SBI Group, salah satu konglomerat finansial Jepang terbesar di Asia dengan aset kelolaan lebih dari 200 miliar dolar AS, resmi menggandeng Chainlink (LINK) dalam kemitraan strategis.
Fokus kerja sama ini ada pada tokenisasi dana investasi, real estate, hingga stablecoin yang patuh regulasi.
Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, karena SBI sebelumnya dikenal sebagai investor besar Ripple (XRP). Namun, alih-alih memperdalam kolaborasi dengan Ripple, SBI justru mengalihkan dukungan pada Chainlink.
Mengapa Chainlink Jadi Pilihan?
SBI menilai teknologi Cross-Chain Interoperability Protocol (CCIP) dari Chainlink lebih siap menjawab kebutuhan institusi. Produk ini memungkinkan interoperabilitas aset digital lintas blockchain dengan tingkat keamanan tinggi.
CEO SBI Holdings, Yoshitaka Kitao, menegaskan Chainlink memiliki keahlian teknologi tak tertandingi untuk mempercepat adopsi aset digital. Menurutnya, kolaborasi ini akan mendorong penggunaan stablecoin lintas negara yang sesuai regulasi, terutama di pasar Jepang dan Asia.
“Chainlink menawarkan keahlian dan kecanggihan teknologi yang tak tertandingi, menjadikannya mitra ideal untuk mendorong inisiatif aset digital kami,” ujar Yoshitaka Kitao dikutip dari BHNews.
Baca juga berita terbaru: Hati-Hati! 3 Altcoin Ini Berpotensi Gerak Ekstrem di Akhir Agustus 2025
Ripple Tergeser dari Panggung Institusi
Keputusan ini dianggap sebagai pukulan telak bagi Ripple, yang selama ini mendominasi infrastruktur pembayaran lintas batas.
Ripple masih terhambat oleh litigasi hukum di Amerika Serikat, membuat ekspansinya berjalan lambat. Sebaliknya, Chainlink bergerak lebih agresif dengan memperluas jaringan DeFi dan tokenisasi aset.
Banyak pengamat melihat langkah SBI sebagai simbol pergeseran tren dari fokus pembayaran (Ripple) menuju tokenisasi aset & interoperabilitas (Chainlink).
Jejak Chainlink di Proyek Besar Asia
Chainlink bukan pemain baru di ranah institusional. Protokol ini sebelumnya sudah terlibat dalam Project Guardian di Singapura, bersama UBS Asset Management dan SBI Digital Markets.
Rekam jejak ini memperkuat posisi Chainlink sebagai penyedia infrastruktur keuangan terdesentralisasi yang dipercaya regulator dan institusi besar.
Co-Founder Chainlink, Sergey Nazarov, menyambut kolaborasi ini dengan optimis. Ia menilai langkah bersama SBI akan mempercepat transisi dari uji coba menuju implementasi tokenisasi berskala besar.
Baca juga berita lainnya: Bank Sentral Malaysia Sebut Bitcoin & XRP Sebagai Calon Pengganti Uang Tunai!
Dampak untuk Pasar Kripto
Bagi pasar, kerja sama ini mempertegas bahwa institusi Asia semakin serius mengintegrasikan kripto dengan keuangan tradisional.
Meski begitu, harga token LINK masih berada di kisaran $23 saat berita ini muncul, menandakan pasar belum sepenuhnya merefleksikan potensi besar kemitraan tersebut.
Kesimpulan
Kerja sama antara SBI Group dan Chainlink menandai perubahan peta kekuatan di sektor kripto institusional Asia. Ripple yang dulu jadi simbol pembayaran lintas negara kini harus merelakan panggungnya, sementara Chainlink tampil sebagai motor utama tokenisasi aset dan stablecoin regulasi.
Kemitraan ini bukan sekadar proyek teknologi, tetapi strategi geopolitik finansial: Jepang melalui SBI ingin memastikan dirinya berada di garis depan integrasi kripto dengan sistem keuangan global. Dengan aset kelolaan triliunan yen, dukungan SBI bisa mempercepat legitimasi tokenisasi di mata regulator dan investor institusional.
Meski harga LINK belum mencerminkan potensi ini, arah fundamentalnya jelas: interoperabilitas, tokenisasi, dan kepercayaan institusi adalah fondasi fase berikutnya dalam adopsi kripto global. Jika tren ini berlanjut, kolaborasi Chainlink–SBI bisa menjadi preseden penting yang mengubah wajah industri kripto dalam beberapa tahun ke depan.
FAQ
- Apa itu Chainlink dan mengapa penting untuk institusi keuangan?
Chainlink adalah protokol oracle terdesentralisasi yang menyediakan price feed DeFi dan CCIP (Cross-Chain Interoperability Protocol). Teknologi ini memungkinkan data off-chain terhubung ke blockchain dengan aman, sehingga penting untuk tokenisasi aset dan transaksi lintas rantai. - Mengapa SBI Group lebih memilih Chainlink daripada Ripple?
SBI menilai Chainlink lebih unggul dalam teknologi interoperabilitas dan tokenisasi aset. Ripple masih terhambat oleh litigasi di AS, membuat ekspansinya lebih konservatif dibanding Chainlink. - Apa dampak kemitraan ini bagi pasar Asia?
Kerja sama ini bisa mempercepat adopsi stablecoin regulasi dan tokenisasi real asset di Jepang serta Asia. Hal ini berpotensi menjadi katalis pertumbuhan pasar kripto institusional di kawasan tersebut. - Bagaimana pengaruh berita ini terhadap harga LINK?
Meski fundamentalnya menguat, harga LINK masih berfluktuasi di kisaran $23. Ini menunjukkan adanya gap antara adopsi institusi dengan reaksi jangka pendek pasar kripto. - Apakah tokenisasi aset akan jadi tren utama ke depan?
Ya. Tokenisasi aset seperti dana investasi, obligasi, hingga properti dianggap sebagai fase berikutnya dalam evolusi keuangan digital. Dengan dukungan institusi besar seperti SBI, tren ini diperkirakan akan semakin cepat berkembang.
Itulah informasi berita crypto hari ini. Aktifkan notifikasi agar Anda selalu mendapatkan informasi terkini dan edukasi dari Akademi Crypto seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Anda juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya.
Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Ikuti juga sosial media INDODAX di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
Author: Fau
Tag Terkait: #Berita Kripto Hari Ini, #Berita Mata uang Kripto, #Berita Altcoin, #Berita XRP, #Berita Kripto Jepang, #Berita Kripto Asia