Kalau kamu mengikuti geliat ekonomi digital, 2025 terasa beda: tidak lagi sekadar “perang subsidi”, melainkan fase seleksi alam—siapa yang bisa pivot, efisien, dan tetap tumbuh. Di bursa, dilansir IDXChannel, ada puluhan emiten teknologi aktif yang terdaftar. Sementara di luar bursa, belasan pemain digital kelas unicorn hingga soon-icorn ikut membentuk peta kompetisi. Hasilnya, “perusahaan teknologi di Indonesia” jelas lebih dari sekadar 10 nama—dan inilah kurasi terbarunya agar kamu tidak tersesat oleh daftar lama yang sudah basi.
Ekosistem Teknologi Indonesia 2025: dari “bakar uang” ke profit & infrastruktur
Memasuki 2025, dua arus besar saling tarik-menarik. Di satu sisi, platform consumer tech mulai membuktikan jalur profit. Di sisi lain, fondasi infrastruktur—data center, jaringan, dan AI—mendapat dorongan investasi kelas dunia. Indosat Ooredoo Hutchison bersama Nvidia, misalnya, mengeksekusi rencana pusat AI bernilai sekitar US$200 juta di Surakarta—tanda bahwa kebutuhan daya komputasi lokal akan meledak. Ini bukan sekadar proyek pencitraan: model bahasa lokal (seperti “Sahabat-AI”) dan kasus penggunaan AI berbahasa Indonesia akan butuh kapasitas komputasi domestik yang stabil.
Setelah gambaran besar ini, kamu akan melihat siapa saja yang benar-benar naik karena efisiensi dan fokus, serta siapa yang tertekan karena perubahan pasar.
Yang Naik: profit nyata, fokus tajam, dan pondasi kuat
GoTo (Gojek–Tokopedia): rekor profitabilitas & momentum fintech
GoTo menutup 2024 dengan underlying profit pertama dan mengawali 2025 dengan pertumbuhan kuat. Q1 2025, pendapatan bersih naik ~37% YoY, core GTV melonjak 54% menjadi Rp83,2 triliun, dan adjusted EBITDA positif Rp393 miliar. Manajemen bahkan menegaskan panduan adjusted EBITDA 2025 di kisaran Rp1,4–1,6 triliun. Pendorong utamanya? Fintech—dari pembayaran sampai pinjaman—yang melejit dan mulai menutup celah profitabilitas historis. Bagi kamu, ini sinyal pergeseran dari “bakar uang” ke mesin margin yang lebih sehat. Sumber: GoTo
Bila momentum ini konsisten, kamu bisa mengharapkan kompetisi layanan keuangan digital kian intens, dengan GoTo memanfaatkan data dan jangkauan ekosistemnya untuk cross-sell yang lebih dalam.
Bukalapak (BUKA): tinggalkan barang fisik, balik laba
Keputusan berani Bukalapak menghentikan penjualan produk fisik sejak Februari—Maret 2025 di marketplace-nya terbukti bukan sekadar “cut loss”, melainkan reposisi ke virtual goods (pulsa, token listrik, voucher, dsb.) dan pilar baru seperti gaming serta investment. Secara keuangan, Semester I 2025 BUKA mencatat laba bersih ~Rp464 miliar—berbalik dari rugi tahun sebelumnya—dengan pendapatan sekitar Rp3,09 triliun. Untuk kamu, ini contoh pivot yang jelas: menutup lini bernilai rendah, mengalihkan sumber daya ke margin yang lebih tebal. Katadata
Langkah ini memangkas beban kompleks logistik fisik dan memberi ruang ekspansi produk digital—sebuah resep yang relevan di 2025 ketika efisiensi jadi mata uang utama.
DCI Indonesia (DCII): tulang punggung data center
Di bursa, DCI konsisten berada di lapis atas kapitalisasi pasar sektor teknologi dan menjadi rujukan investor saat narasi cloud & AI menguat. Posisi ini strategis karena permintaan colocation dan komputasi untuk AI kemungkinan naik seiring inisiatif-inisiatif seperti pusat AI Indosat–Nvidia. Untuk kamu, artinya infrastruktur menjadi “moat” baru—tidak kasat mata bagi pengguna akhir, tetapi krusial untuk semua aplikasi digital yang kamu pakai.
