EBITDA Itu Apa? Cara Kerja & Gunanya Buat Investor
icon search
icon search

Top Performers

EBITDA Itu Apa? Cara Kerja & Gunanya Buat Investor

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

EBITDA Itu Apa? Cara Kerja & Gunanya Buat Investor

EBITDA Itu Apa? Cara Kerja & Gunanya Buat Investor

Daftar Isi

Jangan Tertipu Laba! Kenali Dulu EBITDA

Kamu mungkin pernah melihat perusahaan yang kelihatannya untung besar, tapi tiba-tiba bangkrut beberapa bulan kemudian. Atau mungkin kamu mendengar istilah “EBITDA positif” dari startup yang sedang cari pendanaan, padahal mereka belum pernah mencetak laba bersih. Nah, inilah kenapa kamu perlu paham betul apa itu EBITDA dan kenapa metrik ini sering dipakai para analis, investor institusi, bahkan pelaku pasar kripto.

Di balik istilah teknisnya, EBITDA sebenarnya bisa bantu kamu menilai kesehatan operasional sebuah bisnis—termasuk exchange kripto, proyek DeFi, atau startup Web3—dengan cara yang lebih netral dan fokus. Artikel ini akan membahas semuanya: dari definisi, sejarah, fungsi, hingga cara pakainya dalam menilai perusahaan zaman sekarang.

 

Apa Itu EBITDA? Ini Penjelasan Simpelnya

EBITDA adalah singkatan dari Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization. Artinya, ini adalah laba atau pendapatan bersih perusahaan sebelum dikurangi biaya bunga, pajak, penyusutan (depresiasi), dan amortisasi aset tak berwujud. Dalam istilah yang lebih sederhana, EBITDA mencerminkan kemampuan inti perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari operasionalnya saja, tanpa terpengaruh oleh strategi pembiayaan atau perlakuan akuntansi.

 

Rumus sederhananya seperti ini:

EBITDA = Laba Bersih + Bunga + Pajak + Depresiasi + Amortisasi

 

Dengan memisahkan empat elemen tersebut, kamu bisa melihat performa inti bisnis tanpa distorsi dari faktor-faktor non-operasional. Karena itulah EBITDA sering digunakan untuk membandingkan perusahaan lintas industri, negara, atau bahkan model bisnis yang punya struktur pembiayaan dan pajak yang sangat berbeda.

Setelah memahami rumus dasarnya, sekarang kita telusuri kenapa istilah ini bisa begitu populer dan diadopsi secara luas dalam analisis keuangan modern.

 

Sejarah Singkat: Dari LBO ke Startup Tech

EBITDA bukanlah metrik yang lahir dari ruang akademik. Ia justru berkembang di medan nyata dunia finansial, tepatnya pada era 1980-an saat terjadi gelombang besar-besaran leveraged buyout (LBO) di Amerika Serikat. Saat itu, banyak perusahaan dibeli menggunakan utang besar, dan para investor perlu cara untuk menilai apakah perusahaan target bisa menghasilkan cukup uang dari operasional untuk membayar bunga utangnya.

Di sinilah EBITDA masuk. Karena metrik ini mengabaikan beban bunga, pajak, serta depresiasi dan amortisasi, maka hasilnya dianggap lebih mencerminkan cash flow operasional yang bisa digunakan untuk bayar cicilan atau ekspansi.

Ketika era startup digital meledak di tahun 1990-an hingga 2000-an, EBITDA makin sering digunakan oleh perusahaan teknologi yang belum untung secara bersih. Mereka pakai EBITDA untuk menunjukkan bahwa secara operasional mereka sudah “sehat”, hanya saja belum positif secara laba bersih karena investasi besar di awal.

Dari sini, kamu bisa lihat bahwa EBITDA memang sejak awal dirancang sebagai alat bantu analisis. Tapi justru karena fokusnya ke operasional inti, metrik ini punya tempat spesial dalam dunia keuangan hingga hari ini.

 

Fungsi Utama EBITDA dalam Analisis Bisnis

EBITDA digunakan sebagai indikator utama untuk menilai efisiensi dan daya tahan operasional perusahaan. Tanpa terpengaruh oleh strategi pembiayaan, struktur pajak, atau teknik akuntansi aset, EBITDA memungkinkan kamu melihat seberapa “kuat” bisnis inti perusahaan tersebut.

