High-Yield Bond Adalah: Investasi Untung Tapi Berisiko
icon search
icon search

Top Performers

High-Yield Bond Adalah: Investasi Untung Tapi Berisiko

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

High-Yield Bond Adalah: Investasi Untung Tapi Berisiko

High-Yield Bond Untung Tapi Berisiko

Daftar Isi

Pernahkah kamu merasa tertarik dengan tawaran “untung besar” dalam dunia investasi? Kamu tidak sendiri. Ribuan investor, dari pemula hingga yang berpengalaman, sering kali terpesona dengan janji imbal hasil tinggi terutama di era saat bunga deposito masih terbilang rendah. Salah satu instrumen yang kerap menawarkan keuntungan menggiurkan ini adalah high-yield bond atau obligasi berbunga tinggi.

Namun di balik kilau menggiurkan dari angka-angka persentase yang ditawarkan, tersembunyi risiko yang tidak semua orang siap hadapi. Pertanyaan besarnya: apakah potensi keuntungan tersebut benar-benar sepadan dengan risiko yang menyertainya?

Ketika saham teknologi berfluktuasi liar dan kripto mengalami volatilitas ekstrem, high-yield bond sering tampil sebagai alternatif menarik dengan janji stabilitas yang lebih baik namun return yang tetap kompetitif. Tapi tunggu dulu sebelum kamu terburu-buru mengalokasikan dana investasimu, ada banyak hal yang perlu kamu ketahui tentang instrumen ini.

 

Apa Itu High-Yield Bond? 

Sebelum kamu tergiur dengan imbal hasil tinggi, penting untuk memahami dasar-dasarnya terlebih dahulu. Tanpa pengetahuan yang cukup, kamu bisa terjebak dalam investasi yang tidak sesuai dengan profil risikomu.

High-yield bond adalah obligasi yang menawarkan imbal hasil (yield) lebih tinggi dibandingkan obligasi konvensional, tetapi dengan risiko yang juga jauh lebih besar. Instrumen ini diterbitkan oleh perusahaan atau entitas yang memiliki peringkat kredit rendah biasanya di bawah BBB- (menurut Standard & Poor’s) atau Baa3 (menurut Moody’s). Karena peringkat kreditnya yang rendah inilah, obligasi jenis ini sering juga disebut sebagai “junk bond” atau obligasi sampah.

Perusahaan penerbit high-yield bond umumnya adalah mereka yang sedang membutuhkan dana cepat untuk ekspansi bisnis, restrukturisasi utang, atau bahkan hanya untuk mempertahankan operasional perusahaan. Tanpa peringkat kredit yang baik, mereka tidak bisa mendapatkan pinjaman dengan bunga rendah dari bank atau menerbitkan obligasi investment-grade. Sebagai gantinya, mereka menawarkan imbal hasil lebih tinggi untuk menarik investor berani mengambil risiko.

Penting untuk dipahami bahwa high-yield bond bukanlah instrumen “jahat” atau “buruk” seperti yang mungkin tersirat dari istilah “junk”. Ini hanyalah kategori obligasi yang mencerminkan profil risiko tertentu, dan dalam kondisi pasar tertentu, bisa menjadi bagian penting dari strategi diversifikasi portofolio.

Setelah memahami pengertian dasarnya, sekarang mari kita bahas mengapa meski berisiko tinggi, banyak investor masih memilih untuk memasukkan high-yield bond ke dalam portofolio mereka.

 

Kenapa High-Yield Bond Menarik?

Meski berlabel junk, ternyata obligasi jenis ini tetap diminati oleh banyak investor di seluruh dunia. Buat kamu yang mencari cuan lebih besar dari instrumen konvensional, ada beberapa alasan kuat kenapa high-yield bond layak masuk radar portofoliomu.

Pertama dan paling mencolok adalah potensi return yang tinggi. Sepanjang 2024, indeks global untuk high-yield bond mencatatkan return sekitar 9%, jauh mengungguli obligasi investment-grade yang hanya berkisar 4–5%. Proyeksi untuk 2025 juga masih tetap menarik, yaitu antara 5,5% hingga 6,5%, tergantung pada kondisi ekonomi global dan arah kebijakan suku bunga. Menurut Fidelity, instrumen ini menawarkan peluang cuan tinggi karena kombinasi yield premium dan potensi capital gain saat harga obligasi naik di tengah penurunan suku bunga.

