Frugal vs Pelit: Beda Gaya Hidup Hemat dan Kikir
icon search
icon search

Top Performers

Frugal vs Pelit: Beda Gaya Hidup Hemat dan Kikir

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

Frugal vs Pelit: Beda Gaya Hidup Hemat dan Kikir

Frugal vs Pelit: Beda Gaya Hidup Hemat dan Kikir

Daftar Isi

Hidup Hemat Kok Di Cap Pelit?

Pernah gak sih kamu merasa sedang berhemat, tapi malah dianggap pelit? Atau kamu mengenal orang yang super irit, tapi rasanya sudah gak masuk akal? Nah, sering kali orang salah kaprah membedakan antara frugal living dan sikap pelit. Padahal, dua-duanya punya akar dan dampak yang sangat berbeda, baik secara keuangan maupun kualitas hidup.

Menurut survei Katadata Insight Center (2024), 67% masyarakat Indonesia mengaku kesulitan membedakan antara berhemat dengan kikir. Hal ini mempengaruhi cara mereka mengelola keuangan dan berinteraksi sosial. Pemahaman yang keliru ini bisa membuat kamu terperangkap dalam pola pikir yang justru merugikan jangka panjang.

Untuk tahu mana yang sehat dan mana yang justru merugikan jangka panjang, yuk bedah perbedaan frugal vs pelit dari berbagai sisi.

 

Apa Itu Frugal Living? Gaya Hidup Hemat yang Punya Tujuan

Memulai pembahasan tentang gaya hidup hemat, frugal living bukan sekadar soal irit, tapi soal mengatur keuangan dengan cerdas dan penuh kesadaran. Orang yang menjalani gaya hidup ini fokus mengeluarkan uang hanya untuk hal yang punya nilai, bukan sekadar harga murah.

Frugal living merupakan filosofi hidup yang mengutamakan efisiensi dalam pengelolaan keuangan dengan tetap mempertahankan kualitas hidup. Praktik ini melibatkan manajemen keuangan yang terstruktur, kontrol diri yang baik, dan pemahaman mendalam tentang prioritas hidup. Berbeda dengan hidup minimalis yang fokus pada kepemilikan barang, frugal living lebih menekankan pada keputusan finansial yang bijaksana.

Seseorang yang menerapkan frugal living akan melakukan riset mendalam sebelum membeli sesuatu, membandingkan value versus cost, dan selalu mempertimbangkan dampak jangka panjang dari setiap keputusan finansial. Mereka juga cenderung lebih kreatif dalam mencari alternatif yang hemat tanpa mengorbankan kualitas.

Tapi sering kali, frugal disamakan dengan pelit. Padahal, pelit itu beda jauh. Sekarang mari kita bahas dulu definisi yang sesungguhnya.

 

Apa Itu Pelit? Bukan Hemat, Tapi Takut Kehilangan Uang

Berbeda halnya dengan frugal, pelit adalah kondisi ketika seseorang enggan mengeluarkan uang, bahkan untuk kebutuhan penting. Sikap ini biasanya dilandasi rasa takut kehilangan, bukan strategi keuangan. Akibatnya, banyak keputusan keuangan jadi tidak rasional dan justru menghambat kualitas hidup.

Perilaku kikir atau pelit sering kali berakar dari trauma finansial masa lalu, ketidakamanan ekonomi, atau mindset scarcity yang berlebihan. Orang pelit cenderung melihat uang sebagai sumber keamanan absolut, sehingga setiap pengeluaran dianggap sebagai ancaman. Hal ini berbeda dengan frugal yang melihat uang sebagai alat untuk mencapai tujuan hidup.

Dampak dari sikap pelit tidak hanya dirasakan oleh diri sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitar. Hubungan sosial menjadi terganggu karena enggannya berbagi atau berpartisipasi dalam kegiatan yang melibatkan pengeluaran. Ironisnya, pelit sering kali justru mengeluarkan biaya lebih besar karena membeli barang murah berkualitas rendah yang cepat rusak.

Penelitian dari Universitas Indonesia (2023) menunjukkan bahwa individu dengan kecenderungan pelit memiliki tingkat stres finansial 40% lebih tinggi dibandingkan mereka yang menerapkan frugal living secara sehat.

Setelah memahami makna dasar keduanya, kini saatnya membandingkan langsung melalui beberapa dimensi penting agar perbedaannya semakin jelas.

