Di tengah derasnya arus digitalisasi, perkembangan ekonomi, serta perubahan pola konsumsi, muncul satu fenomena mengkhawatirkan: semakin banyak anak muda yang tidak memiliki tabungan. Baik generasi milenial maupun Gen Z menghadapi tantangan finansial yang kompleks—mulai dari tekanan gaya hidup hingga minimnya edukasi keuangan.
Fenomena ini dikenal dengan istilah “generasi tanpa tabungan”, sebuah kondisi di mana sebagian besar generasi muda kesulitan menyisihkan uang untuk masa depan. Lalu, mengapa hal ini bisa terjadi? Dan apa dampaknya dalam jangka panjang?
Faktor Penyebab Generasi Tanpa Tabungan
1. Gaya Hidup Konsumtif
Kemudahan akses terhadap layanan digital seperti e-commerce, ride-hailing, hingga food delivery membuat kebiasaan konsumsitif menjadi instan dan impulsif. Banyak anak muda lebih memilih pengalaman instan ketimbang menabung untuk jangka panjang.
2. Biaya Hidup yang Terus Meningkat
Harga kebutuhan pokok, transportasi, dan perumahan terus naik, sementara pertumbuhan upah stagnan. Akibatnya, sebagian besar penghasilan habis untuk kebutuhan sehari-hari, menyisakan sedikit ruang untuk menabung.
3. Kecanduan Utang dan Paylater
Fitur pembayaran seperti paylater atau cicilan tanpa kartu kredit mendorong perilaku belanja yang tidak sehat. Meskipun terlihat ringan, cicilan kecil yang menumpuk bisa menggerus kemampuan finansial dan menurunkan niat menabung.
4. Minimnya Literasi Keuangan
Masih banyak anak muda yang belum memahami konsep dasar pengelolaan keuangan, seperti anggaran bulanan, dana darurat, dan pentingnya menabung sejak dini. Padahal, ini adalah fondasi utama untuk mencapai kemandirian finansial.
Dampak Tidak Punya Tabungan
Kebiasaan tidak menabung bisa membawa konsekuensi serius dalam jangka panjang.
1. Krisis Keuangan Pribadi
Tanpa tabungan, seseorang sangat rentan mengalami krisis saat terjadi kondisi darurat seperti kehilangan pekerjaan, sakit mendadak, atau kebutuhan mendesak lainnya.
2. Tidak Siap untuk Pensiun
Generasi muda yang tidak mulai menabung dari sekarang berisiko tidak memiliki cukup dana saat pensiun nanti. Ketergantungan pada bantuan keluarga atau negara bisa menjadi beban tambahan bagi generasi berikutnya.
3. Terjebak dalam Siklus Utang
Tanpa tabungan, satu-satunya cara untuk menghadapi kebutuhan mendesak adalah dengan berutang. Ini berpotensi menciptakan siklus utang yang sulit diputus.
Data dan Statistik: Seberapa Parah Kondisinya?
Berikut adalah beberapa data yang menggarisbawahi tingkat keparahan fenomena ini:
Sumber | Temuan |
RRI.co.id (2025) | 56% Gen Z di Indonesia tidak memiliki tabungan darurat. |
Kompas.com (2025) | 4 dari 10 milenial mengaku tidak bisa menabung karena semua penghasilannya habis untuk biaya hidup. |
Bisnis.com (2025) | Gen Z dan Gen X cenderung lebih mengurangi frekuensi makan di luar demi berhemat, tapi belum berujung pada kebiasaan menabung. |
BNI Sekuritas (2025) | Konsep “soft saving” mulai diperkenalkan agar menabung terasa lebih fleksibel dan tidak membebani anak muda. |
Jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya (Baby Boomers atau Gen X awal), generasi sekarang menunjukkan penurunan drastis dalam jumlah rata-rata tabungan.
Solusi: Cara Membangun Tabungan dari Nol
1. Buat Anggaran Bulanan
Langkah awal untuk bisa menabung adalah dengan menyusun anggaran secara realistis. Bagi pos pengeluaran menjadi kebutuhan pokok, cicilan, hiburan, dan tabungan. Gunakan aplikasi budgeting jika perlu.
2. Gunakan Sistem Auto-Debit
Atur sistem auto-debit dari rekening gaji ke rekening tabungan setiap awal bulan. Ini membantu kamu “menabung tanpa terasa” karena dilakukan secara otomatis.
3. Terapkan Tantangan No-Spend Day / Week
Mulai dengan tantangan kecil seperti tidak mengeluarkan uang sama sekali selama 1 hari atau 1 minggu untuk keperluan non-esensial. Cara ini efektif untuk melatih disiplin finansial.
4. Terapkan Prinsip 50/30/20
Gunakan rumus sederhana ini:
- 50% untuk kebutuhan pokok
- 30% untuk keinginan
- 20% untuk tabungan atau investasi
Dengan menerapkan prinsip ini, kamu tetap bisa menikmati hidup sambil menyiapkan masa depan.
Alternatif Modern: Menabung Lewat Investasi Kripto?
Bagi sebagian anak muda yang merasa menabung konvensional terasa lambat, investasi aset kripto mulai dilirik sebagai alternatif. Platform seperti Indodax menyediakan akses mudah bagi siapa saja yang ingin mulai berinvestasi dengan modal kecil.
Meski fluktuatif, aset kripto bisa menjadi pilihan untuk:
- Menyimpan dana dalam jangka menengah atau panjang
- Diversifikasi dari tabungan konvensional
- Meningkatkan literasi finansial lewat teknologi blockchain
Catatan: Investasi bukan pengganti tabungan darurat. Tetap pisahkan antara dana likuid dan dana investasi.
Kesimpulan
Fenomena “generasi tanpa tabungan” bukan sekadar tren, melainkan permasalahan serius yang harus diatasi dengan strategi terukur. Gaya hidup, tekanan ekonomi, dan kurangnya edukasi menjadi penyebab utama anak muda kesulitan menabung.
Namun dengan pendekatan yang tepat—seperti membuat anggaran, mengubah perilaku konsumtif, dan memanfaatkan teknologi finansial seperti kripto—kamu tetap bisa membangun fondasi keuangan yang sehat.
Kuncinya adalah konsistensi dan kesadaran bahwa menabung bukan pilihan, tapi keharusan.
Itulah informasi menarik tentang generasi tanpa tabungan, yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market.
Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
- Berapa persen ideal dari gaji yang perlu ditabung?
Idealnya, 20% dari penghasilan bulanan dialokasikan untuk tabungan atau investasi. Namun, bisa disesuaikan dengan kondisi finansial masing-masing.
- Bagaimana cara menabung untuk pemula?
Mulai dari langkah kecil, misalnya menyisihkan Rp10.000–Rp20.000 per hari, menggunakan sistem auto-debit, dan mengurangi pengeluaran tidak penting.
- Apa alternatif selain menabung di bank?
Beberapa alternatif:
- E-wallet dengan fitur kantong tabungan
- Reksadana pasar uang
- Aset kripto untuk jangka menengah (via Indodax)
- Emas digital
- Apakah menabung di kripto aman?
Investasi kripto punya risiko lebih tinggi dibanding tabungan bank. Namun, dengan edukasi dan strategi yang tepat, aset ini bisa menjadi pelengkap portofolio keuangan kamu.
.
Author: Echi Kristin