Ekonom Senior Kritik Stabilitas Ekonomi di Tengah Adopsi Stablecoin
Peter Schiff, ekonom kawakan sekaligus kritikus aset kripto, kembali mencuri perhatian publik lewat pernyataannya soal dampak stablecoin terhadap perekonomian. Dalam serangkaian cuitan di akun X miliknya, Schiff menganggap stablecoin bukan sebagai inovasi netral, melainkan ancaman nyata bagi kredit sektor swasta dan pasar surat utang jangka panjang.
Komentarnya ini memicu perdebatan tajam, di tengah gelombang adopsi stablecoin oleh institusi keuangan dan fintech global.
Dana Lama, Wadah Baru: Kritik Schiff terhadap Perputaran Modal
Menurut Schiff, stablecoin tidak menciptakan likuiditas baru. Sebaliknya, mereka hanya mengalihkan dana yang sebelumnya ada di instrumen konvensional seperti money market fund ke instrumen berbasis blockchain. Ia menegaskan bahwa ketika investor beralih ke stablecoin, dana tersebut tetap berasal dari sumber yang sama—yang semula dialokasikan ke pasar obligasi melalui rekening pasar uang.
“Dana yang digunakan oleh penerbit stablecoin untuk membeli Treasury sebenarnya adalah dana yang akan masuk ke pasar obligasi melalui jalur tradisional. Bedanya, bunga yang seharusnya didapat investor kini dinikmati oleh penerbit stablecoin,” ujar Schiff dalam cuitannya, seperti dikutip dari website cryptotimes.io.
Ancaman Terhadap Yield Obligasi Jangka Panjang
Schiff menyebut bahwa penerbit stablecoin umumnya hanya membeli Treasury jangka pendek, seperti surat utang 3 bulan atau 6 bulan. Imbasnya, permintaan terhadap obligasi jangka panjang berpotensi menurun. Padahal, obligasi jenis ini sangat berpengaruh dalam penentuan suku bunga KPR, pinjaman korporasi, dan pembiayaan sektor riil.
Kurangnya permintaan terhadap obligasi jangka panjang dapat memicu kenaikan yield, yang pada akhirnya mendorong suku bunga pinjaman naik. Ini menjadi perhatian besar bagi pasar properti dan pelaku usaha yang bergantung pada akses kredit jangka panjang.
News lainnya yang lagi trending: Peter Schiff Sindir Ethereum, Sarankan Beralih ke Bitcoin
Crowd-Out Kredit Swasta, Hambat Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu poin utama Schiff adalah efek crowding-out. Ia menilai bahwa uang yang masuk ke stablecoin tidak dapat disalurkan sebagai pinjaman ke pelaku usaha. Ini berpotensi mengurangi ketersediaan dana untuk kredit produktif di sektor riil.
“Uang yang digunakan untuk membeli short-term Treasuries via stablecoin berarti tidak bisa digunakan untuk memberi pinjaman ke sektor swasta,” ungkap Schiff.
Dengan kata lain, stablecoin bisa berkontribusi terhadap melemahnya investasi sektor riil, terutama untuk UKM yang biasanya sangat tergantung pada kredit bank atau lembaga pembiayaan konvensional.
Tren Adopsi Stablecoin Semakin Meluas
Pernyataan Schiff datang di tengah lonjakan adopsi stablecoin secara global. Berdasarkan data dari CoinMetrics dan CryptoTimes.io (Juli 2025), kapitalisasi pasar stablecoin telah menembus $160 miliar, dengan dominasi oleh USDT, USDC, dan DAI.
Institusi seperti PayPal, Visa, hingga bank-bank regional di AS kini mulai mengintegrasikan stablecoin dalam sistem pembayaran dan settlement. Bahkan, beberapa negara seperti Jepang dan Hong Kong sudah mempersiapkan kerangka regulasi khusus untuk mengawasi aktivitas penerbit stablecoin.
Perdebatan Terbuka: Efisiensi vs Stabilitas Ekonomi
Pendukung stablecoin menyebut bahwa inovasi ini menciptakan efisiensi, transparansi, dan kecepatan dalam transaksi lintas batas. Namun kritik seperti dari Schiff menunjukkan bahwa efisiensi teknis bukan tanpa konsekuensi ekonomi.
Regulator seperti U.S. Treasury dan Federal Reserve pun mulai menyoroti risiko sistemik stablecoin, terutama ketika adopsinya melewati batas institusi non-kripto dan menyentuh sistem keuangan tradisional.
Kesimpulan: Stabil atau Mengancam?
Pandangan Peter Schiff, meski sering dianggap ekstrem, menyoroti dilema penting: apakah pertumbuhan stablecoin benar-benar memberi nilai tambah atau justru menyerap likuiditas dari sistem ekonomi produktif?
Bagi Anda yang mengikuti perkembangan makroekonomi dan aset kripto, pertanyaan ini bukan sekadar teori. Ia menyangkut arah suku bunga, akses kredit, dan distribusi kekuatan ekonomi digital ke depan.
Stablecoin mungkin menawarkan stabilitas nilai, tapi bukan berarti tidak mengganggu stabilitas ekonomi.
FAQ
- Apakah stablecoin bisa memengaruhi suku bunga kredit rumah?
Ya. Jika permintaan obligasi jangka panjang menurun akibat pergeseran ke stablecoin, yield bisa naik, yang berdampak pada naiknya suku bunga KPR dan kredit lainnya. - Apa bedanya dana di money market fund dengan stablecoin?
Dana di money market fund menghasilkan bunga langsung ke investor. Sementara dalam stablecoin, bunga dari Treasury dinikmati oleh penerbit, bukan pemegang token. - Mengapa Schiff menolak stablecoin meski stabil?
Schiff bukan menolak stabilitas nilainya, tapi efek makroekonomi yang ditimbulkan: dari penyerapan modal produktif hingga potensi menaikkan biaya pinjaman. - Apakah ada negara yang mengatur stablecoin?
Beberapa negara seperti Jepang, Singapura, dan Inggris mulai menerapkan regulasi ketat untuk stablecoin agar tidak berdampak negatif ke sistem keuangan nasional. - Bagaimana cara investor merespons isu ini?
Investor besar mulai membagi eksposurnya. Beberapa masih mengandalkan stablecoin untuk efisiensi, tapi juga mulai memperhatikan risiko long-term yield dan kredit macet yang bisa timbul.
Itulah informasi berita crypto hari ini. Aktifkan notifikasi agar Anda selalu mendapatkan informasi terkini dari Akademi Crypto seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Anda juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya.
Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Ikuti juga sosial media INDODAX di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
Author: Fau
Referensi:
- TheCryptoTimes – Peter Schiff Challenges Stablecoin Impact on Treasury Demand, diakses pada 31 Juli 2025
Tag Terkait: #Berita Kripto Hari Ini, #Berita Mata uang Kripto, Berita Regulasi Crypto, #Berita stablecoin