Makin besar beban kerja AI lokal, makin relevan operator data center berstandar tinggi—dan DCI kebagian angin pendorongnya.
XLSMART (XL Axiata + Smartfren): konsolidasi telco skala besar
Merger XL Axiata–Smartfren menandai konsolidasi penting di telekomunikasi. Persetujuan pemegang saham jadi tonggak menuju entitas baru XLSMART, dan jelang akhir 2025 mulai terlihat kerja sama operasional seperti pengelolaan trafik otentikasi seluler. Bagi kamu, implikasinya adalah jaringan lebih efisien, potensi cakupan lebih luas, dan kesiapan layanan yang menopang lonjakan kebutuhan data. Axiata+1
Ketika spektrum, fiber, dan core network terkonsolidasi, kompetisi kualitas jaringan bisa naik kelas—mendorong pengalaman pengguna dan use case 5G/AIoT yang lebih andal.
Yang Tertekan: perubahan strategi & reality check
E-commerce selektif & Blibli (BELI): skala bukan jaminan
Di 2025, e-commerce tidak lagi dinilai dari topline semata. Tekanan margin, promosi lintas platform, dan kanal video-commerce membuat pemain harus ultra-selektif. Beberapa emiten publik, seperti Blibli/Global Digital Niaga (BELI), menjalani fase penyehatan dengan fokus efisiensi dan sinergi omni-channel—tapi jalan menuju laba berkelanjutan masih menantang. Bagi kamu, artinya persaingan harga akan makin rasional, sementara loyalitas pelanggan dibangun lewat layanan, bukan diskon tanpa henti. (Catatan: emiten e-commerce publik rutin merilis laporan kinerja; cek dokumen resmi BEI untuk angka terbaru.) IDX
Ke depan, yang bertahan adalah platform yang bisa menyeimbangkan biaya akuisisi, logistik, dan retensi tanpa membakar arus kas.
Edtech & healthtech: dari hype ke monetisasi
Setelah lonjakan pandemi, edtech dan healthtech memasuki fase monetisasi realistis: layanan harus dibayar dengan value yang jelas, bukan hanya trafik. Telemedicine tetap relevan, namun pertumbuhan organik bergantung pada integrasi asuransi dan jaringan farmasi, sementara edtech harus memperluas produk ke upskilling korporat agar arus kas lebih stabil. Untuk kamu, pelajaran pentingnya adalah model berlangganan dan bundling layanan menjadi kunci, bukan sekadar unduhan aplikasi. (Gambaran sektor, tidak mengutip satu emiten spesifik.)
Sektor-sektor ini tidak “tumbang”, tetapi dipaksa lebih disiplin; pemenangnya adalah yang membuktikan nilai sebelum meminta dompetmu terbuka.
eFishery: sinyal peringatan tata kelola
Di sisi agritech, eFishery—yang sempat jadi ikon unicorn—menghadapi tuduhan serius terkait akuntansi pada awal 2025. Investigasi internal dan pemberitaan regional menyorot dugaan manipulasi kinerja, memicu diskusi tentang tata kelola startup dan kehati-hatian investor. Buat kamu, kasus ini jadi pengingat: valuasi tinggi bukan substitusi governance. The Straits Times
Kepercayaan pasar digital Indonesia kuat, tetapi disiplin tata kelola dan audit yang transparan kini jadi syarat mutlak untuk menjaga status “naik”.
Peta BEI: 47 Emiten Teknologi di Bursa
Sampai akhir 2024, Bursa Efek Indonesia mencatat 47 emiten yang bergerak di sektor teknologi. Jumlah ini memperlihatkan bahwa sektor teknologi sudah punya representasi yang cukup luas di pasar modal, tidak hanya diwakili oleh nama besar yang biasa muncul di pemberitaan.
