Fenomena K-Pop, K-Beauty, dan web3 gaming bukan sekadar tren budaya, melainkan bisa menjadi pintu masuk masif bagi adopsi stablecoin di Asia.
Dilansir dari crypto.news, budaya populer berpotensi menjadi “kuda troya” yang membawa stablecoin masuk ke kehidupan sehari-hari masyarakat global.
Asia saat ini menghadapi lonjakan minat stablecoin seiring diskusi regulasi di Korea, Jepang, dan China.
Stabilitas, remitansi, hingga e-commerce lintas negara menjadikan stablecoin lebih dari sekadar instrumen keuangan, melainkan infrastruktur perdagangan dan budaya.
DNA Finansial Asia Sudah Siap
Sejak 1983, Hong Kong telah mematok mata uangnya ke dolar AS (USD peg). Tradisi ini mencerminkan “logika stablecoin” yang sudah lama tertanam di Asia.
Ditambah kehadiran superapp seperti LINE, Kakao, dan WeChat, masyarakat Asia terbiasa bertransaksi tanpa tunai.
Infrastruktur digital ini membuat stablecoin lebih mudah diterima, karena fungsinya mirip dengan sistem cashless yang sudah akrab di kawasan ini.
Baca berita berikutnya: Korea Selatan Gunakan Blockchain untuk Dana Pensiun
Remitansi Jadi Pendorong Utama
Asia Tenggara menjadi salah satu wilayah dengan pengguna stablecoin paling aktif, terutama lewat remitansi.
Data Chainalysis dan Footprint Analytics mencatat bahwa pada Mei 2025, Asia Tenggara resmi melampaui kawasan lain dalam jumlah pengguna web3 gaming wallet harian.
Empat negara terdepan adalah Vietnam (12,8%), Filipina (11,4%), Thailand (7,3%), dan Indonesia (4,6%), dengan total lebih dari 15 juta wallet aktif per bulan.
Bagi pekerja migran, stablecoin menawarkan transfer lintas negara yang lebih cepat dan murah dibandingkan layanan remitansi konvensional.
K-Pop, Gaming, dan E-Commerce Jadi Motor Baru
Korea Selatan tengah mengkaji penerbitan stablecoin berbasis won. Menariknya, pembahasan ini tidak hanya sebatas keuangan, tapi juga terkait ekspor budaya.
K-Pop, K-Beauty, hingga fashion dipandang bisa diperdagangkan secara global menggunakan stablecoin.
Fans di Amerika Latin, misalnya, dapat membeli produk K-Pop atau K-Beauty dengan lebih mudah lewat stablecoin, tanpa hambatan konversi mata uang atau keterbatasan sistem pembayaran tradisional.
Seorang desainer di Seoul bisa langsung menerima USDT, menukarnya, atau membelanjakannya tanpa harus melalui Stripe, bank internasional, atau biaya tukar mata uang. Hal ini menjadikan stablecoin sebagai jembatan perdagangan budaya Asia ke pasar global.
Baca selanjutnya: Bocor! DPR Korea Selatan Koleksi PEPE, XRP, BTC, Abaikan Saham Lokal
Regulasi Jadi Penentu
Meski infrastruktur dan budaya siap, regulasi masih menjadi penghalang. Korea telah menguji sandbox stablecoin, di mana turis bisa menarik crypto lewat ATM, tapi warganya belum mendapat izin serupa.
Pengamat menilai jika pemerintah tidak terlalu mengekang regulasi, Asia berpotensi melampaui Barat dalam hal adopsi stablecoin. Sebaliknya, overregulasi bisa menghambat potensi ekonomi digital lintas batas ini.
Kesimpulan
Stablecoin di Asia bukan sekadar instrumen keuangan, tapi sudah menjadi saluran budaya, remitansi, dan perdagangan lintas negara.
Dari K-Pop hingga web3 gaming, adopsi stablecoin bisa melesat lebih cepat dibandingkan kawasan lain.
Pertanyaannya kini: apakah pemerintah Asia mampu menyeimbangkan inovasi dengan regulasi, atau justru membiarkan momentum ini lewat begitu saja?
FAQ
- Mengapa K-Pop dianggap bisa mendorong adopsi stablecoin?
Karena K-Pop memiliki basis fans global yang besar. Stablecoin bisa menjadi cara cepat dan murah untuk membeli album, tiket konser, atau merchandise lintas negara tanpa kendala perbankan. - Apa hubungan remitansi dengan penggunaan stablecoin di Asia Tenggara?
Stablecoin menawarkan biaya transfer lebih rendah dan kecepatan lebih tinggi dibandingkan layanan remitansi tradisional, sehingga menarik bagi pekerja migran di Vietnam, Filipina, Thailand, dan Indonesia. - Apakah stablecoin sudah legal di Asia?
Status legal berbeda di tiap negara. Korea dan Jepang sedang merumuskan regulasi, sementara beberapa negara Asia Tenggara membiarkan stablecoin berkembang dalam kerangka fintech yang ada. - Bagaimana peran stablecoin di industri game web3?
Stablecoin menjadi jembatan antara gameplay digital dengan nilai nyata. Pemain bisa menukar aset game ke stablecoin lalu mengirimkannya untuk kebutuhan sehari-hari. - Apakah stablecoin ancaman bagi sistem perbankan tradisional?
Tidak selalu. Stablecoin justru bisa melengkapi ekosistem keuangan, terutama di wilayah dengan sistem perbankan lemah. Tantangannya ada pada regulasi agar tidak mengganggu stabilitas moneter.
Itulah informasi berita crypto hari ini. Aktifkan notifikasi agar Anda selalu mendapatkan informasi terkini dan edukasi dari Akademi Crypto seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Anda juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya.
Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Ikuti juga sosial media INDODAX di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
Author: Fau
Tag Terkait: #Berita Kripto Hari Ini, #Berita Mata uang Kripto, #Berita stablecoin, #Berita Korea Crypto