Divestasi Adalah? Ini Arti, Tujuan, dan Contohnya di Kripto
icon search
icon search

Top Performers

Divestasi Adalah? Ini Arti, Tujuan, dan Contohnya di Kripto

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

Divestasi Adalah? Ini Arti, Tujuan, dan Contohnya di Kripto

Divestasi Adalah? Ini Arti, Tujuan, dan Contohnya di Kripto

Daftar Isi

Divestasi seringkali diasosiasikan dengan keputusan terakhir saat bisnis menghadapi masa sulit. Tapi kalau kamu perhatikan lebih dalam, justru banyak perusahaan besar di dunia termasuk di industri kripto melakukan divestasi sebagai langkah strategis untuk bertahan, tumbuh, bahkan mendominasi pasar.

Dalam artikel ini, kamu akan diajak memahami apa itu divestasi dari berbagai sudut: mulai dari arti kata, tujuan utama, strategi, hingga contoh aktual yang terjadi di ekosistem kripto seperti Binance, Tesla, hingga MakerDAO. Yuk, mulai dari dasar dulu.

 

Apa Itu Divestasi? Arti Sebenarnya dari Sudut Pandang Bisnis

Divestasi adalah tindakan melepas sebagian atau seluruh kepemilikan atas suatu aset, unit bisnis, atau investasi yang sebelumnya dimiliki oleh individu maupun perusahaan. Aset yang dilepas bisa berupa saham, properti, lini usaha, hingga teknologi. Dalam konteks bisnis, divestasi bukan sekadar menjual sesuatu. Ia adalah strategi sebuah keputusan sadar yang biasanya dilakukan dengan mempertimbangkan dampak jangka panjang.

Menurut definisi yang dikutip dari laman Wikipedia dan sumber keuangan seperti KlikPajak serta Kompas Money, divestasi bertujuan untuk mengurangi eksposur terhadap risiko, mendapatkan likuiditas, atau menyelamatkan kondisi operasional perusahaan. Kamu mungkin sering mendengar divestasi dalam konteks pemerintah Indonesia yang mengambil alih kepemilikan saham perusahaan asing di sektor tambang. Tapi ternyata, praktik ini jauh lebih luas dan fleksibel dari sekadar kebijakan negara.

Setelah memahami arti dasarnya, sekarang saatnya kamu mengetahui alasan strategis di balik keputusan divestasi yang diambil oleh perusahaan baik di sektor konvensional maupun kripto.

 

Kenapa Perusahaan Melakukan Divestasi? Ini Tujuan Utamanya

Setiap keputusan divestasi pasti dilandasi oleh kebutuhan atau tekanan tertentu. Dalam banyak kasus, divestasi muncul karena perusahaan ingin lebih fokus pada lini bisnis inti dan melepas unit usaha yang tidak lagi relevan dengan arah pertumbuhan. Misalnya, perusahaan teknologi bisa saja melepas divisi perangkat keras untuk fokus ke software-as-a-service (SaaS) yang lebih scalable.

Selain alasan fokus bisnis, divestasi juga bisa menjadi langkah untuk mengurangi beban operasional yang terlalu tinggi. Unit bisnis yang menyedot anggaran besar namun tidak menghasilkan profit yang sepadan sering kali jadi target utama. Melalui divestasi, perusahaan bisa menata ulang struktur biaya dan memperkuat neraca keuangan.

Ada juga yang melakukannya demi mendapatkan dana segar. Likuiditas yang dihasilkan dari penjualan aset dapat digunakan untuk membayar utang, membiayai ekspansi bisnis, atau mendanai riset dan pengembangan. Bahkan dalam beberapa situasi, divestasi adalah satu-satunya jalan untuk mencegah kebangkrutan.

Namun tentu saja, setiap strategi pasti mengandung konsekuensi. Itulah kenapa kamu perlu mengenali baik manfaat maupun risiko dari divestasi.

 

Apa Manfaat dan Risiko dari Divestasi?

Divestasi bisa jadi penyelamat atau justru jadi bumerang semuanya tergantung pada konteks dan eksekusinya. Ketika dilakukan secara tepat waktu dan terencana, manfaatnya luar biasa. Perusahaan bisa meningkatkan efisiensi, menghapus beban yang tidak produktif, serta memperoleh dana besar yang bisa dialokasikan ke hal yang lebih penting.

