangat tinggi (biasanya $100,000+) dengan KYC requirements yang ketat.

3. Kenapa bisa ada token palsu yang menggunakan nama JPMorgan? 

Karena blockchain publik seperti Binance Smart Chain memungkinkan siapa saja untuk membuat token dengan nama apapun tanpa verifikasi identity atau due diligence. Tidak ada gatekeeper yang dapat mencegah trademark infringement atau misrepresentation dalam ecosystem decentralized. Ini merupakan manifestasi dari brand hijacking yang semakin common dalam cryptocurrency space.

4. Apa saja risiko utama jika membeli token semacam itu? 

Risiko yang kamu hadapi sangat tinggi dan multifaceted: (1) Pump and dump schemes yang dapat menyebabkan kerugian besar, (2) Rugpull atau exit scam risk karena anonymous developers, (3) Smart contract vulnerabilities karena lack of professional audit, (4) Regulatory risk karena unauthorized use of trademarked names, (5) Liquidity risk dan market manipulation, dan (6) Potential legal implications dari involvement dengan trademark infringement.

5. Siapa saja pesaing legitim JPM Coin dalam stablecoin institusional? 

Kompetitor utama JPM Coin di tahun 2025 antara lain: Citi Token Services dari Citigroup untuk cross-border settlement, Utility Settlement Coin (USC) dari konsorsium UBS-led yang melibatkan multiple banks, WF Digital Cash dari Wells Fargo yang masih dalam pilot phase, USDF dari konsorsium bank-bank Amerika di Provenance Blockchain, dan various Central Bank Digital Currencies (CBDCs) seperti project mBridge yang dikembangkan oleh BIS bersama multiple central banks.

6. Bagaimana cara memverifikasi authenticity stablecoin institusional? 

Untuk memverifikasi authenticity, kamu harus check: (1) Official announcement di website resmi institusi financial, (2) Regulatory filing dan compliance documentation, (3) Technical infrastructure (private vs public blockchain), (4) Professional audit reports dari firma terpercaya, (5) Clear business use case dan target market, (6) Transparent governance dan ownership structure, (7) Accessibility restrictions (institusional-only vs retail-available), dan (8) Integration dengan existing banking infrastructure institusi tersebut.

 

Author : RB

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
  

Lebih Banyak dari Blockchain

Koin Baru dalam Blok

Pelajaran Dasar

Calculate Staking Rewards with INDODAX earn

Select an option
DOT
0
Berdasarkan harga & APY saat ini
Stake Now

Pasar

Nama Harga 24H Chg
Nama Harga 24H Chg
Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

Apa Itu Viggle AI? Cara Kerja, Fitur, & Manfaatnya

Kamu mungkin sudah melihat tren di media sosial di mana

Apa Itu Kaito AI? Fungsi, Cara Pakai, dan Tokenomics

Pasar kripto memang penuh dengan informasi. Setiap menit ada saja

Review Ari Wallet: Dompet Kripto Login Email & Token

Di tengah derasnya inovasi wallet kripto, satu nama mencuri perhatian