Dumpster Diving Adalah Serangan Low-Tech yang Berbahaya
icon search
icon search

Top Performers

Dumpster Diving Adalah Serangan Low-Tech yang Berbahaya

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

Dumpster Diving Adalah Serangan Low-Tech yang Berbahaya

Dumpster Diving Adalah Serangan Low-Tech yang Berbahaya

Daftar Isi

Kamu mungkin membayangkan serangan siber selalu identik dengan kode berlapis dan alat canggih. Kenyataannya, banyak insiden berawal dari hal yang paling remeh: sampah. Di balik kardus bekas, label pengiriman yang terlepas, hingga hard drive yang dibiarkan di laci, sering tersembunyi potongan informasi yang cukup untuk membuka jalan ke pelanggaran yang mahal. Praktik memanen informasi dari sisa-sisa seperti inilah yang dikenal sebagai dumpster diving—serangan senyap, murah, dan sering kali terlambat disadari.

 

Apa itu dumpster diving?

Secara tradisional, dumpster diving berarti mencari barang bekas yang masih layak pakai dari tempat pembuangan. Dalam konteks keamanan siber, istilah yang sama mengacu pada penggalian data sensitif dari sampah fisik maupun sampah digital: kertas yang tak dihancurkan, foto whiteboard yang tertinggal di ponsel, USB yang tidak terhapus aman, sampai drive server yang dilepas begitu saja.

Maknanya berbeda, tetapi benang merahnya sama: ada sesuatu yang kamu anggap tidak bernilai, sementara pihak lain melihatnya sebagai peluang. Pada keamanan siber, peluang itu berupa petunjuk autentik tentang sistem, proses, dan orang—cukup untuk menyusun serangan sosial yang meyakinkan tanpa perlu mengeksploitasi celah perangkat lunak.

Contoh sederhananya begini. Seseorang menemukan printout daftar hadir rapat berlogo perusahaan yang memuat ruang, waktu, dan nomor kontak panitia. Dengan menelusuri nama dan pola email dari lembar itu, penyerang bisa mengirim pesan spoofing yang seolah-olah berasal dari panitia, meminta akses, atau melampirkan file berbahaya. Semuanya berangkat dari selembar kertas yang mestinya berakhir di mesin penghancur, bukan di tong sampah biasa.

 

Bagaimana serangan Dumpster diving ini bekerja

Dumpster diving bergerak di dua ranah sekaligus: fisik dan digital. Keduanya saling melengkapi, karena potongan kecil dari satu ranah bisa menguatkan potongan lain.

Ranah fisik. Pelaku mengamati alur pembuangan kantor: area loading dock, dekat printer bersama, pantry, hingga troli kebersihan. Mereka mencari dokumen seperti slip gaji, label RMA, invoice, panduan instalasi internal, struktur organisasi, lencana tamu, serta daftar kontak vendor. Barang elektronik yang ditelusuri mencakup hard drive, SSD, kartu memori, router bekas, bahkan ponsel yang akan didaur ulang. Banyak insiden terjadi karena dokumen hanya dilipat atau disobek dua, bukan dihancurkan silang, dan perangkat dibiarkan “reset pabrik” tanpa sanitasi yang tepat.

Ranah digital. Istilah “sampah” di sini bukan lagi plastik dan kertas, melainkan folder recycle bin yang tidak pernah dibersihkan, salinan backup yang ditinggal di shared drive, cache browser berisi token sesi, repositori publik yang tak sengaja memuat file konfigurasi lama, atau iklan baris daring untuk menjual komputer bekas kantor. Meski terasa seperti wilayah teknologi, pola pikirnya tetap sama: mengais sisa-sisa yang dianggap tidak penting tetapi masih menyimpan data berguna.

Setelah bahan terkumpul, pelaku melakukan perakitan intelijen. Mereka menyatukan nama, jabatan, gaya penulisan email, vendor yang digunakan, jadwal pengiriman, sampai format penamaan berkas. Hasilnya adalah gambaran utuh yang memudahkan rekayasa sosial: meniru identitas, menyasar akun pemulihan, atau mengirim email yang sangat mirip komunikasi resmi. Di titik ini, sampahmu berubah menjadi amunisi.

 

Dumpster diving sebagai bagian dari rekayasa sosial

Tidak seperti serangan teknis murni, dumpster diving mengandalkan prediktabilitas manusia: kebiasaan menempelkan kredensial sementara di post-it, membuang label logistik tanpa dicoret, atau menyimpan scan KTP di Downloads. Karena berbasis perilaku, teknik ini sering dipasangkan dengan phishing dan rekayasa sosial seperti sim swapping yang memanfaatkan data nyata dari sampah untuk menciptakan pesan palsu.