Perusahaan-perusahaan ini bisa dibagi ke beberapa kelompok utama:
- Penyedia pusat data dan jaringan seperti DCI Indonesia (DCII), Solusi Sinergi Digital (WIFI), dan Indointernet (EDGE) yang berfokus pada kebutuhan konektivitas dan pengelolaan data.
- Integrator sistem dan software enterprise seperti Multipolar Technology (MLPT) dan Metrodata Electronics (MTDL) yang melayani kebutuhan teknologi perusahaan.
- Perusahaan berbasis konsumen seperti GoTo (GOTO), Bukalapak (BUKA), dan Blibli (BELI) yang mengoperasikan layanan e-commerce dan digital lifestyle.
- Perusahaan media dan konglomerasi teknologi seperti Elang Mahkota Teknologi (EMTK) yang punya unit usaha di konten digital, kesehatan, dan e-commerce.
Bagi kamu yang tertarik memahami peta industri, daftar emiten ini penting karena menunjukkan bahwa sektor teknologi di Indonesia tidak hanya soal aplikasi populer. Ada pemain infrastruktur yang menopang jalannya layanan digital, ada perusahaan integrasi yang membantu bisnis bertransformasi, hingga perusahaan publik yang fokus pada konsumen.
Dengan melihat BEI sebagai titik awal, kamu bisa menyusun riset lebih dalam berdasarkan kinerja keuangan, laporan tahunan, hingga strategi ekspansi tiap emiten. Cara ini membuat analisis lebih objektif dibanding hanya mengikuti popularitas nama tertentu.
Tren & Tantangan 2025: Teknologi Makin Selektif, Regulasi Makin Ketat
Memasuki 2025, perusahaan teknologi di Indonesia tidak lagi bisa sekadar mengejar pertumbuhan dengan membakar modal. Arah industri bergerak ke efisiensi, transparansi, dan kepatuhan. Ada beberapa tren yang harus kamu cermati.
Pertama, efisiensi bisnis jadi fokus utama. Contohnya bisa dilihat dari GoTo yang akhirnya mencatatkan profit atau Bukalapak yang berani menghentikan lini barang fisik. Pola ini menunjukkan bahwa investor dan publik menuntut perusahaan teknologi punya jalur keuangan yang sehat, bukan sekadar valuasi tinggi.
Kedua, infrastruktur digital berkembang cepat. Pusat data, layanan konektivitas, hingga merger operator telekomunikasi menjadi dasar agar ekosistem digital tetap berjalan lancar. Perusahaan yang beroperasi di bidang ini mungkin tidak sering muncul di media, tetapi justru mereka yang memastikan stabilitas layanan yang kamu pakai sehari-hari.
Ketiga, regulasi dan tata kelola semakin menonjol. Pemerintah mendorong aturan perlindungan data dan transparansi keuangan. Kasus yang menimpa eFishery di awal 2025 memperlihatkan bagaimana kurangnya disiplin tata kelola bisa meruntuhkan reputasi sebuah perusahaan dalam sekejap, sejalan dengan meningkatnya urgensi regulasi data pribadi di Indonesia. Buat kamu, ini berarti perusahaan teknologi yang bertahan adalah mereka yang bisa menyeimbangkan inovasi dengan kepatuhan.
Tren 2025 menegaskan bahwa hanya perusahaan yang disiplin secara finansial, serius membangun pondasi digital, dan taat regulasi yang akan memimpin. Sebaliknya, mereka yang tetap bergantung pada model lama tanpa perubahan berisiko tertinggal dari kompetisi.
Kesimpulan
Membicarakan perusahaan teknologi di Indonesia pada 2025 tidak bisa lagi berhenti di daftar sepuluh besar. Kenyataannya, ada lebih dari 50 perusahaan relevan yang bergerak dari ranah consumer tech, pusat data, hingga integrator sistem. Setiap segmen membawa cerita berbeda: GoTo akhirnya bisa membalik narasi dengan profit nyata, Bukalapak berani melakukan pivot besar, DCI memperkuat posisi sebagai penjaga infrastruktur data, hingga merger XL Axiata dan Smartfren yang mengubah peta industri telekomunikasi.