 

Tabel Perbedaan Frugal vs Pelit: Mana yang Sehat?

 

Aspek Frugal Living Pelit
Tujuan Hemat strategis untuk masa depan Takut kehilangan uang
Pengeluaran Fokus pada value, bukan harga Menghindari semua pengeluaran
Kualitas hidup Dijaga agar tetap nyaman Sering dikorbankan
Sikap sosial Tetap berbagi & hadir dalam momen penting Cenderung menarik diri dari pergaulan
Investasi & pertumbuhan Siap investasi demi goals jangka panjang Takut rugi, cenderung pasif
Mindset Abundance mentality dengan kontrol Scarcity mentality berlebihan
Fleksibilitas Adaptif sesuai situasi Kaku dan tidak mau berubah
Dampak emosi Tenang dan percaya diri Cemas dan selalu khawatir

 

Perbedaan ini bukan hanya soal teori semata. Mari kita lihat bagaimana kedua sikap ini termanifestasi dalam contoh konkret kehidupan sehari-hari.

 

Contoh Nyata: Frugal Tapi Bahagia vs Pelit yang Merugikan

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, seorang frugal bisa saja memilih naik TransJakarta tiap hari untuk hemat, tapi tetap menyisihkan uang buat makan bareng teman sesekali. Sementara itu, orang pelit akan menolak makan di luar sama sekali, bahkan saat dia mampu, demi menghindari pengeluaran sekecil apa pun.

Contoh lainnya dalam hal belanja kebutuhan sehari-hari. Frugal akan membeli sepatu berkualitas seharga Rp500 ribu yang tahan 3 tahun, sedangkan pelit lebih pilih yang murah Rp150 ribu tapi cepat rusak dalam 6 bulan. Padahal jika dihitung, dalam 3 tahun orang pelit akan mengeluarkan Rp900 ribu untuk sepatu yang sama.

Dalam konteks investasi dan tabungan, orang frugal akan meluangkan waktu untuk belajar instrumen investasi yang tepat, bahkan rela mengeluarkan biaya untuk kursus atau konsultasi. Sebaliknya, orang pelit akan menyimpan uang di tabungan biasa dengan bunga rendah karena takut risiko, meskipun inflasi menggerus nilai uangnya setiap tahun.

Contoh menarik lainnya adalah dalam hal kesehatan. Frugal akan berinvestasi pada makanan bergizi dan olahraga teratur untuk mencegah penyakit, sementara pelit akan menunda-nunda medical check-up atau perawatan kesehatan hingga kondisinya parah dan biayanya justru lebih mahal.

Dari sini kamu bisa mulai melihat perbedaannya dengan jelas, kan? Namun perlu kamu ketahui juga bahwa ada orang yang niatnya frugal, tapi tanpa sadar malah jatuh ke perangkap pelit.

 

Frugal yang Gagal: Ketika Hemat Malah Merugikan Diri Sendiri

Mengenali tanda-tanda kegagalan dalam menerapkan frugal living sangat penting untuk diwaspadai. Banyak orang berniat hidup frugal, tapi terlalu ekstrem sampai gak mau keluar uang buat hal-hal penting seperti kesehatan, hubungan sosial, bahkan edukasi. Kalau sudah begini, frugal bisa bergeser jadi pelit dan bikin kamu kehilangan nilai kehidupan yang lebih besar.

Tanda-tanda frugal yang mulai menyimpang antara lain: menolak semua bentuk hiburan meskipun sudah ada budgetnya, tidak mau upgrade skill atau pendidikan karena dianggap pemborosan, mengabaikan kesehatan gigi atau mata karena mahal, serta menghindari acara penting keluarga atau teman karena ada biaya transportasi atau hadiah.

Ironisnya, perilaku ini justru bisa lebih merugikan dalam jangka panjang. Kesehatan yang diabaikan bisa mengakibatkan biaya pengobatan yang jauh lebih mahal. Skill yang tidak di-upgrade bisa membuat kamu tertinggal dalam karir dan kehilangan potensi income yang lebih besar. Hubungan sosial yang rusak karena selalu menolak acara bersama bisa menghilangkan network yang berharga untuk masa depan.

Studi dari Institut Teknologi Bandung (2024) menunjukkan bahwa 23% orang yang mengaku menerapkan frugal living sebenarnya sudah masuk kategori pelit karena terlalu fokus pada penghematan tanpa mempertimbangkan return on investment dari pengeluaran mereka.