Bayangkan skenario yang realistis. Dari tumpukan arsip lama, pelaku mendapatkan daftar ekstensi telepon internal. Mereka lalu menelepon meja resepsionis, menyebutkan nama yang benar, dan mengaku sebagai teknisi vendor yang “sesuai jadwal”—jadwal yang mereka ketahui dari memo yang ikut terbaca. Dengan kredibilitas buatan ini, pelaku meminta reset akses atau meminta file yang “tertinggal di rapat”. Bukan kebetulan, keberhasilan meningkat karena informasi yang dipakai nyata, bukan tebak-tebakan.

Kamu bisa melihat mengapa serangan ini tetap relevan meski alat keamanan makin canggih. Teknologi sulit mendeteksi konteks sosial yang dipalsukan oleh data sungguhan, apalagi bila sumber datanya berasal dari kebiasaan operasional sehari-hari yang tidak diawasi.

 

Dampak yang sering diremehkan

Dampak finansial dari satu kebocoran data rata-rata berada di kisaran jutaan dolar per insiden, seperti tercatat dalam studi tentang biaya kebocoran data pada 2025—angka yang relevan untuk memahami risiko di sektor aset digital. Angka itu belum memasukkan biaya jangka panjang seperti kehilangan kepercayaan pengguna, investigasi forensik, negosiasi dengan regulator, dan potensi gugatan. Di ekosistem aset digital, konsekuensinya bisa beranak-pinak: paparan data KYC, penyalahgunaan identitas untuk membuka akun di platform lain, rekayasa withdrawal lewat pusat bantuan, hingga penurunan volume transaksi karena reputasi platform merosot.

Kerusakan reputasi juga kerap memicu efek pasar. Perusahaan yang terseret kasus kebocoran sering menghadapi liputan negatif berkepanjangan. Sekalipun kebocoran berawal dari perilaku “non-teknis” seperti pembuangan dokumen, publik jarang membedakan; yang mereka tangkap hanyalah kegagalan menjaga data. Itu sebabnya organisasi di sektor keuangan dan kripto menaruh perhatian sangat besar pada higiene data fisik.

Ada pula dimensi kepatuhan. Di Indonesia, Undang-Undang Pelindungan Data Pribadi mengikat pengendali dan prosesor data untuk menjaga seluruh siklus hidup data, termasuk pemusnahan. Kebocoran karena pembuangan tidak aman dapat berujung kewajiban notifikasi, sanksi administratif, bahkan konsekuensi pidana bila memenuhi unsur pelanggaran. Di Eropa, prinsip serupa hadir melalui GDPR yang menuntut pemrosesan dan pemusnahan data pribadi secara aman dan dapat diaudit. Intinya, membuang data sembarangan bukan sekadar kebiasaan buruk—ia bisa menjadi pelanggaran hukum.

 

Cara mencegah dumpster diving

Mencegah serangan ini bukan soal satu alat ajaib, melainkan menggabungkan kebijakan, proses, dan disiplin harian. Tujuannya sederhana: memastikan apapun yang kamu lepaskan—kertas maupun perangkat—tidak lagi memuat informasi yang bisa dipulihkan.

Bangun kebijakan siklus hidup data. Mulai dengan klasifikasi yang jelas: mana yang rahasia, internal, dan publik. Setiap kelas harus punya aturan retensi dan cara pemusnahan yang spesifik. Dokumen yang memuat data pribadi, finansial, atau operasional rahasia harus berakhir di mesin penghancur silang atau di vendor penghancuran bersertifikat. Hindari wadah sampah umum untuk bahan seperti ini, karena rantai pengangkutan sulit dilacak.

Amankan percetakan dan meja kerja. Printer bersama sering menjadi titik bocor. Aktifkan secure release agar dokumen baru tercetak setelah kamu memindai kartu. Biasakan tidak meninggalkan printout di baki printer, tidak menempelkan kredensial sementara di monitor, dan menyimpan bahan rapat di map tertutup saat tidak digunakan. Kebiasaan kecil ini menutup banyak celah yang selama ini dianggap sepele.

Sanitasi media elektronik secara benar. Untuk perangkat penyimpanan—HDD, SSD, USB, ponsel—ikuti panduan sanitasi media yang diakui industri. Praktiknya mencakup tiga tingkatan: clear (menghapus di tingkat sistem file yang diverifikasi), purge (menghapus di tingkat yang lebih dalam seperti crypto erase atau komando pabrikan), dan destroy (menghancurkan fisik hingga tak dapat dipulihkan). SSD dan ponsel modern sering memerlukan metode crypto erase yang memusnahkan kunci enkripsi sebelum perangkat didaur ulang. Catat nomor seri, metode yang dipakai, tanggal, dan pihak yang melakukan—ini akan menjadi jejak audit saat dibutuhkan.

