Di kalangan trader lama, istilah funding rate arbitrage dulu sempat jadi legenda. Banyak yang menyebutnya sebagai cara paling “tenang” buat tetap cuan tanpa harus nebak arah market. Selama funding rate di pasar futures masih positif, mereka bisa duduk santai sambil mengantongi pendapatan rutin setiap delapan jam. Tapi seperti halnya strategi lain di dunia trading, masa keemasan itu tidak bertahan selamanya.
Sekarang, kita sudah di 2025. Pasar lebih cepat, spread makin tipis, dan algoritma bot sudah mengambil sebagian besar peluang yang dulu bisa diambil manual. Trader ritel pun mulai bertanya-tanya, masih relevan nggak sih strategi funding rate arbitrage di era sekarang?
Untuk menjawabnya, kamu perlu melihat lebih dalam — bukan cuma dari teori cara kerja, tapi juga data terbaru, kesalahan umum yang sering bikin gagal, dan bagaimana strategi ini berevolusi seiring pasar berubah. Karena pada akhirnya, cuan dari funding rate arbitrage di 2025 bukan soal keberuntungan, tapi soal pemahaman dan disiplin.
Apa itu funding rate arbitrage
Sebelum melangkah ke teknis, kamu perlu memahami logikanya. Funding rate arbitrage adalah strategi netral pasar yang mengekstrak keuntungan dari pembayaran pendanaan pada kontrak futures kripto — instrumen turunan yang sering dipakai trader untuk melindungi posisi atau mencari peluang profit jangka pendek. Caranya, kamu membuka dua posisi berlawanan pada aset yang sama: long di pasar spot dan short di pasar futures, atau sebaliknya ketika funding rate negatif. Dengan komposisi seperti itu, risiko pergerakan harga cenderung teredam karena kerugian di satu sisi diimbangi oleh keuntungan di sisi lain. Fokusmu bukan menebak arah, melainkan mengunci arus kas dari funding rate yang dibayarkan secara berkala.
Agar definisi ini tidak sekadar konsep, bayangkan kamu memegang 1 BTC di spot lalu membuka short 1 BTC di perpetual. Jika funding rate positif, pihak long di perpetual membayar pihak short. Pembayaran itulah yang menjadi “yield” yang kamu kejar, selama eksposur harga bersih (delta) mendekati nol. Dari sini, kita bisa turun satu tingkat ke cara kerjanya secara operasional.
Cara kerja: dari konsep ke eksekusi
Setelah kamu tahu gambaran dasarnya, sekarang saatnya memahami bagaimana strategi ini benar-benar berjalan di lapangan. Banyak yang mengira funding rate arbitrage cuma soal buka dua posisi berlawanan, padahal kenyataannya jauh lebih kompleks. Setiap langkah menentukan seberapa efektif kamu bisa mengunci profit tanpa kena jebakan biaya tersembunyi.
Untuk memulai, bayangkan kamu melihat funding rate BTC di Binance berada di +0,03% per 8 jam. Angka ini berarti trader yang membuka posisi long di futures akan membayar trader yang short agar harga kontrak tetap mendekati harga spot. Dari sini, kamu bisa membuat dua posisi berlawanan dengan ukuran sama:
- Beli (long) 1 BTC di pasar spot.
- Jual (short) 1 BTC di pasar perpetual futures.
Dengan konfigurasi ini, kamu tidak sedang berspekulasi terhadap arah harga. Jika harga Bitcoin naik, nilai posisi spot-mu akan untung, sementara posisi futures akan rugi dalam jumlah hampir sama — prinsip yang mirip dengan strategi delta neutral yang sering dipakai untuk menjaga kestabilan portofolio. Selisih antara keduanya nyaris nol, menjadikannya posisi delta-neutral. Keuntungan utamamu justru datang dari pembayaran funding rate yang dikirim setiap delapan jam dari pihak long ke pihak short.
Namun, strategi ini bukan berarti bebas risiko. Di sinilah banyak trader lengah. Salah satu risiko utama adalah basis risk, yaitu perbedaan harga antara pasar spot dan futures. Ketika volatilitas tinggi, selisih ini bisa melebar secara signifikan, membuat posisi short di futures menurun nilainya lebih cepat daripada posisi spot-mu naik. Kalau kamu tidak menyesuaikan posisi atau menutupnya di waktu yang tepat, funding rate yang kamu kumpulkan bisa terkikis habis hanya karena spread melebar beberapa persen saja.
Selain itu, kamu juga harus memperhitungkan biaya eksekusi. Setiap transaksi — baik beli di spot maupun short di futures — memiliki fee, dan beberapa bursa mengenakan biaya tambahan untuk pembukaan posisi leverage. Misalnya, jika kamu melakukan arbitrase lintas bursa (cross-venue), kamu juga harus menghitung biaya penarikan, transfer USDT antar exchange, dan potensi perbedaan waktu pembaruan funding rate di tiap platform. Banyak yang lupa menghitung hal kecil seperti ini, padahal di strategi arbitrase, keuntungan bersih bisa sangat tipis.