Selain itu, high-yield bond juga memainkan peran penting dalam strategi diversifikasi. Karena korelasinya yang tidak selalu searah dengan pasar saham, obligasi ini bisa menjadi penyeimbang portofolio, terutama saat volatilitas pasar meningkat. Bagi kamu yang punya profil risiko menengah ke tinggi, instrumen ini bisa jadi pelengkap solid di antara aset seperti saham dan kripto. PIMCO bahkan menyebut high-yield bond sebagai komponen krusial dalam strategi income investing, terutama karena sifatnya yang lebih stabil dibanding aset yang murni spekulatif.

Salah satu keunggulan yang paling dicari adalah pembayaran kupon periodik, yang memberikan aliran pendapatan rutin berbeda dengan kripto yang volatil dan hanya mengandalkan apresiasi harga, atau saham yang dividennya bisa berubah-ubah. Maka tidak heran jika banyak investor menggunakan high-yield bond sebagai sumber cash flow tetap.

Kalau kamu bertanya sektor apa saja yang potensial, saat ini obligasi dengan yield tinggi banyak ditemukan di sektor energi (terutama energi terbarukan), teknologi (terutama perusahaan SaaS menengah), serta industrial yang sedang dalam fase ekspansi agresif. Di sektor-sektor ini, meskipun risiko gagal bayar tetap ada, proyeksi pertumbuhan yang kuat seringkali memberikan kompensasi risiko yang layak.

Namun seperti investasi lainnya, peluang besar yang ditawarkan oleh high-yield bond juga datang bersama risiko yang tak bisa dianggap enteng. Yuk, lanjut ke bagian selanjutnya untuk mengenal tantangan yang perlu kamu perhatikan sebelum masuk lebih dalam.

 

Risiko High-Yield Bond yang Harus Kamu Perhatikan

Sebelum kamu terjun lebih jauh, sangat penting untuk memahami risiko yang menyertai high-yield bond. Jangan sampai kamu hanya terpaku pada kata “high yield”-nya saja tanpa menyadari konsekuensinya.

Risiko utama dari high-yield bond adalah tingkat gagal bayar (default rate) yang lebih tinggi dibandingkan obligasi investment-grade. Data terkini menunjukkan bahwa tingkat default global untuk high-yield bond diproyeksikan mencapai sekitar 2,7% pada 2025. Meski terdengar kecil, angka ini jauh lebih tinggi dibanding obligasi peringkat AAA yang hampir nol risiko defaultnya.

High-yield bond juga sangat rentan terhadap perubahan suku bunga dan inflasi. Ketika bank sentral menaikkan suku bunga seperti yang dilakukan The Fed dalam beberapa tahun terakhir nilai obligasi yang sudah beredar cenderung turun. Bagi high-yield bond, dampaknya bisa lebih signifikan karena investor akan lebih memilih instrumen yang lebih aman dengan yield yang kini sudah meningkat.

Faktor volatilitas tinggi saat krisis ekonomi atau ketegangan geopolitik juga tidak bisa diabaikan. Saat terjadi gejolak pasar, investor umumnya melakukan “flight to quality” melarikan dana ke aset yang lebih aman yang mengakibatkan penurunan tajam pada harga high-yield bond.

Beberapa sektor ekonomi juga bisa cepat terdampak oleh perubahan kondisi makro. Misalnya, real estate dan fintech skala kecil sering kali menjadi sektor yang paling terpukul saat terjadi pengetatan moneter atau resesi ekonomi.

Dengan memahami besarnya risiko yang mungkin kamu hadapi, strategi mitigasi risiko menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan sebelum berinvestasi di high-yield bond.

 

Kamu mungkin tertarik dengan ini juga: Cerdas, Ini Strategi Diversifikasi Investasi di Saat Resesi

 

Strategi Investasi High-Yield Bond yang Aman

Untung besar memang menggiurkan, tapi kamu tetap butuh strategi cerdas agar investasimu tidak berakhir dengan kerugian besar. Berikut beberapa pendekatan yang bisa kamu terapkan untuk meminimalkan risiko saat berinvestasi di high-yield bond.