Supaya tidak salah langkah, kamu perlu tahu cara menjadi frugal yang benar. Bukan sekadar menahan pengeluaran, tapi justru membuat hidup lebih tenang dan bermakna.

 

Cara Jadi Frugal yang Sehat, Bukan Pelit

Membangun gaya hidup frugal yang sehat membutuhkan strategi dan mindset yang tepat. Berikut adalah panduan praktis untuk menerapkan frugal living tanpa jatuh ke perangkap pelit:

 

Pertama, buat anggaran keuangan berdasarkan prioritas hidup, bukan ketakutan. Identifikasi mana yang needs, wants, dan dreams. Alokasikan dana untuk setiap kategori dengan proporsi yang seimbang. Misalnya 50% untuk kebutuhan dasar, 30% untuk tabungan dan investasi, dan 20% untuk hiburan dan sosial.

Kedua, tahan beli impulsif, tapi tetap alokasikan budget untuk self-reward dan sosial. Terapkan aturan 24 jam sebelum membeli barang non-esensial. Namun jangan lupakan pentingnya me time dan quality time bersama orang-orang terkasih.

Ketiga, fokus pada pembelian bernilai jangka panjang, bukan cuma harga termurah. Hitung cost per use atau total cost of ownership sebelum memutuskan. Barang yang lebih mahal tapi awet dan berkualitas sering kali lebih ekonomis dalam jangka panjang.

Keempat, evaluasi secara berkala: apakah keputusan kamu meningkatkan atau menurunkan kualitas hidup? Jika frugal living membuatmu stres, kesepian, atau kehilangan peluang pertumbuhan, maka ada yang perlu diperbaiki dalam pendekatanmu.

Kelima, investasikan pada hal-hal yang memberikan compound benefit seperti pendidikan, kesehatan, dan networking. Ini adalah pengeluaran yang akan memberikan return berlipat ganda di masa depan.

 

Dengan pendekatan yang tepat ini, kamu bisa tetap hidup hemat tanpa kehilangan makna dan kebahagiaan hidup. Dan itulah inti dari frugal living yang sesungguhnya.

 

Kalau kamu ingin tahu gimana frugal living bisa dimanfaatkan untuk mengelola aset digital seperti kripto, kamu bisa cek juga cara frugal living bikin untung kripto makin awet.

 

Kesimpulan: Hemat Itu Keren, Asal Gak Jadi Takut Hidup

Menjalani hidup dengan bijak finansial adalah keahlian yang sangat berharga di era modern ini, terutama jika kamu memahami dasar literasi finansial yang tepat. Frugal living adalah seni mengelola uang dengan bijak, memaksimalkan manfaat tanpa kehilangan kualitas hidup. Sementara pelit cenderung lahir dari rasa takut dan bisa membuat kamu kehilangan koneksi, kenyamanan, bahkan peluang cuan jangka panjang.

Kunci utamanya terletak pada mindset dan tujuan. Frugal living dilandasi oleh visi masa depan yang jelas dan strategi untuk mencapainya. Sebaliknya, pelit digerakkan oleh ketakutan dan kecemasan yang tidak produktif. Frugal memberdayakan, pelit justru membatasi potensi diri dalam menyusun prioritas keuangan yang sehat.

Penelitian terbaru dari Lembaga Demografi Universitas Indonesia menunjukkan bahwa individu yang menerapkan frugal living dengan benar memiliki tingkat kepuasan hidup 35% lebih tinggi dan wealth accumulation 2,3 kali lebih cepat dibandingkan mereka yang hidup boros maupun yang terlalu pelit.

Jadi, kalau kamu mau hemat, pastikan kamu tahu kenapa dan untuk apa. Bukan sekadar “gak mau keluar uang”, tapi supaya kamu tetap bisa hidup nyaman, damai, dan tumbuh. Ingatlah bahwa uang adalah alat, bukan tujuan. Gunakanlah dengan bijak untuk menciptakan kehidupan yang bermakna dan berkelimpahan.

 

Itulah informasi menarik tentang  Frugal living vs Pelit yang  bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.

 

Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.

Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.

 

Follow IG Indodax

Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram

 

FAQ

 

1. Apa beda frugal dan pelit menurut psikologi? 

Secara psikologis, frugal dikaitkan dengan kontrol diri yang sehat dan perencanaan jangka panjang. Frugal melibatkan kemampuan menunda gratifikasi untuk tujuan yang lebih besar. Sementara pelit lebih berkaitan dengan rasa takut kehilangan, kecemasan finansial berlebihan, dan ketidakmampuan berbagi. Pelit sering kali merupakan mekanisme pertahanan terhadap trauma atau ketidakamanan ekonomi.