Kamu juga perlu memperhatikan frekuensi pendanaan dan arah funding rate. Jika kamu short di futures saat funding rate positif, kamu menerima bayaran. Tapi ketika pasar berbalik dan funding rate menjadi negatif, arus kas itu akan berbalik arah — kamu malah yang harus membayar pihak long. Karena itu, monitoring real-time sangat penting. Trader institusi biasanya menggunakan API untuk mendeteksi perubahan funding rate lintas bursa secara otomatis, sementara trader ritel bisa menggunakan alat seperti Coinglass atau Sharpe.AI untuk melihat tren pendanaan harian.
Strategi ini memang menarik karena teorinya sederhana, tetapi penerapannya menuntut ketelitian. Tidak cukup hanya tahu kapan membuka posisi — kamu juga harus tahu kapan menutup atau rebalancing posisi, terutama saat spread antar pasar mulai melebar atau volume likuiditas menipis. Dalam dunia arbitrase, eksekusi presisi bukan kelebihan, tapi kebutuhan.
Setelah kamu memahami bagaimana mekanismenya bekerja dan risiko tersembunyi di baliknya, langkah berikutnya adalah melihat siapa saja yang berhasil menjalankan strategi ini dengan stabil, dan bagaimana mereka melakukannya secara sistematis.
Siapa saja yang pernah sukses dan kenapa
Dalam beberapa tahun terakhir, strategi ini paling sering berhasil di tangan pelaku dengan tiga bekal: modal memadai, akses eksekusi cepat, dan biaya rendah. Market maker serta quant desk biasa memanfaatkan API untuk memantau funding rate lintas bursa, mengeksekusi order seketika, lalu melakukan penyeimbangan posisi ketika spread berubah. Di tangan yang tepat, funding rate arbitrage menjadi “alat pendapatan” yang konsisten—bukan besar sekali waktu, melainkan kecil namun berulang.
Bagi trader ritel, keberhasilan juga mungkin, tetapi polanya berbeda. Mereka cenderung memilih aset paling likuid seperti BTC dan ETH, menjaga ukuran posisi agar proporsional terhadap modal, serta memfokuskan perhatian pada momen-momen ketika funding rate menyimpang dari rata-ratanya. Dengan cara ini, strategi lebih mirip maraton daripada sprint—stabil, sabar, dan disiplin.
Kenapa banyak yang gagal menirunya
Di titik ini, kamu mungkin bertanya: kalau logikanya rapi dan contohnya ada, mengapa tetap banyak yang tersandung? Alasannya jarang tunggal, tetapi saling berkelindan.
Pertama, funding rate berubah cepat. Peralihan dari positif ke negatif bisa terjadi dalam hitungan periode, membuat arus kas yang semula menguntungkan tiba-tiba berbalik. Tanpa pemantauan dan rencana keluar, posisi yang tadinya netral berubah menjadi beban biaya.
Kedua, basis risk sering diremehkan. Ketika pasar bergejolak, harga futures bisa menyimpang dari spot lebih besar dari biasanya. Spread yang melebar ini sering kali berkaitan dengan volatilitas pasar kripto yang meningkat tajam, membuat posisi arbitrase berisiko kehilangan margin jika tidak diawasi.
Ketiga, biaya dan friksi eksekusi menggigit margin. Komisi, funding pada sisi yang berlawanan, slippage saat mengeksekusi order besar di order book yang tipis, hingga biaya penarikan antar exchange bila kamu bermain lintas bursa—semuanya memang kecil per kejadian, namun signifikan jika diakumulasi.
Keempat, risiko platform kerap dilupakan. Gangguan exchange, perubahan aturan pendanaan, atau hambatan operasional lainnya bisa membuat kamu tidak dapat menutup atau menyeimbangkan posisi tepat waktu. Pada strategi yang tampak “tenang”, faktor non-pasar seperti ini justru bisa paling menentukan.
Mengetahui jebakan umum ini membantumu merancang strategi yang tidak hanya benar di atas kertas, tetapi tahan banting di kondisi nyata.
Seberapa relevan di 2025
Sekarang mari kembali ke pertanyaan inti. Di 2025, pasar derivatif kripto lebih rapat, sehingga “peluang mudah” tidak sebanyak era sebelumnya. Rata-rata funding rate di aset utama lebih dekat ke titik seimbang, dan selisih antar bursa menyempit lebih cepat. Implikasinya jelas: yield tahunan realistis cenderung lebih kecil daripada beberapa tahun lalu, sementara tuntutan pada presisi dan kecepatan eksekusi lebih tinggi.
