Dalam dunia finansial modern, khususnya di era kripto dan aset digital, muncul istilah investasi permanen dan non-permanen. Kedua pendekatan ini memiliki karakteristik, risiko, serta waktu penggunaan yang berbeda. Untuk memahami strategi keuangan yang optimal, penting bagi kamu mengenali mana yang cocok digunakan dalam konteks tujuan investasi jangka panjang maupun jangka pendek.
Definisi Investasi Permanen dan Non-Permanen
Investasi Permanen
Investasi permanen adalah jenis investasi yang dirancang untuk disimpan dalam jangka panjang dan tidak mudah dicairkan atau ditukar dalam waktu singkat. Tujuannya adalah pertumbuhan nilai seiring waktu, bukan trading atau spekulasi jangka pendek.
Investasi Non-Permanen
Sebaliknya, investasi non-permanen bersifat fleksibel, likuid, dan digunakan untuk tujuan jangka pendek atau menengah. Biasanya digunakan untuk mendapatkan keuntungan dari fluktuasi harga atau sebagai bagian dari strategi yield farming dan staking.
Artikel menarik lainnya untuk kamu: 20 Jenis Investasi Menguntungkan untuk 2025
Contoh Investasi Permanen
- Saham blue-chip yang ditahan puluhan tahun
- Properti atau tanah
- Bitcoin sebagai store of value (penyimpan nilai)
- Obligasi jangka panjang
- Crypto cold wallet holding (seperti ETH, BNB untuk 5-10 tahun)
Contoh Investasi Non-Permanen
- Trading harian saham atau crypto
- Liquidity pool di DeFi (misalnya di Uniswap)
- Staking jangka pendek
- NFT spekulatif
- Stablecoin farming dengan APY dinamis
Artikel menarik lainnya untuk kamu: Cara Cuan Gede dari Trading & Investasi Kripto 2025, Yuk Intip Strateginya
Risiko Investasi Permanen dan Non-Permanen
Investasi Permanen:
- Tidak likuid
- Risiko inflasi jika aset pasif
- Butuh waktu panjang untuk hasil
Investasi Non-Permanen:
- Risiko kerugian karena fluktuasi harga
- Impermanent loss (khusus DeFi)
- Risiko smart contract dan scam
Kapan Digunakan?
Investasi Permanen:
- Saat kamu ingin membangun kekayaan jangka panjang.
- Ketika pasar sedang bearish, untuk akumulasi aset.
- Sebagai bagian dari rencana pensiun atau tabungan masa depan.
Investasi Non-Permanen:
- Saat kamu ingin mengoptimalkan keuntungan jangka pendek.
- Ketika pasar sedang sideways atau volatil.
- Untuk strategi likuiditas dan cashflow aktif.
Kesimpulan
Menentukan strategi antara investasi permanen atau non-permanen bergantung pada tujuan finansial, toleransi risiko, dan kondisi pasar. Keduanya memiliki fungsi berbeda yang bisa saling melengkapi dalam portofolio investasi. Dalam dunia crypto yang dinamis, memahami waktu, aset, dan risiko adalah kunci utama agar tetap tumbuh secara berkelanjutan.
Itulah pembahasan menarik tentang perbedaan investasi permanen dan non-permanen yang bisa kamu pelajari lebih dalam hanya di Akademi crypto. Tidak hanya menambah wawasan tentang investasi, di sini kamu juga dapat menemukan berita crypto terkini seputar dunia kripto.
Dan untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store. Ikuti juga sosial media INDODAX di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
- Crypto apa yang cocok untuk investasi permanen?
Bitcoin (BTC): Penyimpan nilai jangka panjang.
Ethereum (ETH): Fondasi Web3 dan DeFi.
BNB, MATIC: Infrastruktur blockchain jangka panjang. - Crypto apa yang sering digunakan dalam investasi non-permanen?
Stablecoin (USDT, USDC, DAI): Untuk staking dan farming.
Token LP (Liquidity Provider): Digunakan dalam pool DeFi.
Altcoin spekulatif (SUI, PEPE, dsb.): Untuk trading jangka pendek. - Apa itu impermanent loss?
Kerugian sementara yang terjadi saat kamu menyediakan likuiditas di DeFi dan harga aset dalam pool berubah drastis. Bisa permanen jika kamu menarik likuiditas di saat harga belum kembali. - Mana yang lebih aman?
Investasi permanen cenderung lebih aman untuk jangka panjang, tapi butuh kesabaran. Non-permanen bisa memberi hasil cepat, tapi risikonya jauh lebih tinggi.
Author: EH