Pertama, fokuslah pada obligasi berperingkat BB. Kategori ini masih masuk dalam high-yield, tetapi memiliki kualitas kredit yang lebih baik dibandingkan obligasi B atau C. Data historis menunjukkan bahwa obligasi BB memiliki tingkat default yang jauh lebih rendah dibandingkan peringkat di bawahnya, namun tetap menawarkan yield yang kompetitif.

Diversifikasi sektor juga sangat penting. Jangan menempatkan semua danamu di high-yield bond dari satu industri saja, tidak peduli seberapa menjanjikan prospeknya. Sebagai contoh, alokasikan secara merata antara energi, teknologi, healthcare, dan consumer goods untuk meminimalkan risiko sektoral.

Perhatikan juga durasi obligasi yang kamu pilih. Dalam lingkungan suku bunga yang tidak menentu seperti saat ini, obligasi dengan durasi pendek hingga menengah (1-5 tahun) umumnya lebih stabil dibandingkan obligasi jangka panjang. Obligasi dengan durasi lebih pendek juga memberikan fleksibilitas untuk merespons perubahan kondisi pasar.

Strategi lain yang efektif adalah kombinasi dengan aset yang lebih aman. Jangan hanya menaruh danamu di high-yield bond. Kombinasikan dengan saham blue-chip, ETF indeks, emas, atau bahkan kripto besar seperti Bitcoin dan Ethereum untuk menciptakan portofolio yang lebih seimbang.

Nah, setelah kamu mengetahui strategi investasi yang lebih aman, mungkin kamu bertanya-tanya: bagaimana perbandingan high-yield bond dengan instrumen investasi populer lainnya seperti saham dan kripto?

 

High-Yield Bond vs Saham dan Kripto: Mana Lebih Cuan?

Buat kamu yang suka membandingkan potensi keuntungan antar instrumen investasi, bagian ini sangat penting untuk diperhatikan. Mari kita analisis dengan data terkini.

Dari segi Return on Investment (ROI) historis, high-yield bond memang cenderung kalah dari saham dan kripto dalam jangka panjang. Sebagai gambaran, dalam 10 tahun terakhir, indeks high-yield bond global memberikan return rata-rata sekitar 6-7% per tahun, sementara S&P 500 mencapai sekitar 10-12%, dan Bitcoin tentu saja dengan return yang jauh lebih tinggi meski dengan volatilitas ekstrem.

Namun, jika dilihat dari sisi volatilitas, high-yield bond menawarkan perjalanan yang lebih “tenang” dibandingkan saham dan terutama kripto. Standar deviasi tahunan high-yield bond biasanya berkisar 5-8%, jauh lebih rendah dibandingkan saham (15-20%) dan kripto (50%+).

 

Parameter High-Yield Bond Saham (S&P 500) Kripto (BTC)
Return Tahunan (rata-rata 5 tahun) 6-7% 10-12% 40%+ (sangat fluktuatif)
Volatilitas Menengah Tinggi Sangat Tinggi
Likuiditas Menengah Tinggi Tinggi
Jatuh Tempo Ada (1-10 tahun) Tidak ada Tidak ada
Pembayaran Periodik Ya (kupon) Mungkin (dividen) Jarang (staking)
Cocok untuk Investor Menengah-tinggi Semua tipe Berani risiko

 

Dari segi likuiditas, high-yield bond memang tidak selikuid saham blue-chip atau kripto besar, terutama saat pasar sedang stres. Namun dengan kehadiran ETF high-yield bond, masalah likuiditas ini sudah jauh berkurang.

Berbeda dengan saham dan kripto yang tidak memiliki jatuh tempo, high-yield bond memiliki waktu jatuh tempo yang jelas. Ini bisa menjadi kelebihan bagi investor yang menginginkan kepastian pengembalian pokok investasi (asalkan tidak terjadi default).

High-yield bond cocok untuk investor dengan profil risiko menengah hingga tinggi, yang menginginkan yield lebih baik dari obligasi konvensional tapi tidak siap menghadapi volatilitas ekstrem pasar saham atau kripto.