Meski demikian, relevansi tidak hilang. Strategi ini tetap dipakai untuk menstabilkan portofolio, terutama ketika kamu menginginkan eksposur pasar yang lebih terkendali. Di situasi volatilitas meningkat atau saat ada ketidakseimbangan sementara antar bursa, peluang masih muncul sesekali. Bedanya, kamu perlu menganggapnya sebagai strategi pendapatan yang disiplin—bukan tiket cepat menuju imbal hasil besar.
Adaptasi modern: cara membuatnya tetap bekerja
Jika kamu ingin strategi ini tetap bernapas, ada beberapa penyesuaian praktis yang layak dipertimbangkan. Gunakan pemantauan real-time lintas bursa agar kamu tidak hanya melihat snapshot funding rate, tetapi juga ritme perubahannya dengan bantuan bot trading kripto yang kini semakin canggih dalam membaca perubahan harga dan pendanaan antar exchange. Perhatikan kalender pendanaan masing-masing exchange karena jadwal yang berbeda dapat membuka momen asinkron yang menarik. Jaga ukuran posisi agar tidak mendikte pasar, sehingga slippage tidak menggerus marginmu sendiri. Dan yang tidak kalah penting, siapkan aturan rebalancing: kapan menambah, mengurangi, atau menutup posisi ketika spread bergeser.
Bagi kamu yang mengoperasikan beberapa akun atau exchange sekaligus, standardisasi prosedur menjadi kunci. Catat biaya efektif per siklus, evaluasi kinerja bukan hanya dari nominal funding yang diterima, tetapi dari hasil bersih setelah biaya dan friksi. Dengan begitu, keputusan untuk melanjutkan atau menutup strategi didasarkan pada data, bukan perasaan.
Mengukur hasil secara realistis
Banyak artikel berhenti di tataran konsep, padahal cara menilai kinerja menentukan keberlanjutan strategi. Pendekatan yang sehat adalah menghitung hasil tahunan disetahunkan dari pendapatan funding bersih. Mulailah dari total funding yang kamu terima selama periode uji, kurangi semua biaya—komisi, slippage rata-rata, biaya pendanaan di sisi berlawanan jika terjadi, hingga biaya transfer bila bermain lintas bursa. Setelah angka bersih didapat, bandingkan dengan modal efektif yang terikat dalam strategi. Dari sini, kamu akan melihat apakah imbal hasilnya sebanding dengan usaha, risiko, dan waktu yang kamu alokasikan.
Jika angka bersih terasa tipis, ada dua opsi. Pertama, perbaiki eksekusi agar biaya menyusut dan frekuensi peluang meningkat. Kedua, terima kenyataan bahwa strategi ini memang bukan mesin cuan instan, lalu posisikan sebagai komponen pendapatan stabil yang melengkapi strategi lain—bukan sebagai satu-satunya tumpuan.
Apakah strategi ini cocok untuk kamu
Setiap strategi punya “jiwanya” sendiri, dan funding rate arbitrage bukan pengecualian. Ia bukan strategi yang memanjakan kamu dengan sensasi cepat atau adrenalin tinggi; justru sebaliknya, ia menuntut ketenangan, logika, dan kesabaran. Karena itu, kecocokan strategi ini tidak ditentukan oleh seberapa canggih alat yang kamu punya, tetapi oleh cara berpikirmu sebagai trader.
Kalau kamu tipe yang suka membangun sistem, senang menganalisis data, dan lebih memilih kepastian kecil yang konsisten daripada hasil besar yang berisiko tinggi, maka funding rate arbitrage bisa jadi cocok untukmu. Strategi ini ibarat menanam pohon: kamu tidak melihat hasilnya langsung hari ini, tapi sedikit demi sedikit, akarnya tumbuh dan hasilnya terasa stabil dalam jangka panjang.
Sebaliknya, kalau kamu cenderung mengejar euforia pasar, berharap profit besar dalam waktu singkat, atau kurang sabar menghadapi detail teknis seperti biaya, spread, dan timing eksekusi, strategi ini bisa berubah jadi beban mental. Banyak trader yang menyerah bukan karena strateginya jelek, tapi karena ekspektasi mereka terlalu tinggi dibandingkan kenyataan yang diberikan pasar.
Pada akhirnya, kunci keberhasilan funding rate arbitrage di 2025 terletak pada manajemen ekspektasi. Saat kamu memandang strategi ini sebagai alat pembentuk arus kas stabil, bukan ajang spekulasi, kamu akan mulai menilai hasilnya dengan cara yang lebih rasional. Justru di sanalah letak nilai sesungguhnya: membangun kestabilan finansial lewat disiplin, bukan lewat keberuntungan.
