Dalam bidang ekonomi, konsep “trickle down effect” atau efek aliran ke bawah telah lama menjadi topik diskusi yang hangat di kalangan ekonom, analis, dan politisi.
Gagasan ini menjadi landasan bagi sejumlah kebijakan ekonomi yang berdampak pada distribusi kekayaan dan kesejahteraan masyarakat.
Berikut ini penjelasan selengkapnya terkait apa itu trickle down effect, sejarahnya, cara kerjanya, hingga contoh kebijakannya yang penting untuk diketahui.
Apa Itu Trickle Down Effect?
Apakah kamu sudah familiar dengan istilah “trickle down effect”? Pada dasarnya, konsep yang satu ini sering dibahas dalam konteks ekonomi dan bisa jadi relevan juga di dunia kripto.
Adapun dalam dunia pemasaran, “trickle-down effect” mengacu pada fenomena di mana tren mode mengalir dari kalangan atas ke kalangan bawah dalam masyarakat.
Fenomena ini juga dapat merujuk pada bagaimana produk konsumen baru, ketika pertama kali diperkenalkan ke pasar, harganya sangat mahal dan hanya terjangkau oleh kalangan kaya.
Namun, seiring waktu, harga produk tersebut mulai turun sehingga dapat diakses oleh masyarakat umum. Selain itu, “trickle-down effect” juga menggambarkan penyebaran iklan secara cepat melalui komunikasi dari mulut ke mulut atau pemasaran viral.
Definisi Trickle Down Effect dalam Ekonomi
Trickle down effect adalah konsep yang menggambarkan harapan bahwa keuntungan yang diperoleh oleh kaum kaya dan perusahaan besar akan mengalir ke lapisan masyarakat lainnya sehingga memberikan manfaat bagi semua.
Contohnya, ketika perusahaan besar mendapatkan pengurangan pajak, diharapkan mereka akan menggunakan dana tersebut untuk memperluas bisnis, yang pada akhirnya menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan pekerja.
Teori trickle down ini memiliki kemiripan dengan ekonomi sisi penawaran atau supply-side economics. Namun, konsep trickle down lebih terfokus.
Teori ini menyatakan bahwa pengurangan pajak yang ditargetkan secara khusus lebih efektif dibandingkan pengurangan pajak secara umum.
Oleh karena itu, pengurangan pajak lebih diarahkan kepada orang kaya, dengan harapan bahwa dampaknya akan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Sejarah Trickle Down Effect: dari Mode hingga Ekonomi
Di bawah ini adalah sejarah trickle down effect, dari mode hingga ekonomi, yang penting untuk diketahui.
Asal-usul Istilah di Abad ke-19
Konsep trickle down effect berasal dari abad ke-19 melalui karya Rudolf von Jhering, yang pertama kali menulis tentang difusi budaya. Ia menelusuri bagaimana mode menyebar dari kalangan atas ke kalangan bawah.
Pandangan utama von Jhering adalah bahwa nilai sebuah tren mode akan memudar ketika diadopsi oleh semua orang.
Oleh karena itu, kalangan atas merasa terdorong untuk menemukan dan mengikuti tren baru, yang kemudian diikuti oleh lapisan masyarakat di bawahnya.
Konsumsi Mencolok oleh Thorstein Veblen
Teori ini kemudian diintegrasikan ke dalam konsep konsumsi mencolok (conspicuous consumption) oleh Thorstein Veblen dalam bukunya The Theory of the Leisure Class.
Di dalam buku karya Thorstein Veblen itu dijelaskan bahwa individu membeli barang dan jasa mewah untuk memamerkan kekayaan mereka kepada orang lain.
Dalam konteks yang lebih modern, trickle down effect tidak hanya berlaku pada kelas sosial, tetapi juga pada usia, etnisitas, atau gender, seperti yang dijelaskan oleh Grand McCracken dalam Culture and Consumption.
Aplikasi Modern Trickle Down dalam Ekonomi
Adapun bentuk aplikasi modern dari teori trickle down dalam ekonomi terlihat jelas pada kebijakan yang diadopsi oleh para pemimpin seperti Ronald Reagan di Amerika Serikat dan Margaret Thatcher di Inggris.
Teori ini menjadi inti dari pendekatan mereka dalam mengelola ekonomi negara dengan keyakinan bahwa kebijakan yang menguntungkan kalangan atas.
Hal utamanya terkait pemotongan pajak untuk perusahaan besar dan orang kaya yang dinilai akan menghasilkan manfaat ekonomi bagi seluruh lapisan masyarakat.
Cara Kerja Trickle Down Effect dalam Kebijakan Ekonomi
Dalam hal kebijakan ekonomi, berikut ini adalah penjelasan terkait cara kerja trickle down effect yang penting untuk dipahami.