Tapi semua itu akan terasa lebih lengkap kalau kamu memiliki pemahaman yang menyeluruh dari sisi data terbaru terkait tren pasar high-yield bond saat ini.

 

Tren High-Yield Bond Global 2025

Sekarang mari kita lihat gambaran pasar terkini dan ke mana arah pergerakan high-yield bond di tahun 2025.

Per data terbaru, yield rata-rata high-yield bond di Amerika Serikat berada di kisaran 7,2%, sementara di Eropa sekitar 5,6%. Perbedaan ini mencerminkan perbedaan kondisi ekonomi dan kebijakan moneter di kedua kawasan, dengan The Fed yang lebih agresif dalam menaikan suku bunga dibandingkan ECB dalam beberapa tahun terakhir.

Tingkat default obligasi high-yield global diprediksi akan tetap stabil di kisaran 2,5-3% sepanjang 2025, menunjukkan kondisi korporasi yang relatif sehat meski menghadapi tantangan ekonomi. Bahkan, distress ratio—persentase obligasi high-yield yang diperdagangkan pada spread ekstrem—menunjukkan tren penurunan, yang mengindikasikan pasar mulai pulih.

Sentimen investor terhadap kebijakan suku bunga The Fed masih menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan pasar high-yield bond. Ekspektasi penurunan suku bunga secara bertahap di 2025 kemungkinan akan mendukung kinerja obligasi high-yield, meski efeknya mungkin tertunda dibandingkan obligasi investment-grade.

Dari segi komposisi pasar, obligasi dengan rating BB saat ini mendominasi pasar high-yield global, menyumbang sekitar 52% dari total indeks. Ini menunjukkan preferensi penerbit dan investor terhadap obligasi high-yield dengan kualitas kredit yang relatif lebih baik, dibandingkan obligasi B atau CCC yang lebih berisiko.

Sektor energi, terutama yang terkait energi terbarukan, serta teknologi masih menjadi kontributor terbesar dalam penerbitan high-yield bond baru di tahun 2025. Sementara itu, sektor real estate komersial mengalami penurunan signifikan akibat transformasi digital dan perubahan pola kerja pasca-pandemi.

Jadi, berdasarkan tren terkini, apakah high-yield bond layak masuk ke dalam strategi investasimu?

 

Kesimpulan

High-yield bond bisa menjadi pilihan investasi yang menarik bagi kamu yang memiliki profil risiko menengah ke tinggi dan siap menghadapi potensi volatilitas pasar. Dengan yield yang lebih tinggi dibandingkan obligasi konvensional, instrumen ini menawarkan peluang untuk meningkatkan return portofolio secara keseluruhan.

Namun, perlu diingat bahwa setiap tambahan persentase yield selalu disertai dengan tambahan risiko. Tingkat default yang lebih tinggi, sensitivitas terhadap perubahan suku bunga, dan volatilitas saat terjadi gejolak pasar adalah beberapa risiko yang harus kamu siapkan diri untuk menghadapinya.

Strategi yang cermat, seperti fokus pada obligasi BB, diversifikasi sektor, perhatian pada durasi, dan kombinasi dengan aset lebih aman, dapat membantu memitigasi risiko-risiko tersebut. Selalu lakukan riset mendalam dan pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan penasihat keuangan sebelum memutuskan untuk berinvestasi di high-yield bond.

Pada akhirnya, high-yield bond bukanlah tentang mengikuti tren investasi terbaru, melainkan tentang menemukan keseimbangan yang tepat antara risiko dan return dalam perjalanan investasimu. Dengan pemahaman yang tepat dan ekspektasi yang realistis, high-yield bond bisa menjadi komponen berharga dalam strategi diversifikasi portofoliomu untuk jangka panjang.

 

Follow Sosmed Twitter Indodax

 

Itulah pembahasan menarik tentang High-yield bond  yang bisa kamu pelajari lebih dalam hanya di Akademi crypto. Tidak hanya menambah wawasan tentang investasi, di sini kamu juga dapat menemukan berita crypto terkini seputar dunia kripto.