Kelola vendor dengan ketat. Penghancur dokumen dan penyedia daur ulang perangkat harus terikat kontrak yang menyebut standar pemusnahan, kewajiban kerahasiaan, hak audit, serta Certificate of Destruction untuk setiap pengambilan. Tanpa bukti resmi, kamu tidak bisa membuktikan bahwa data benar-benar musnah di luar organisasi.

Lakukan pemeriksaan rutin. Jadwalkan bin-walk internal—pemeriksaan acak terhadap wadah sampah kantor—untuk mengevaluasi kepatuhan. Temuan sekecil apapun harus dicatat, diulas penyebabnya, dan ditutup dengan perbaikan proses. Sertakan pelatihan cepat berkala, misalnya 15–20 menit, agar seluruh tim memahami apa saja yang wajib dihancurkan: daftar pelanggan, label pengiriman dengan nama dan nomor, lembar reset sandi, maupun foto papan tulis yang menampilkan kredensial sementara.

Siapkan prosedur insiden. Jika ada dokumen atau perangkat sensitif ditemukan di tempat yang salah, tangani sebagai insiden. Isolasi temuan, dokumentasikan, cari pemilik data, nilai risiko paparan, dan jalankan notifikasi sesuai kebijakan. Pendekatan yang tertib akan mengurangi dampak dan mencegah pengulangan.

 

Kerangka regulasi yang perlu kamu pahami

Di Indonesia, UU No. 27 Tahun 2022 mengatur pelindungan data pribadi secara komprehensif. Poin penting untuk konteks ini adalah kewajiban menghapus atau memusnahkan data ketika tidak lagi diperlukan serta kewajiban mengambil langkah yang patut untuk mencegah akses tidak sah. Pedoman teknis sebelum hadirnya undang-undang—seperti aturan lama terkait pemrosesan dan pemberitahuan insiden—masih berguna sebagai acuan operasional sampai ketentuan turunan UU terbaru sepenuhnya berlaku.

Di yurisdiksi lain, ada preseden yang sering disebut ketika membahas privasi terhadap sampah di ruang publik. Intinya, sekalipun ada wilayah abu-abu secara hukum mengenai mengambil barang dari sampah, tanggung jawab organisasi tidak berubah: kamu tetap harus memastikan data pribadi tidak dapat dipulihkan setelah dibuang. Perspektif inilah yang membuat standar seperti ISO/IEC 27001 memasukkan kontrol khusus tentang penanganan media, pembuangan, dan pencatatan yang dapat diaudit.

 

Mengapa Serangan Sederhana Ini Masih Sering Berhasil

Sebuah kantor melakukan relokasi dan membersihkan gudang. Di antara tumpukan kotak, ada UPS tua, beberapa router, dan dua hard drive eksternal. Tim operasional menganggap semua “perangkat mati”, lalu memasukkannya ke kontainer logistik untuk diangkut vendor umum. Tidak ada yang memeriksa apakah drive pernah digunakan untuk backup. Beberapa minggu kemudian, muncul upaya account takeover yang meniru bahasa internal, lengkap dengan rujukan ke proyek yang hanya diketahui tim. Setelah dilacak, sumber kebocorannya diduga berasal dari file konfigurasi lama yang tersimpan di drive eksternal itu. Perusahaan akhirnya menandatangani kontrak baru dengan penyedia IT asset disposal yang bisa memberikan chain of custody dan sertifikat pemusnahan.

Kisah seperti ini terulang karena keputusan dibuat saat orang sedang dikejar tenggat. Itulah mengapa kebijakan, daftar periksa, dan vendor yang tepat jauh lebih efektif ketimbang kampanye besar yang hanya terdengar sekali di awal tahun.

 

Kesimpulan

Pada akhirnya, dumpster diving adalah pengingat bahwa keamanan data tidak selalu ditentukan oleh teknologi tercanggih, melainkan oleh kedisiplinan manusia dalam hal-hal kecil yang sering diabaikan. Banyak kebocoran besar justru dimulai dari kebiasaan sepele—membuang dokumen tanpa menghancurkannya, menjual perangkat bekas tanpa menghapus datanya, atau meninggalkan catatan login di meja kerja.

Serangan ini disebut low-tech karena tak membutuhkan keahlian tinggi, tapi efeknya bisa high impact: kebocoran data, kerugian finansial, dan rusaknya kepercayaan pengguna. Di tengah era digital yang makin cepat, aspek keamanan justru kembali ke akar—bagaimana kamu memperlakukan informasi sebagai sesuatu yang berharga bahkan setelah tak lagi digunakan.

