Belakangan ini, istilah “cross-chain” makin sering berseliweran di komunitas kripto. Teknologi yang katanya bisa bikin transaksi antar blockchain jadi mulus tanpa hambatan. Salah satu nama yang mendadak naik daun: deBridge. Banyak yang mulai kepo soal protokol ini, terutama karena tokennya, DBR, lagi sering disebut-sebut.
Tapi tunggu dulu. Di balik hype dan pujian terhadap teknologinya, penting juga buat kita yang baru mulai di dunia kripto untuk bertanya: apakah token DBR ini beneran aman buat pemula? Atau cuma euforia sesaat yang bisa bikin nyangkut kalau nggak hati-hati?
Yuk, kita bahas pelan-pelan. Nggak sekadar ikut hype, tapi benar-benar pahami apa yang sedang dibicarakan banyak orang.
Apa Itu deBridge? Protokol Cross-Chain yang Sedang Dilirik
Sebelum ngomongin token dan cuan, ada baiknya kita pahami dulu pondasi teknologinya. deBridge adalah salah satu protokol yang fokus pada interoperabilitas.
Bahasa gampangnya: dia berusaha jadi “jembatan super cepat” yang memungkinkan aset dan data berpindah antar blockchain seperti Ethereum, Arbitrum, BNB Chain, dan lainnya.
Kalau selama ini aset kripto cenderung terjebak di ekosistem masing-masing (misal ETH hanya bisa di Ethereum, BNB hanya di Binance Smart Chain), maka deBridge mencoba mencairkan batas itu. Dengan teknologi mereka, pengguna bisa memindahkan aset dari satu blockchain ke blockchain lain secara seamless.
Teknologi ini penting banget karena di masa depan, dunia kripto akan terdiri dari banyak jaringan. Bayangkan kayak internet—kamu bisa buka situs dari mana pun tanpa peduli server-nya di mana. Nah, deBridge sedang membangun fondasi agar hal yang sama bisa terjadi di dunia blockchain.
Fitur-fitur unggulannya mencakup:
- Gasless trading: pengguna bisa kirim transaksi tanpa bayar gas di chain tujuan.
- Solver competition: sistem untuk mencari rute transfer tercepat & termurah antar-chain.
- Cross-chain messages: memungkinkan aplikasi blockchain saling ngobrol antar jaringan.
Makanya, nggak heran kalau banyak yang mulai melirik deBridge sebagai salah satu pemain potensial di arena cross-chain. Tapi, apakah potensi ini langsung berarti aman untuk investasi?
Token DBR: Fungsi, Statistik, dan Status Terkini
Nah, setelah tahu apa itu deBridge, sekarang waktunya mengenal token utamanya: DBR. Token ini bukan sekadar alat trading, tapi juga bahan bakar utama buat jalannya sistem deBridge itu sendiri.
Token asli dari ekosistem deBridge bernama DBR. Fungsinya bukan sekadar buat diperdagangkan, tapi punya peran vital dalam menjalankan protokol:
- Digunakan untuk membayar biaya layanan lintas-chain.
- Menjadi insentif bagi validator yang mengamankan jaringan.
- Digunakan dalam governance untuk voting proposal protokol.
Per 3 Juli 2025, data dari website CoinMarketCap menunjukkan:

Sumber Gambar: CMC
- Harga: Rp 377,10
- Volume 24 jam: Rp 686,95 Miliar
- Kapitalisasi pasar: Rp 689,81 Miliar
- Fully Diluted Valuation (FDV): Rp 3,76 Triliun
- Total suplai: 10 Miliar DBR, yang sudah beredar 1,82 Miliar
- Peringkat global: #575
Kalau kita kulik grafiknya:
- Dalam 1 hari: fluktuasi cepat, sempat turun 5,76% dalam hitungan jam.
- Dalam 7 hari: sempat naik tinggi di akhir Juni, lalu koreksi tajam.
- Sejak awal: harga sudah menyusut hampir setengah dari titik tertingginya (turun 44,87%).
Angka ini menunjukkan bahwa meskipun DBR punya volume transaksi yang cukup tinggi, harga tokennya belum stabil dan sangat dipengaruhi oleh arus spekulasi pasar.
Lalu, dengan karakteristik seperti itu, apakah DBR bisa jadi pilihan bijak untuk pemula?