Dan untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store. Ikuti juga sosial media INDODAX di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram

 

FAQ

Apakah high-yield bond cocok untuk pemula?

High-yield bond bisa menjadi pilihan bagi investor pemula, asal kamu sudah memahami risikonya dengan baik dan tidak menaruh dana dalam jumlah besar di awal. Cara terbaik adalah mulai dengan ETF high-yield bond yang sudah terdiversifikasi, daripada membeli obligasi individual yang membutuhkan analisis kredit lebih mendalam.

Bagaimana cara beli high-yield bond dari Indonesia?

Dari Indonesia, kamu bisa membeli high-yield bond melalui beberapa cara. Pertama, melalui sekuritas internasional yang memiliki akses ke pasar obligasi global. Kedua, melalui ETF global yang fokus pada high-yield bond, yang biasanya bisa diakses melalui broker internasional. Ketiga, melalui platform reksa dana yang menyediakan produk obligasi korporasi global dengan fokus pada high-yield.

Apa bedanya dengan junk bond?

Sebenarnya tidak ada perbedaan antara high-yield bond dan junk bond—keduanya merujuk pada obligasi yang sama. Istilah “junk bond” memang berkonotasi lebih negatif dan sering digunakan oleh media, sementara “high-yield bond” adalah terminologi yang lebih netral dan lebih disukai oleh industri keuangan. Substansinya tetap sama: obligasi dengan peringkat kredit di bawah investment-grade yang menawarkan yield lebih tinggi dengan risiko lebih besar.

Apakah ada high-yield bond di Indonesia?

Ya, ada high-yield bond di Indonesia, meski tidak sebanyak di pasar global. Umumnya berbentuk obligasi korporasi dengan peringkat kredit idBB+ ke bawah (menurut Pefindo). Beberapa sektor yang sering menerbitkan high-yield bond di Indonesia termasuk properti, infrastruktur, dan perusahaan pembiayaan kecil menengah. Kamu bisa mengaksesnya melalui pasar sekunder obligasi atau reksa dana pendapatan tetap tertentu yang memiliki alokasi untuk obligasi high-yield domestik.

Lebih bagus mana: high-yield bond atau staking crypto?

Keduanya memiliki profil risiko tinggi, tetapi staking kripto umumnya lebih volatil dibandingkan high-yield bond. Jika diukur dari potensi return, staking kripto bisa menawarkan APY (Annual Percentage Yield) yang lebih tinggi, kadang mencapai 10-20% untuk beberapa proyek, dibandingkan high-yield bond yang umumnya 5-9%. Namun, risiko kehilangan pokok investasi juga jauh lebih besar pada staking kripto akibat volatilitas harga kripto dan risiko protokol. High-yield bond lebih cocok untuk diversifikasi dan stabilitas relatif, sementara staking kripto untuk investor yang sangat berani mengambil risiko dan memahami teknologi blockchain dengan baik.

 

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.

  

Author: RB

 

Lebih Banyak dari Tutorial

Koin Baru dalam Blok

Pelajaran Dasar

Calculate Staking Rewards with INDODAX earn

Select an option
DOT
0
Berdasarkan harga & APY saat ini
Stake Now

Pasar

Nama Harga 24H Chg
Nama Harga 24H Chg
Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

Dogecoin vs Pepeto: Adu Meme Coin, Mana Punya Masa Depan Cerah?
07/08/2025
Dogecoin vs Pepeto: Adu Meme Coin, Mana Punya Masa Depan Cerah?

Awalnya banyak yang mikir, "meme coin mah cuma buat lucu-lucuan,

07/08/2025
ONDO vs SEI: RWA vs DEX, Mana Investasi Pilihanmu?
07/08/2025
ONDO vs SEI: RWA vs DEX, Mana Investasi Pilihanmu?

Lagi ramai ngomongin altcoin yang punya potensi cuan di tengah

07/08/2025
Strategi Trading Berdasarkan Berita, Gimana Caranya?
07/08/2025
Strategi Trading Berdasarkan Berita, Gimana Caranya?

Pernah nggak, kamu lihat harga Bitcoin naik gila-gilaan cuma dalam

07/08/2025