Banyak juga perusahaan publik yang berhasil menaikkan harga sahamnya setelah melakukan divestasi. Investor cenderung menyukai perusahaan yang fokus dan ramping, ketimbang yang memaksakan diri menjalankan banyak lini usaha yang tidak saling mendukung.

Namun di sisi lain, ada risiko nyata jika divestasi dilakukan dalam kondisi tertekan. Menjual aset di tengah tekanan keuangan atau saat pasar sedang lesu bisa membuat harga jual jatuh jauh di bawah nilai wajar. Ini berpotensi merugikan pemegang saham dan mengurangi nilai jangka panjang perusahaan. Belum lagi dampaknya terhadap moral karyawan terutama jika unit usaha yang dilepas melibatkan banyak tenaga kerja.

Risiko-risiko inilah yang menjadikan divestasi sebagai langkah strategis yang perlu diperhitungkan secara matang. Maka, akan sangat membantu jika kamu bisa melihat bagaimana strategi ini diterapkan secara nyata, terutama dalam industri kripto.

 

Contoh Divestasi di Dunia Nyata dan Industri Kripto

Selama ini, kita mungkin hanya melihat divestasi dilakukan oleh perusahaan tambang atau manufaktur besar. Tapi realitinya, ekosistem kripto juga tidak lepas dari strategi ini bahkan sering kali lebih berani dan transparan.

Salah satu contoh paling ikonik datang dari Binance, salah satu exchange terbesar dunia. Awalnya, Binance adalah investor awal di FTX, kompetitor yang saat itu sedang naik daun. Namun seiring waktu, ketika FTX tumbuh menjadi pesaing serius, Binance memilih untuk melakukan divestasi dan menjual seluruh kepemilikannya. Langkah ini terbukti cerdas: Binance mendapatkan lebih dari $2 miliar dari penjualan tersebut, dan berhasil menghindari skandal besar saat FTX bangkrut pada 2022.

Contoh lain datang dari Tesla. Pada kuartal kedua tahun 2022, Elon Musk mengumumkan bahwa Tesla menjual sekitar 75% dari total kepemilikan Bitcoin-nya. Alasan utamanya bukan ketidakpercayaan terhadap Bitcoin, melainkan kebutuhan likuiditas di tengah ketidakpastian global. Ini adalah bentuk divestasi aset digital dalam neraca perusahaan publik.

Sementara itu, dari sisi ekosistem decentralized finance (DeFi), MakerDAO juga pernah melakukan divestasi secara bertahap dari stablecoin USDC, yaitu jenis aset digital yang nilainya ditopang oleh mata uang fiat seperti dolar. Pasca sanksi terhadap Tornado Cash, komunitas Maker mengkhawatirkan potensi risiko regulasi terhadap DAI yang bergantung pada USDC. Sebagai respons, treasury DAO tersebut dialihkan sebagian ke real-world assets (RWA) bentuk nyata dari divestasi berbasis mitigasi risiko.

Masih ada contoh lain seperti Vitalic Buterin, yang memilih untuk menjual token-token meme (SHIB, ELON, dll) yang dikirimkan ke wallet-nya tanpa izin. Hasil penjualan tersebut bahkan ia sumbangkan ke lembaga amal. Dan baru-baru ini, perusahaan Web3 seperti Consensys mempertimbangkan spin-off atas unit bisnis seperti Infura, yang merupakan salah satu fondasi infrastruktur Ethereum.

Semua contoh ini menunjukkan bahwa divestasi bukan hanya cerita perusahaan tambang atau BUMN. Di kripto pun, strategi ini hidup dan berkembang.

 

Strategi Divestasi: Spin-Off, Carve-Out, atau Jual Putus?

Tidak semua divestasi dilakukan dengan menjual aset begitu saja. Beberapa perusahaan memilih strategi lain yang lebih kompleks, seperti spin-off atau equity carve-out.

Spin-off adalah saat perusahaan memisahkan unit usahanya menjadi entitas baru yang independen. Contoh paling terkenal adalah saat eBay memisahkan PayPal agar kedua perusahaan bisa tumbuh secara terpisah. Pemegang saham eBay tetap mendapatkan saham PayPal yang baru, jadi nilai investasi tetap terjaga.