DBR Cocok Nggak Buat Pemula? Ini Faktanya
Kalau kamu baru mulai di dunia kripto dan tertarik dengan deBridge karena teknologinya keren, itu wajar. Tapi sebelum ikut-ikutan beli DBR, ada beberapa hal penting yang harus kamu pertimbangkan:
- Belum listing di Indodax atau exchange lokal lainnya.
Artinya, kamu harus beli lewat DEX atau CEX asing yang mungkin butuh KYC internasional, pairing kripto, dan biaya transfer tinggi. Ini bikin risiko keamanan dan kerugian makin besar, apalagi buat yang belum terbiasa. - Volatilitas super tinggi.
Kamu bisa lihat sendiri grafik harganya: naik-turun tajam hanya dalam waktu sehari. Kalau belum punya strategi entry-exit atau manajemen risiko, besar kemungkinan kamu beli di atas dan nyangkut lama. - Edukasi soal DBR masih minim.
Coba kamu cari konten berbahasa Indonesia yang membahas DBR secara netral dan dalam. Hampir nggak ada. Padahal, memahami token itu penting sebelum investasi. - Proyek masih dalam fase adopsi awal.
Belum jelas apakah deBridge akan punya kemitraan besar, atau protokolnya akan dipakai luas dalam waktu dekat. Artinya, masa depannya masih spekulatif.
Jadi, kalau ditanya: “Aman nggak buat pemula?” Jawabannya: belum tentu.
Tapi tenang, ada kok cara lebih aman buat kamu yang baru mulai belajar teknologi seperti ini.
Artikel menarik lainnya untuk kamu: Mengenal Teknologi Cross Chain Pada Blockchain & 5 Jenisnya
Penasaran Teknologi Cross-Chain? Coba Aset Legal Ini Dulu
Kalau kamu tetap tertarik dengan tema cross-chain, jangan khawatir. Masih banyak cara buat belajar dan ikut berpartisipasi tanpa harus terjun langsung ke token yang belum stabil.
Sebagai langkah awal, kamu bisa coba mulai dari:
- Ethereum (ETH): Basis teknologi dari banyak protokol lintas-chain, termasuk deBridge.
- Bitcoin (BTC): Meski bukan cross-chain-native, tapi jadi jaminan likuiditas dan banyak digunakan sebagai collateral lintas jaringan.
- Shiba Inu (SHIB) dan Dogecoin (DOGE): Keduanya sudah digunakan di banyak ekosistem alternatif, punya komunitas aktif, dan legal di Indodax.
Dengan memegang aset legal ini, kamu tetap bisa belajar bagaimana aset berpindah antar-chain, mencoba jembatan lintas-chain yang sudah teruji, dan mengamati perkembangan proyek seperti deBridge dari jauh—tanpa perlu langsung ikut spekulasi token.
Lalu, kalau sudah cukup paham, barulah pikirkan langkah selanjutnya.
Penutup: Pelajari Teknologinya, Investasinya Nanti Dulu
deBridge menawarkan sesuatu yang besar: masa depan blockchain yang saling terhubung tanpa batas. Tapi ingat, potensi teknologi tidak selalu sejalan dengan potensi cuan jangka pendek—terutama kalau kamu belum punya pengalaman.
Buat pemula, yang terbaik adalah memosisikan diri sebagai pembelajar dulu. Pantau teknologinya, baca dokumentasinya, ikuti roadmap-nya. Sambil itu, fokus dulu ke aset legal yang udah punya reputasi dan bisa dibeli dengan aman.
Karena di dunia kripto, investasi terbaik dimulai dari pemahaman yang kuat. Bukan dari hype yang lewat begitu saja.
Itulah informasi menarik tentang deBridge token yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
1.DBR bisa dibeli di Indodax?
Belum. Token ini belum listing di Indodax per Juli 2025.
2.Apa gunanya pelajari deBridge kalau tokennya belum bisa dibeli?
Teknologinya penting buat masa depan kripto. Paham dulu, baru nanti ambil langkah.
3.Aset legal apa yang bisa jadi alternatif DBR?
BTC, ETH, SHIB, dan DOGE. Semua tersedia resmi dan aman di crypto exchange Indodax.
Author: AL