Menjaga keamanan tidak selalu berarti menambah sistem baru, tetapi menyederhanakan kebiasaan: berpikir dua kali sebelum membuang, memusnahkan sebelum melepas, dan mengingat bahwa setiap potongan data adalah bagian dari reputasi. Ketika budaya keamanan ini tertanam di keseharian, serangan senyap seperti dumpster diving tak lagi punya ruang untuk berkembang.

 

Itulah informasi menarik tentang Dumpster diving yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel populer Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market.

Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.

 

Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.

Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Staking/Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan. Segera register di INDODAX dan lakukan KYC dengan mudah untuk mulai trading crypto lebih aman, nyaman, dan terpercaya!

 

Kontak Resmi Indodax
Nomor Layanan Pelanggan: (021) 5065 8888 | Email Bantuan: [email protected]

 

Follow Sosmed Twitter Indodax sekarang

Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram

 

FAQ

1. Apa perbedaan dumpster diving dan phishing?
Phishing meminta kamu menyerahkan data melalui tautan atau pesan palsu. Dumpster diving mengambil data yang sudah kamu buang—tanpa harus berinteraksi langsung denganmu. Keduanya sering digabungkan: data dari sampah dipakai untuk membuat phishing lebih meyakinkan.

2. Apakah praktik ini selalu ilegal?
Status hukumnya bergantung lokasi dan cara dilakukan. Namun bagi organisasi, pembuangan data yang berujung kebocoran tetap bisa menyalahi aturan pelindungan data. Fokus yang harus kamu jaga adalah memastikan data benar-benar dimusnahkan sebelum keluar dari kendali.

3. Bagaimana cara aman membuang perangkat penyimpanan?
Gunakan pendekatan bertingkat: clear untuk penghapusan yang dapat diverifikasi, purge seperti crypto erase untuk media modern, lalu destroy bila perangkat sangat sensitif atau tak lagi dibutuhkan. Catat nomor seri, tanggal, metode, dan pihak yang memproses.

4. Apa saja contoh dokumen yang wajib dihancurkan?
Segala yang memuat data pribadi dan operasional: KTP atau paspor pelanggan, dokumen KYC, slip gaji, daftar internal, catatan rapat, label pengiriman yang berisi nama serta nomor telepon, hingga prototipe kebijakan yang belum dirilis.

5. Apakah individu juga berisiko?
Ya. Dokumen bank, fotokopi identitas, atau kemasan paket daring yang mencantumkan alamat bisa dipakai menyusun profilmu. Biasakan merobek label, menyamarkan barcode, dan menghapus perangkat lama dengan benar sebelum dijual atau didaur ulang.

 

Author : RB

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
  

Lebih Banyak dari Blockchain,Tutorial

Pelajaran Dasar

Calculate Staking Rewards with INDODAX earn

Select an option
dot Polkadot 10.17%
bnb BNB 0.81%
sol Solana 4.86%
eth Ethereum 2.37%
ada Cardano 1.63%
pol Polygon Ecosystem Token 2.00%
trx Tron 2.86%
DOT
0
Berdasarkan harga & APY saat ini
Stake Now

Pasar

Nama Harga 24H Chg
RFC/IDR
Retard Fin
50
88.68%
TOKO/IDR
Tokoin
3
50%
H2O/IDR
H2O DAO
85
41.67%
DUPE/IDR
Dupe
339
23.27%
OMG/IDR
OMG Networ
1.870
20.65%
Nama Harga 24H Chg
FLOKI/USDT
Floki
0
-23.71%
W3S/IDR
Web3Shot
14.000
-22.14%
XEM/IDR
NEM
19
-20.83%
ANDY/IDR
ANDY
0
-20.58%
REN/IDR
Ren
128
-20.5%
Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

75 Contoh Password 8 Karakter 1 Digit Angka yang Aman
05/11/2025
75 Contoh Password 8 Karakter 1 Digit Angka yang Aman

Banyak orang baru sadar pentingnya password kuat ketika akunnya sudah

05/11/2025
Dumpster Diving Adalah Serangan Low-Tech yang Berbahaya

Kamu mungkin membayangkan serangan siber selalu identik dengan kode berlapis

5 Cara Pakai CryptoTaxCalculator untuk Hitung Pajak Kamu
05/11/2025
5 Cara Pakai CryptoTaxCalculator untuk Hitung Pajak Kamu

Kamu aktif trading kripto di beberapa exchange, pernah ikut staking,

05/11/2025