 

Dalam praktiknya, EBITDA dipakai untuk berbagai hal, seperti:

  • Mengukur performa operasional murni

  • Membandingkan perusahaan di berbagai negara atau industri tanpa distorsi regulasi lokal

  • Menjadi dasar valuasi perusahaan lewat rasio EV/EBITDA

  • Menilai kemampuan bayar utang jangka pendek dan menengah

  • Menunjukkan efisiensi bisnis dari tahun ke tahun

 

Karena fleksibilitas dan fokusnya yang spesifik, banyak perusahaan juga membuat versi yang disebut Adjusted EBITDA, yaitu angka EBITDA yang dikoreksi dari beban tak terduga seperti biaya litigasi besar, PHK massal, atau kerugian non-recurring lainnya.

Namun, sebelum kamu bisa bilang “perusahaan ini sehat secara EBITDA”, kamu juga perlu tahu standar seperti apa yang dianggap bagus.

 

Berapa EBITDA yang Bagus? Ini Standar 2025

Jawaban singkatnya: tergantung industri. Tapi tenang, kamu nggak perlu bingung sendiri karena sekarang sudah ada banyak referensi data tahun 2025 yang bisa jadi acuan.

Menurut situs FullRatio dan Equidam, berikut adalah rata-rata margin EBITDA per industri:

 

  • REIT Industri: 60–72%

  • Manajemen Aset & Bursa: 40–50%

  • Teknologi (SaaS): 20–30%

  • Retail & E-commerce: 5–10%

  • Minyak & Gas: 30–50%

  • Perbankan & Keuangan: 25–35%

 

Jadi, kalau kamu lihat sebuah perusahaan punya margin EBITDA 25% di industri teknologi, itu sudah termasuk sehat. Tapi kalau perusahaan restoran cuma punya margin 3%, mungkin perlu dicek ulang efisiensi operasionalnya.

EBITDA bukan cuma soal tinggi-rendah angka. Yang paling penting adalah stabilitas margin dari waktu ke waktu dan konsistensi pertumbuhannya. Hal inilah yang menunjukkan kekuatan operasional sesungguhnya.

 

Apa Bedanya EBITDA, EBIT, Laba Bersih, dan Laba Kotor?

Seringkali investor pemula mencampuradukkan antara EBITDA dan metrik laba lain. Padahal perbedaannya cukup penting.

 

  • Laba Kotor hanya memotong biaya langsung seperti bahan baku dan produksi.

  • EBIT (Earnings Before Interest and Taxes) adalah laba sebelum bunga dan pajak, tapi sudah termasuk penyusutan dan amortisasi.

  • EBITDA menambahkan kembali depresiasi dan amortisasi ke dalam EBIT, sehingga memberi pandangan “kas” yang lebih netral.

  • Laba Bersih adalah angka akhir setelah semua beban termasuk bunga, pajak, depresiasi, amortisasi, dan biaya lainnya.

 

Bayangkan kamu menilai dua perusahaan: satu punya EBITDA tinggi tapi utangnya banyak, satunya punya EBITDA rendah tapi tanpa utang—mirip saat kamu membandingkan model bisnis antara perusahaan keuangan tradisional dan aset digital. Nah, kamu nggak bisa hanya bergantung ke EBITDA saja. Tapi tetap, EBITDA bisa jadi pintu awal untuk analisis yang lebih dalam.

Setelah tahu teorinya, sekarang kita masuk ke dunia yang makin dekat: industri kripto.

 

Studi Kasus: EBITDA di Dunia Kripto & Exchange

Banyak exchange kripto yang kini menyusun laporan keuangan layaknya perusahaan publik, apalagi yang sudah IPO seperti Coinbase (COIN). Mereka menggunakan EBITDA sebagai tolok ukur profitabilitas inti, yang tidak terlalu terpengaruh fluktuasi harga kripto.

Contohnya, laporan Q1 2025 Coinbase mencatat EBITDA sebesar $402 juta, bahkan saat volume trading tidak setinggi masa bull market. Ini menunjukkan efisiensi operasional dan pengendalian biaya tetap terjaga.

Di sisi lain, kasus seperti FTX jadi pelajaran penting. Walaupun EBITDA-nya dulu sempat tampak sehat di permukaan, ternyata banyak angka yang tidak dilaporkan secara jujur, dan akhirnya kolaps.

