Dalam beberapa tahun terakhir, dunia menyaksikan eskalasi persaingan antara dua raksasa ekonomi dunia, China dan Amerika Serikat. Tidak hanya pada sektor ekonomi, persaingan ini merambah ke ranah teknologi, mulai dari kecerdasan buatan (AI), semikonduktor, hingga teknologi blockchain dan kripto. Dampaknya terasa luas, termasuk bagi pasar global dan pelaku industri teknologi di seluruh dunia.
Persaingan Kecerdasan Buatan (AI) dan Semikonduktor
China dan Amerika saling berlomba mengembangkan kecerdasan buatan sebagai teknologi masa depan. AS, dengan perusahaan seperti Google, Microsoft, dan OpenAI, memiliki keunggulan dalam penelitian dasar dan model AI generatif. Sementara itu, China memanfaatkan kekuatan data domestik yang besar serta dukungan pemerintah untuk membangun sistem AI dengan skala masif.
Namun, di balik AI terdapat elemen kunci yang tak kalah penting: semikonduktor. Cip atau semikonduktor adalah otak dari teknologi AI. Amerika masih mendominasi desain cip dan mesin manufakturnya melalui perusahaan seperti NVIDIA, AMD, Intel, hingga pembuat alat litografi seperti ASML (Belanda), yang hanya bisa diekspor dengan izin AS. Ini menjadi alat strategis dalam membatasi pertumbuhan AI China.
China, melalui perusahaan seperti SMIC dan Huawei, terus mencoba membangun kemampuan produksi cip-nya sendiri, meskipun masih tertinggal secara teknis. Kendala utama mereka adalah keterbatasan dalam mengakses teknologi canggih dan mesin manufaktur cip 3nm atau 5nm karena sanksi dagang.
Artikel menarik lainnya untuk kamu: Top 10 AI Agent Crypto untuk Trading Cerdas di 2025
Perang Dagang dan Dampaknya terhadap Inovasi Teknologi
Perang dagang antara China dan Amerika sejak era Trump hingga saat ini telah memperkuat polarisasi teknologi global. Amerika memberlakukan pembatasan ekspor cip canggih dan komponen penting lainnya ke China, serta melarang perusahaan teknologi China seperti Huawei dan ZTE dari pasar AS dan mitranya.
Sebagai balasan, China memperketat kontrol terhadap bahan baku penting seperti logam tanah jarang (LTJ) dan gallium yang digunakan dalam pembuatan cip. Ketegangan ini memicu kekhawatiran atas gangguan rantai pasok global, meningkatkan biaya produksi, dan memperlambat inovasi teknologi lintas negara.
Efek lainnya adalah terbentuknya blok teknologi: negara-negara sekutu AS cenderung mengikuti aturan ekspor, sedangkan China berupaya membentuk aliansi teknologi dengan Rusia, Iran, dan negara berkembang lainnya.
Masih seputar topik ini, simak juga: Cara Mining Bitcoin Gratis untuk Trader Pemula Update 2025
Blockchain dan Kripto di Tengah Ketegangan Global
Meski sempat melarang aktivitas kripto seperti penambangan Bitcoin dan perdagangan aset digital, China tetap aktif dalam pengembangan teknologi blockchain. Pemerintahnya fokus pada penerapan blockchain untuk rantai pasok, keuangan terpusat, dan dokumen digital, di bawah strategi “Blockchain as National Infrastructure”.
Sementara itu, Amerika Serikat lebih mendukung inovasi kripto berbasis swasta. Perusahaan seperti Coinbase, Ripple, hingga proyek seperti Ethereum berkembang di iklim yang lebih terbuka—meskipun belakangan ini menghadapi tekanan regulasi dari SEC dan lembaga lainnya.
Ketegangan antara China dan AS juga tercermin dalam pendekatan terhadap mata uang digital bank sentral (CBDC). China sudah lebih maju dengan peluncuran uji coba e-CNY di berbagai kota besar. AS masih dalam tahap eksplorasi Digital Dollar melalui Federal Reserve.
Pertarungan dominasi blockchain ini menjadi penting karena teknologi ini bisa menjadi fondasi ekonomi digital di masa depan, termasuk dalam sistem pembayaran lintas negara dan tokenisasi aset global.
Baca juga artikel terkait: CBDC vs Kripto: Siapa Paling Siap Jadi Uang Masa Depan?
Dampak ke Pasar Global dan Investor Kripto
Ketegangan teknologi antara China dan AS menciptakan ketidakpastian pasar yang signifikan. Investor dan perusahaan global harus menghadapi risiko geopolitik, fragmentasi pasar, serta potensi perubahan regulasi mendadak.
Di sektor kripto, sanksi terhadap entitas China atau AS dapat memengaruhi aliran modal dan inovasi. Misalnya, larangan AS terhadap beberapa platform China dapat mendorong pengguna beralih ke solusi desentralisasi. Sebaliknya, kontrol ketat China terhadap bursa kripto dapat menghambat adopsi lebih luas di Asia.
Investor global kini lebih berhati-hati memilih proyek kripto, mempertimbangkan latar belakang tim, negara asal, dan risiko politik. Di sisi lain, ketegangan ini mendorong banyak negara lain seperti Uni Emirat Arab, Singapura, dan Brasil untuk mempercepat adopsi teknologi blockchain demi menjadi alternatif netral antara China dan AS.
Kesimpulan
Persaingan teknologi antara China dan Amerika tidak hanya soal dominasi pasar, melainkan juga soal pengaruh geopolitik dan arah masa depan digital global. Dari kecerdasan buatan, semikonduktor, hingga blockchain dan kripto, dunia kini menyaksikan pergeseran kekuatan yang akan memengaruhi setiap aspek teknologi dan ekonomi digital.
Investor, perusahaan teknologi, dan negara-negara lain harus bersiap menghadapi realitas baru: dunia multipolar dengan dua pusat kekuatan teknologi yang bersaing sengit. Dalam konteks ini, penting bagi semua pihak untuk menavigasi risiko geopolitik dengan bijak sambil tetap membuka ruang untuk kolaborasi global.
FAQ
- Apa yang menjadi sumber utama persaingan teknologi antara China dan Amerika?
Sumber utamanya adalah dominasi dalam teknologi strategis seperti AI, semikonduktor, dan blockchain yang menjadi fondasi ekonomi digital masa depan. - Mengapa semikonduktor sangat penting dalam persaingan ini?
Semikonduktor adalah komponen utama dalam perangkat AI dan teknologi canggih lainnya. Tanpa akses ke cip mutakhir, perkembangan teknologi negara akan tertinggal. - Bagaimana posisi China dalam industri kripto saat ini?
China melarang aktivitas kripto swasta, tetapi sangat aktif mengembangkan blockchain nasional dan mata uang digital bank sentral (e-CNY). - Apa dampak perang dagang bagi industri teknologi global?
Perang dagang meningkatkan biaya produksi, memutus rantai pasok global, dan mendorong terjadinya polarisasi atau fragmentasi teknologi. - Apakah kripto bisa netral dalam konflik ini?
Teknologi kripto seperti DeFi dan blockchain publik memiliki potensi menjadi alat netral, tetapi regulasi dan tekanan geopolitik tetap bisa memengaruhi penggunaannya.
Itulah informasi menarik tentang Persaingan teknologi antara China Vs Amerika yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
Author: RZ