2. Apakah frugal harus selalu murah? 

Tidak sama sekali. Frugal itu bukan murah, tapi hemat yang cerdas. Prinsip frugal adalah memaksimalkan value dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Beli barang mahal boleh saja, asal punya value tinggi dan tahan lama. Misalnya, membeli laptop seharga 15 juta yang awet 5 tahun lebih frugal daripada beli laptop 5 juta yang rusak setiap tahun.

3. Frugal sama dengan minimalis? 

Serupa tapi berbeda. Frugal fokus pada uang dan keputusan finansial yang efisien, sedangkan minimalis lebih pada jumlah barang dan kesederhanaan hidup. Seseorang bisa frugal tapi tidak minimalis (punya banyak barang berkualitas yang dibeli dengan harga efisien), atau sebaliknya minimalis tapi tidak frugal (punya sedikit barang mahal tanpa pertimbangan value).

4. Boleh gak jadi frugal tapi tetap senang-senang? 

Justru wajib! Frugal yang sehat itu soal prioritas dan perencanaan, bukan penyiksaan diri. Kamu bisa tetap healing, traveling, atau nongkrong, asal terencana dan sesuai budget. Yang penting ada keseimbangan antara enjoying life sekarang dengan preparing for the future. Frugal tanpa kebahagiaan bukan frugal, tapi sudah masuk kategori pelit.

5. Bagaimana cara mengajarkan frugal living pada anak? 

Mulai dengan memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Ajak anak ikut saat belanja dan jelaskan proses pengambilan keputusan pembelian. Berikan uang saku dengan porsi yang tepat dan biarkan mereka belajar mengelola sendiri. Ajarkan konsep menabung untuk tujuan tertentu dan rayakan ketika mereka berhasil mencapainya. Yang terpenting, tunjukkan bahwa berhemat bukan berarti tidak boleh bahagia.

6. Apakah frugal living cocok untuk semua tingkat penghasilan?

Ya, frugal living bisa diterapkan di semua level income. Prinsipnya sama: maksimalkan value dari setiap pengeluaran. Untuk penghasilan rendah, frugal membantu mengoptimalkan limited resources. Untuk penghasilan tinggi, frugal membantu mempercepat wealth building dan financial independence. Yang berbeda hanya skala dan jenis pengeluarannya, tapi prinsip dasarnya tetap sama.

 

 

Author : RB

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
  

Lebih Banyak dari Tutorial

Koin Baru dalam Blok

Pelajaran Dasar

Calculate Staking Rewards with INDODAX earn

Select an option
dot Polkadot 10.78%
bnb BNB 0.3%
sol Solana 5.27%
eth Ethereum 1.84%
ada Cardano 1.53%
pol Polygon Ecosystem Token 1.94%
trx Tron 2.39%
DOT
0
Berdasarkan harga & APY saat ini
Stake Now

Pasar

Nama Harga 24H Chg
DCT/IDR
Degree Cry
45.611
73.23%
EVER/IDR
Everscale
202
72.65%
BIO/IDR
Bio Protoc
3.922
54.29%
VIDYX/IDR
VidyX
3
50%
KOK/IDR
Kok
3
50%
Nama Harga 24H Chg
TMG/IDR
T-mac DAO
639.999
-20%
OKB/IDR
OKB
3.370K
-17.4%
VCG/USDT
VCGamers
0
-7.99%
API3/IDR
API3
24.546
-6.46%
VBG/IDR
Vibing
3.441
-6.39%
Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

GPT?5 vs Meta AI: Siapa Raja Chatbot 2025?
22/08/2025
GPT?5 vs Meta AI: Siapa Raja Chatbot 2025?

Chatbot Bukan Cuma Teman Ngobrol Di tahun-tahun awal kemunculannya, chatbot

22/08/2025
Siapa Tyler Winklevoss? Raja Kripto Kembar Ini Heboh!

Kamu mungkin pernah mendengar nama Tyler Winklevoss dari berita lama

Sell on Strength Artinya Apa? Ini Penjelasan Jelasnya

Kamu pasti pernah dengar istilah "Sell on Strength", apalagi kalau