Jadi, kalau kamu menilai exchange, proyek Web3, atau protokol DeFi, melihat EBITDA yang positif, stabil, dan transparan bisa menjadi salah satu sinyal kesehatan bisnis yang penting.

Namun, jangan buru-buru percaya. Ada juga sisi gelap dari EBITDA yang harus kamu waspadai.

 

Kritik & Kelemahan EBITDA: Jangan Terkecoh!

Meskipun banyak digunakan, bukan berarti EBITDA tanpa celah. Bahkan Warren Buffett secara terbuka pernah mengkritik metrik ini, berbeda dengan tokoh-tokoh di ekosistem Web3 yang sering mengadopsi EBITDA untuk menunjukkan kekuatan tim dan revenue.

 

“EBITDA is very misleading. People who use it either don’t understand accounting or are trying to deceive you.”

 

EBITDA mengabaikan bunga—padahal perusahaan bisa punya utang besar. Ia juga mengabaikan pajak, yang tentu tetap harus dibayar. Dan yang paling krusial, EBITDA tidak mencerminkan kebutuhan pembaruan aset (capex) jangka panjang.

Artinya, perusahaan bisa terlihat menguntungkan secara EBITDA, padahal sebenarnya mereka sedang menumpuk utang atau menunda pengeluaran penting. Inilah kenapa kamu tetap harus melihat metrik lain sebagai pelengkap.

Lalu, apa metrik pelengkap yang cocok dipasangkan dengan EBITDA? Jawabannya: EV/EBITDA.

 

EV/EBITDA: Cara Menilai Apakah Saham Murah

EV/EBITDA adalah rasio yang membandingkan Enterprise Value (EV) dengan EBITDA. EV sendiri adalah nilai total perusahaan (kapitalisasi pasar + utang – kas), dan EBITDA mencerminkan profit dari operasional.

EV/EBITDA = Enterprise Value ÷ EBITDA

Semakin rendah hasilnya, biasanya semakin “murah” valuasi perusahaan tersebut. Tapi tentu harus dibandingkan dengan rata-rata industrinya.

 

Menurut Equidam dan Siblis Research (2025), EV/EBITDA rata-rata:

  • Software / SaaS: 30–37×

  • Teknologi besar (Big Tech): 25–27×

  • Retail / E-commerce: 10–15×

  • Energi / Minyak: 6–8×

 

Kamu bisa pakai rasio ini untuk menilai apakah suatu saham undervalued atau overvalued, termasuk saat menilai valuasi proyek kripto yang sudah punya revenue dan model bisnis jelas.

 

Kesimpulan

 

Memahami EBITDA itu seperti punya kompas saat kamu menjelajahi lanskap bisnis yang rumit. Ia bisa menunjukkan arah—menunjukkan apakah bisnis itu efisien, operasionalnya kuat, atau hanya sekadar bertahan hidup. Tapi satu hal penting: kompas bukan GPS. Artinya, EBITDA hanya salah satu alat bantu. Ia tidak menggambarkan seluruh kondisi kesehatan finansial perusahaan.

Di balik angka EBITDA yang tinggi, bisa saja tersembunyi utang yang menggunung, beban pajak yang besar, atau kebutuhan modal yang terabaikan. Karena itu, sebagai investor yang cerdas, kamu perlu melengkapinya dengan analisis lain seperti arus kas, net profit, rasio utang, hingga struktur capex dan strategi pertumbuhan.

Buat kamu yang aktif di kripto, paham EBITDA bukan cuma soal paham akuntansi klasik. Ini soal memahami proyek, exchange, dan startup Web3 dari sisi bisnis yang nyata—bukan cuma hype, roadmap, atau FOMO.

Jadi, lain kali kamu membaca laporan keuangan atau pitch deck yang menyebut “EBITDA positif”, kamu sudah tahu apa yang harus dicermati. Bukan untuk ditelan mentah-mentah, tapi untuk ditimbang dengan kritis. Karena di dunia investasi, informasi yang tajam dan pemahaman yang dalam bisa jadi pembeda antara untung dan buntung.

 

Itulah informasi menarik tentang EBITDA Adalah yang  bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.

 

Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.

Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.

 

Follow Sosmed Telenya Indodax sekarang!

Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram

 

FAQ

 

1. Apa itu EBITDA?

EBITDA adalah laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi. Ini mencerminkan profitabilitas operasional inti perusahaan tanpa distorsi pembiayaan atau akuntansi non-tunai.