Lain lagi dengan carve-out, di mana perusahaan menjual sebagian kepemilikan anak usahanya kepada publik melalui penawaran saham. Induk perusahaan tetap menjadi pemegang saham mayoritas, namun anak usaha punya otonomi yang lebih besar.

Sementara penjualan langsung alias asset sale adalah strategi divestasi paling umum, di mana aset dijual secara penuh kepada pihak lain. Ini sering digunakan saat unit usaha benar-benar tidak cocok lagi dengan visi jangka panjang perusahaan.

Dalam konteks kripto, bahkan bisa terjadi divestasi infrastruktur teknologi, seperti yang dilakukan oleh protokol dYdX yang memutuskan untuk pindah dari StarkEx ke Cosmos SDK. Langkah ini menunjukkan bahwa divestasi tak selalu soal saham atau bisnis—bisa juga soal arsitektur teknologi.

Setelah mengetahui strateginya, sekarang kamu pasti penasaran: kapan divestasi bisa dibilang sukses?

 

Kapan Divestasi Dianggap Berhasil? Ini Tandanya

Divestasi dinilai berhasil bukan semata karena aset berhasil dijual, tapi karena dampak jangka panjangnya positif terhadap nilai perusahaan dan pemegang saham.

Salah satu indikator paling jelas adalah saat nilai saham perusahaan meningkat pasca divestasi. Ini menandakan bahwa pasar merespons positif terhadap keputusan tersebut. Selain itu, keberhasilan juga bisa dilihat dari bagaimana dana hasil divestasi digunakan. Jika dana digunakan untuk membayar utang, investasi ulang ke lini bisnis yang lebih menjanjikan, atau memperkuat struktur keuangan, maka divestasi itu layak disebut sukses.

Keputusan Binance untuk keluar dari FTX sebelum skandal terjadi adalah contoh nyata. Begitu juga dengan langkah Tesla yang menjual Bitcoin sebelum harga turun drastis, serta inisiatif MakerDAO untuk mendiversifikasi treasury demi menghindari risiko regulasi.

Setelah ini, kamu juga perlu membedakan konsep divestasi dengan istilah lain yang mirip seperti investasi atau disposisi. Mari kita bahas secara singkat.

 

Apa Perbedaan Divestasi, Investasi, dan Disposisi?

Meski terdengar serupa, ketiga istilah ini memiliki makna yang sangat berbeda. Investasi adalah tindakan menambahkan aset dengan harapan mendapatkan keuntungan. Misalnya, membeli Bitcoin, saham, atau properti. Sementara divestasi adalah kebalikannya: melepaskan aset karena alasan tertentu.

Lalu ada istilah disposisi, yang berarti pengalihan atau pelepasan aset secara umum. Divestasi termasuk dalam disposisi, namun tidak semua disposisi adalah divestasi. Misalnya, hibah atau penghapusan aset juga termasuk disposisi, tapi tidak termasuk dalam strategi divestasi.

Dengan memahami perbedaan ini, kamu bisa lebih cermat menilai langkah-langkah yang diambil oleh perusahaan, terutama saat membaca laporan keuangan atau berita ekonomi.

 

Kesimpulan: Divestasi Itu Strategi, Bukan Sekadar Penjualan

Divestasi sering disalahpahami sebagai sinyal perusahaan sedang kesulitan. Padahal, jika dilakukan dengan analisis yang matang dan strategi yang tepat, divestasi justru bisa menjadi titik balik sebuah bisnis untuk tumbuh lebih kuat dan efisien.

Di tengah dunia yang terus berubah cepat baik di sektor konvensional maupun ekosistem kripto divestasi bukan lagi sekadar cara bertahan hidup. Ia telah berevolusi menjadi instrumen manajemen yang fleksibel: mulai dari pemangkasan lini usaha yang tidak relevan, reposisi nilai perusahaan di mata investor, hingga mitigasi risiko yang muncul dari regulasi dan ketergantungan teknologi.

Apa yang dilakukan Binance ketika keluar dari FTX, atau Tesla yang menjual Bitcoin demi likuiditas, adalah contoh nyata bahwa divestasi tidak harus berarti kehilangan. Sebaliknya, itu adalah cara perusahaan mengatur ulang pijakan sebelum berlari lebih jauh.