Di sisi lain, kita juga melihat peringatan keras. Kasus eFishery menunjukkan bahwa tata kelola tidak kalah penting dibanding pertumbuhan, sementara sektor edtech dan healthtech diingatkan bahwa hype tanpa monetisasi jelas tidak cukup untuk bertahan. Artinya, kamu tidak hanya perlu tahu siapa yang populer, tapi juga siapa yang benar-benar disiplin dalam strategi.
Pada akhirnya, arah industri teknologi Indonesia ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk adaptif dan selektif. Yang mampu membuang beban, memperkuat inti bisnis, dan menjaga kepercayaan publik akan terus melaju. Sebaliknya, mereka yang bertahan dengan pola lama akan tertinggal. Untuk kamu sebagai pembaca atau calon investor, ini adalah momentum penting: melihat bahwa teknologi bukan sekadar produk yang dipakai sehari-hari, tetapi juga cermin bagaimana disiplin eksekusi dan tata kelola menentukan siapa yang akan bertahan dan siapa yang akan tumbang.
Itulah informasi menarik tentang perusahaan teknologi di indonesia yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market.
Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan. Segera register di INDODAX dan lakukan KYC dengan mudah untuk mulai trading crypto lebih aman, nyaman, dan terpercaya!
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
1. Berapa jumlah perusahaan teknologi di Indonesia tahun 2025?
Jumlahnya tidak sedikit. Di Bursa Efek Indonesia saja, dilansir IDXChannel, tercatat sekitar 47 emiten sektor teknologi per akhir 2024. Di luar itu, ada belasan unicorn seperti GoTo, Traveloka, OVO, eFishery, hingga Ajaib. Jadi kalau digabung, jumlah perusahaan teknologi relevan di Indonesia sudah lebih dari 50.
2. Apa perusahaan teknologi terbesar di Indonesia saat ini?
GoTo masih jadi raksasa consumer tech dengan ekosistem transportasi, e-commerce, dan fintech. Dari sisi infrastruktur, DCI Indonesia menonjol sebagai penyedia data center dengan valuasi besar di BEI. Selain itu, merger XL Axiata dan Smartfren yang melahirkan XLSMART juga menjanjikan skala baru di sektor telekomunikasi.
3. Bagaimana kondisi Bukalapak pada 2025?
Bukalapak mengambil keputusan berani dengan menghentikan penjualan produk fisik dan fokus ke virtual goods serta layanan digital. Hasilnya, semester I 2025 mereka berhasil mencetak laba bersih ratusan miliar rupiah setelah sebelumnya merugi. Ini jadi contoh nyata bahwa pivot bisa menyelamatkan bisnis.
4. Apakah startup Indonesia masih menarik bagi investor?
Masih, tapi dengan catatan. Kasus eFishery mengingatkan bahwa tata kelola dan transparansi tidak boleh diabaikan. Investor kini lebih selektif, mencari startup dengan model bisnis yang jelas, bukan sekadar valuasi tinggi. Bagi kamu, artinya peluang tetap ada, tetapi hanya bagi perusahaan yang disiplin dan sehat.
5. Apa tren utama perusahaan teknologi di Indonesia pada 2025?
Ada tiga hal penting:
- Efisiensi keuangan – perusahaan dituntut berhenti bakar uang dan mulai profit.
- Infrastruktur digital – data center, jaringan, dan konsolidasi telco jadi fondasi.
- Regulasi dan tata kelola – perlindungan data dan transparansi makin ketat, jadi penentu siapa yang bisa bertahan.
6. Apakah daftar “10 perusahaan teknologi” masih relevan?
Format itu populer, tapi sudah ketinggalan. Realitasnya, ada 50+ perusahaan teknologi yang signifikan. Jadi untuk artikel edukatif, lebih tepat membahas kurasi yang lebih luas agar kamu mendapat gambaran nyata tentang siapa yang naik, siapa yang tumbang.