2. Apa bedanya EBITDA dengan laba bersih?

EBITDA fokus pada laba operasional inti, sementara laba bersih adalah hasil akhir setelah dikurangi semua beban seperti bunga, pajak, dan penyusutan. Laba bersih lebih lengkap, tapi EBITDA lebih netral dan fokus.

3. Apakah EBITDA bisa negatif?

Bisa. Jika pendapatan operasional tidak cukup menutupi biaya langsung, EBITDA bisa negatif. Ini sinyal peringatan bahwa operasional bisnis belum efisien atau skalanya terlalu kecil.

4. Margin EBITDA berapa yang tergolong sehat?

Tergantung industri. Di tahun 2025, margin 20–30% untuk sektor teknologi dianggap sehat. Sektor REIT bisa mencapai 60–70%, sedangkan e-commerce hanya sekitar 5–10%.

5. Apa kelemahan EBITDA?

EBITDA mengabaikan utang, pajak, dan kebutuhan capex. Perusahaan bisa terlihat sehat secara EBITDA padahal sedang defisit arus kas atau punya beban utang besar.

6. Apa itu Adjusted EBITDA?

Adjusted EBITDA adalah versi yang dikoreksi dari item non-rutin seperti biaya litigasi besar atau PHK massal. Tujuannya memberi gambaran EBITDA yang lebih stabil dan representatif.

7. Apa itu EV/EBITDA dan bagaimana cara menghitungnya?

EV/EBITDA = Enterprise Value ÷ EBITDA. Rasio ini digunakan untuk mengukur valuasi perusahaan terhadap profitabilitas operasionalnya. Semakin rendah, semakin murah valuasinya (dengan asumsi performa sehat).

8. Apakah perusahaan kripto seperti exchange juga pakai EBITDA?

Ya. Exchange seperti Coinbase, Kraken, bahkan protokol Web3 yang punya revenue aktif sering menggunakan EBITDA sebagai metrik utama dalam laporan keuangan atau pitch ke investor.

9. Apa contoh nyata kesalahan menilai EBITDA?

Kasus FTX menunjukkan EBITDA tinggi tapi tidak diiringi transparansi dan audit memadai. Hasilnya, banyak investor terkecoh karena EBITDA-nya dipoles tanpa kontrol akuntansi ketat.

10. Apakah startup perlu melaporkan EBITDA?

Kalau startup sudah punya revenue, EBITDA bisa jadi indikator awal efisiensi operasional. Tapi untuk startup tahap awal yang masih rugi, metrik seperti burn rate dan CAC vs LTV mungkin lebih relevan.

 

Author : RB

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
  

Lebih Banyak dari Tutorial

Koin Baru dalam Blok

Pelajaran Dasar

Calculate Staking Rewards with INDODAX earn

Select an option
dot Polkadot 10.66%
bnb BNB 0.4%
sol Solana 5.37%
eth Ethereum 1.84%
ada Cardano 1.53%
pol Polygon Ecosystem Token 1.96%
trx Tron 2.39%
DOT
0
Berdasarkan harga & APY saat ini
Stake Now

Pasar

Nama Harga 24H Chg
GXC/IDR
GXChain
39.000
146.84%
CBG/IDR
Chainbing
49
58.06%
KOK/IDR
Kok
3
50%
VBG/IDR
Vibing
7.500
41.96%
W3S/IDR
Web3Shot
24.001
39.99%
Nama Harga 24H Chg
EFI/IDR
Efinity To
3.900
-43.56%
NMD/IDR
Nexusmind
113.000
-15.45%
BAN/IDR
Comedian
861
-12.68%
TROLLSOL/IDR
TROLL (SOL
2.510
-12.24%
MILK/IDR
Milkyway
854
-11.5%
Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

Megaphone Pattern: Pola Ganas Pemicu Volatilitas!

Pasar yang tenang bisa tiba-tiba berubah liar. Harga yang sebelumnya

Akun Cent Adalah? Cara Trading Modal Kecil Mulai $1
06/08/2025
Akun Cent Adalah? Cara Trading Modal Kecil Mulai $1

Kalau kamu baru terjun ke dunia trading, mungkin pernah dengar

06/08/2025
Waspadai Outside Bar! Banyak Trader Salah Baca

Dalam dunia trading yang serba cepat, sinyal teknikal sering menjadi