Di pasar yang semakin padat dan algoritmik, kemampuan kamu untuk berpikir jernih dan konsisten jauh lebih berharga daripada sekadar mencari funding rate tertinggi. Dan di titik itulah, strategi ini bukan cuma soal cuan — tapi juga soal karakter.
Kesimpulan
Funding rate arbitrage mungkin sudah tidak se-wah masa kejayaannya, tapi menyebutnya “mati” juga tidak tepat. Strategi ini tidak lenyap—ia berevolusi. Kalau dulu cukup buka dua posisi berlawanan dan tinggal menunggu pendapatan funding rate masuk, kini pasar menuntut sesuatu yang lebih: presisi, adaptasi, dan kedisiplinan.
Cuan dari funding rate arbitrage di 2025 bukan datang dari keberuntungan, tapi dari kemampuan kamu membaca struktur pasar. Trader yang berhasil hari ini bukan yang paling cepat membuka posisi, melainkan yang paling paham kapan pasar berhenti memberi peluang. Mereka sadar kalau return 40–60% per tahun sudah menjadi sejarah, dan sekarang target realistisnya turun di kisaran 4–9% bersih—angka yang kecil, tapi stabil dan terukur jika dikelola dengan strategi yang tepat.
Lebih dari sekadar strategi, funding rate arbitrage kini menjadi cerminan cara berpikir seorang trader modern. Ia mengajarkan bahwa keuntungan bisa datang dari keseimbangan, bukan dari spekulasi berlebihan. Ketika kamu membangun sistem pemantauan, menghitung risiko dengan jujur, dan tidak tergoda mengejar spread ekstrem, kamu sedang belajar hal yang lebih penting dari sekadar profit: manajemen eksposur dan kontrol emosi.
Pasar 2025 mungkin lebih cepat dan lebih rumit, tapi justru di situlah nilai strategi ini tetap relevan. Di tengah hiruk-pikuk prediksi harga dan hype proyek baru, funding rate arbitrage menawarkan sesuatu yang langka: ketenangan dalam logika. Sebuah cara untuk tetap cuan tanpa harus berteriak melawan arah market, sama seperti bagaimana trading jangka panjang mengajarkan kesabaran dalam membaca momentum pasar.
Jadi, jika kamu menyiapkannya dengan sistem yang rapi, menjalankannya dengan disiplin, dan menilainya dengan kepala dingin, funding rate arbitrage tetap bisa jadi bagian dari portofolio cerdas di tahun 2025. Ia bukan jalan pintas menuju kekayaan, tapi bisa menjadi pondasi untuk kamu yang ingin membangun kestabilan—dan di dunia kripto yang serba cepat, kestabilan adalah kemewahan tersendiri.
Itulah informasi menarik tentang Funding rate arbitrage yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel populer Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market.
Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Staking/Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan. Segera register di INDODAX dan lakukan KYC dengan mudah untuk mulai trading crypto lebih aman, nyaman, dan terpercaya!
Kontak Resmi Indodax
Nomor Layanan Pelanggan: (021) 5065 8888 | Email Bantuan: [email protected]
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
1. Apakah funding rate arbitrage masih menguntungkan di 2025?
Masih mungkin, tetapi lebih ketat. Imbal hasil realistis cenderung lebih kecil dibanding beberapa tahun lalu. Kuncinya ada pada biaya rendah, eksekusi rapi, dan disiplin menutup posisi ketika kondisi berubah.
2. Berapa modal ideal untuk memulai?
Modal efektif bergantung pada biaya per transaksi dan frekuensi peluang. Banyak pelaku yang nyaman di kisaran beberapa ribu dolar agar biaya tidak memakan seluruh margin, namun kamu tetap bisa memulai lebih kecil sambil menguji prosedur dan menghitung hasil bersihnya.
3. Apa bedanya funding rate arbitrage dan strategi delta-neutral lain?
Funding rate arbitrage fokus pada arus kas pendanaan dari kontrak perpetual, sedangkan strategi delta-neutral lain bisa menggunakan opsi, futures kalender, atau kombinasi instrumen untuk menetralkan eksposur harga.
4. Lebih baik di satu bursa atau lintas bursa?
Di satu bursa, eksekusi lebih sederhana namun peluang biasanya lebih tipis. Lintas bursa membuka peluang asinkron pendanaan, tetapi menambah kompleksitas biaya, transfer, serta risiko operasional. Pilihan terbaik bergantung pada alat dan pengalamanmu.
5. Apakah bot otomatis wajib?
Tidak wajib, tetapi sangat membantu. Bot mempercepat pemantauan dan eksekusi, sementara keputusan akhir tetap di tanganmu. Bahkan dengan bot, aturan risiko dan evaluasi hasil bersih tetap harus kamu pegang sendiri.