Buat kamu yang tertarik memahami gerak perusahaan baik saat membaca laporan keuangan, menyusun strategi bisnis, maupun mempertimbangkan portofolio investasi di kripto memahami konsep divestasi akan jadi bekal penting. Karena dalam banyak kasus, keputusan besar perusahaan dimulai dari satu hal sederhana: tahu kapan harus melepas untuk bisa melangkah.

 

Itulah informasi menarik tentang Divestasi yang  bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.

 

Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.

Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.

 

Follow Sosmed Twitter Indodax sekarang

Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram

 

FAQ

 

1. Apa itu divestasi dalam konteks bisnis dan kripto?

Divestasi adalah strategi pelepasan aset oleh perusahaan atau individu baik berupa saham, unit bisnis, atau aset digital demi tujuan efisiensi, penguatan neraca, atau respons terhadap dinamika pasar. Di kripto, divestasi bisa berarti menjual token treasury kripto, keluar dari kepemilikan proyek, atau berpindah teknologi chain.

2. Apa perbedaan antara investasi, divestasi, dan disposisi?

  • Investasi: penambahan aset untuk memperoleh keuntungan jangka panjang.

  • Divestasi: pengurangan atau pelepasan aset karena alasan strategis atau taktis.

  • Disposisi: istilah umum untuk semua bentuk pelepasan aset, termasuk hibah atau penghapusan, tidak selalu bernilai finansial.

3. Kapan waktu terbaik untuk melakukan divestasi?

Waktu terbaik adalah saat valuasi aset sedang optimal dan perusahaan memiliki rencana jelas untuk pemanfaatan hasil penjualan. Divestasi yang dilakukan dalam tekanan atau tanpa tujuan jangka panjang sering kali berujung pada kerugian atau kehilangan momentum bisnis.

4. Apa saja jenis strategi divestasi yang digunakan perusahaan saat ini?

Beberapa strategi populer antara lain:

  • Spin-off: membuat entitas baru dari unit usaha lama agar bisa tumbuh lebih mandiri.

  • Equity carve-out: menjual sebagian saham anak usaha ke publik untuk meningkatkan nilai dan modal.

  • Asset sale: menjual langsung aset yang tidak lagi menguntungkan atau strategis.

  • Divestasi teknologi: beralih dari sistem lama ke solusi baru (seperti dYdX dari StarkEx ke Cosmos).

5. Apakah divestasi bisa terjadi dalam DAO dan protokol kripto?

Bisa. DAO (Decentralized Autonomous Organization) bisa mendivestasi treasury dari aset tertentu, seperti MakerDAO yang mengurangi eksposur ke USDC. Protokol juga bisa melakukan spin-off proyek internal atau mengalihkan pendanaan ke strategi baru sebagai bentuk divestasi internal.

6. Bagaimana indikator bahwa divestasi berhasil?

Indikator keberhasilan meliputi:

  • Meningkatnya valuasi perusahaan pasca divestasi

  • Dana hasil divestasi digunakan untuk memperkuat bisnis inti

  • Risiko perusahaan berkurang (baik regulasi, operasional, maupun reputasi)

  • Investor merespons positif dan kinerja finansial membaik

 

Author : RB

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
  

Lebih Banyak dari Tutorial

Koin Baru dalam Blok

Pelajaran Dasar

Calculate Staking Rewards with INDODAX earn

Select an option
DOT
0
Berdasarkan harga & APY saat ini
Stake Now

Pasar

Nama Harga 24H Chg
Nama Harga 24H Chg
Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

Megaphone Pattern: Pola Ganas Pemicu Volatilitas!

Pasar yang tenang bisa tiba-tiba berubah liar. Harga yang sebelumnya

Akun Cent Adalah? Cara Trading Modal Kecil Mulai $1
06/08/2025
Akun Cent Adalah? Cara Trading Modal Kecil Mulai $1

Kalau kamu baru terjun ke dunia trading, mungkin pernah dengar

06/08/2025
Waspadai Outside Bar! Banyak Trader Salah Baca

Dalam dunia trading yang serba cepat, sinyal teknikal sering menjadi