Pendiri Telegram, Pavel Durov, menuduh intelijen Prancis memanfaatkan masalah hukumnya untuk menekan Telegram agar menyensor saluran oposisi menjelang pemilu presiden Moldova 2024.
Dalam pernyataan di X, Durov mengatakan dirinya dihubungi lewat perantara saat ditahan di Paris tahun lalu, dengan permintaan untuk menghapus beberapa kanal sebelum pemilu.
Menurut Durov, meski ada kanal yang dihapus karena melanggar aturan platform, ia mendapat informasi bahwa kerja samanya akan memengaruhi keputusan hakim atas kasus penahanannya.
Ia juga mengklaim daftar kedua yang diajukan berisi kanal yang sepenuhnya patuh aturan, namun dianggap tidak disukai pemerintah Prancis dan Moldova. Telegram, tegasnya, menolak permintaan itu.
?? About a year ago, while I was stuck in Paris, the French intelligence services reached out to me through an intermediary, asking me to help the Moldovan government censor certain Telegram channels ahead of the presidential elections in Moldova.
After reviewing the channels…
— Pavel Durov (@durov) September 28, 2025
Situasi Politik Moldova
Tuduhan ini muncul ketika Partai Aksi dan Solidaritas yang pro-Eropa, didukung Presiden Maia Sandu, memimpin pemilu parlemen dengan lebih dari 50% suara.
Pemilu Moldova sendiri sarat dengan tuduhan intervensi Rusia, sementara oposisi pro-Rusia pimpinan Igor Dodon menyerukan protes di luar parlemen dan bahkan wacana pembatalan hasil pemilu.
Durov menambahkan, pola serupa juga terjadi di negara lain seperti Rumania, di mana otoritas diduga menggunakan tekanan hukum untuk memengaruhi situasi politik.
Baca artikel terkait: Kenali Pavel Durov, Sosok Dibalik Sukses Telegram dan TON
Respon dari Prancis
Completely unfounded allegations are circulating on Telegram and Twitter regarding alleged French interference in the Romanian presidential election.
France categorically rejects these allegations and calls on everyone to exercise responsibility and respect for Romanian… pic.twitter.com/PxFO7KnzDm
— France Diplomacy ???? (@francediplo_EN) May 18, 2025
Pemerintah Prancis sebelumnya membantah tuduhan serupa terkait pemilu Rumania, menyebut klaim Durov tidak berdasar. Namun mereka mengakui ada pertemuan rutin dengan Durov, meski diklaim fokus pada isu keamanan seperti terorisme dan konten ilegal.
Meski membantah tuduhan soal sensor politik, DGSE mengakui bahwa pihaknya memang beberapa kali bertemu Durov dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, pertemuan itu diklaim hanya untuk mengingatkan tentang tanggung jawab Telegram, khususnya dalam menangani ancaman terorisme dan konten berbahaya.
Durov, sebaliknya, menyebut intelijen Prancis lebih menekankan isu geopolitik ketimbang keamanan anak atau konten eksplisit.
Dampak ke Harga Toncoin

Grafik harga TON yang sempat mengalami ATH tahun lalu | Sumber: CoinMarketCap
Kontroversi hukum Durov berdampak langsung pada ekosistem yang dekat dengan Telegram. Koin milik Telegram, Toncoin (TON) anjlok ke US$2,70, turun 67% dari rekor tertinggi US$8,25 tahun lalu.
Penurunan ini memperlihatkan betapa sentimen pasar terhadap Telegram ikut memengaruhi nasib TON di bursa kripto.
Baca artikel terkait: Pavel Durov vs Prancis: Telegram Ogah Buka Backdoor!
Kesimpulan
Kasus tuduhan Pavel Durov terhadap otoritas Prancis menyoroti rumitnya tarik ulur antara kebebasan digital dan politik.
Telegram menegaskan komitmen pada kebebasan berekspresi, sementara perkembangan situasi ini masih terus dipantau. Di sisi lain, pergerakan Toncoin menunjukkan betapa sentimen pasar kripto bisa dipengaruhi faktor non-teknis seperti dinamika hukum dan geopolitik.
FAQ Seputar Kasus Pavel Durov & Toncoin
1. Apa tuduhan terbaru Pavel Durov terhadap Prancis?
Ia menuduh intelijen Prancis meminta Telegram menyensor kanal oposisi Moldova menjelang pemilu 2024, saat ia ditahan di Paris.
2. Bagaimana respons Prancis atas tuduhan ini?
Prancis membantah tuduhan serupa sebelumnya, menyebutnya sebagai klaim tak berdasar, dan menegaskan bahwa pertemuan dengan Durov hanya terkait isu keamanan, bukan politik.
3. Mengapa kasus ini berdampak pada Toncoin?
Toncoin terkait erat dengan ekosistem Telegram. Kontroversi hukum Durov menurunkan kepercayaan investor, membuat harga TON jatuh ke US$2,71.
4. Apakah kasus ini terkait dengan intervensi Rusia di Eropa?
Ya, Moldova dan Rumania sama-sama disebut mengalami intervensi Rusia. Tuduhan terhadap Prancis muncul di tengah ketegangan politik ini.
5. Apa yang bisa dipelajari investor dari kasus ini?
Bahwa aset kripto yang dekat dengan figur publik atau platform besar sangat sensitif terhadap risiko hukum dan politik. Diversifikasi dan manajemen risiko jadi kunci.
Itulah informasi berita crypto hari ini. Aktifkan notifikasi agar Anda selalu mendapatkan informasi terkini dan edukasi dari Akademi Crypto seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Jangan sampai ketinggalan berita terbaru terkait dunia kripto, pergerakan pasar, dan masih banyak lagi di laman artikel edukasi crypto terpopuler.
Anda juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya.
Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Kontak Resmi Indodax
Nomor Layanan Pelanggan: (021) 5065 8888 | Email Bantuan: [email protected]
Ikuti juga sosial media INDODAX di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
Author: Alo
Referensi:
- Cryptopolitan – Durov reports France wanted to censor Telegram channels for Moldovan government, diakses pada 29 September 2025
- Decrypt – Telegram Founder Alleges French Role in Moldova Vote Censorship, diakses pada 29 September 2025
Tag Terkait: #Berita Kripto Hari Ini, #Berita Mata uang Kripto, #Berita Regulasi Crypto, #Prediksi Harga Crypto Hari Ini