Pemotongan Pajak untuk Kelompok Ekonomi Atas
Salah satu penerapan trickle down effect yang sering terlihat adalah pemotongan pajak untuk kelas ekonomi atas, termasuk perusahaan besar dan individu kaya.
Tujuan dari pemotongan pajak ini adalah untuk mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi. Namun, hasil dari kebijakan pemotongan pajak ini sering menjadi bahan perdebatan.
Para kritikus berpendapat bahwa pemotongan pajak untuk kalangan atas dapat memperburuk ketidaksetaraan ekonomi.
Sementara itu, pendukungnya berargumen bahwa kebijakan ini dapat menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan menguntungkan seluruh lapisan masyarakat.
Insentif Investasi bagi Perusahaan Besar
Kebijakan yang memberikan insentif investasi kepada perusahaan besar juga merupakan aspek dari konsep trickle down effect.
Pemerintah dapat menawarkan insentif, seperti pengurangan pajak atau bantuan finansial, kepada perusahaan yang melakukan investasi dalam proyek-proyek besar atau yang menciptakan lapangan kerja.
Namun, hasil dari insentif tersebut juga menjadi bahan diskusi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perusahaan sering menggunakan insentif ini untuk kepentingan pribadi, seperti membeli kembali saham mereka, alih-alih berinvestasi dalam pertumbuhan ekonomi yang akan bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.
Deregulasi Ekonomi
Terkait trickle down effect, deregulasi diharapkan mampu memberikan keleluasaan lebih kepada perusahaan untuk beroperasi serta menghasilkan keuntungan.
Namun, dampak dari deregulasi perlu dievaluasi secara mendalam. Beberapa kebijakan deregulasi yang tidak tepat dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, peningkatan ketidaksetaraan ekonomi, dan pelanggaran hak-hak pekerja.
Contoh Kebijakan Trickle Down Effect di Dunia
Berikut ini adalah beberapa contoh kebijakan trickle down effect di dunia yang penting untuk diketahui.
1. Potongan Pajak Era George W. Bush
Pada awal tahun 2000-an, Presiden Amerika Serikat, George W. Bush, menjadikan reformasi pajak sebagai salah satu fokus utama pemerintahannya. Teori ekonomi trickle down menjadi landasan bagi kebijakan pemotongan pajak ini.
Ia mengurangi pajak warisan dan pajak pendapatan bagi kalangan kaya serta memberikan pengurangan untuk kelas menengah, dengan dukungan dari Kongres.
2. Stimulus Great Depression oleh Herbert Hoover
Setelah krisis ekonomi tahun 1929, Presiden Herbert Hoover meyakini bahwa solusi terbaik untuk depresi yang melanda adalah memberikan bantuan besar kepada perusahaan dan tokoh industri.
Namun, upayanya tidak membuahkan hasil, yang mengakibatkan penolakan publik yang luas. Pada gilirannya, hal itu membuka jalan bagi pemilihan Presiden Franklin D. Roosevelt, yang mengusung platform ekonomi yang berbeda dikenal sebagai New Deal.
3. Reaganomics
Presiden Ronald Reagan hampir identik dengan konsep ekonomi trickle down atau ekonomi sisi penawaran. Di bawah kepemimpinannya, administrasi bekerja sama dengan Kongres untuk mengesahkan dua undang-undang reformasi pajak selama tahun 1980-an.
Kebijakan ini menurunkan tarif pajak tertinggi hampir 50% bagi mereka yang berpenghasilan tinggi, dari 73%menjadi 28%.
Dampak Trickle Down Effect dalam Dunia Crypto
Bukan hanya di dunia ekonomi secara umum, trickle down effect juga bisa berdampak terhadap dunia crypto. Berikut ini penjelasan terkait dampaknya yang perlu diketahui.
Pengaruh Investor Besar terhadap Harga Crypto
Dalam dunia kripto, kita dapat melihat potensi terjadinya efek trickle down. Contohnya, ketika investor besar atau “whales” membeli dalam jumlah besar aset kripto.
Pada dasarnya, hal itu bisa mendorong kenaikan harga aset tersebut dan memberikan keuntungan bagi semua pemegang, termasuk investor kecil.
Risiko Penjualan Besar oleh Whales
Seperti halnya dalam ekonomi tradisional, efek trickle down pada kripto juga tidak selalu berjalan dengan baik. Misalnya, ketika “whales” menjual aset mereka secara masif, hal itu dapat menyebabkan penurunan harga yang merugikan investor kecil.
Aplikasi Konsep Trickle Down dalam Crypto
Konsep trickle down effect dalam pasar kripto sangat terlihat melalui perilaku “whales” yang mempengaruhi volatilitas dan pergerakan harga aset.
Ketika “whales” membeli dalam jumlah besar, harga aset dapat melonjak, menarik perhatian investor kecil yang berharap mendapatkan keuntungan dari tren positif tersebut.
Kenaikan harga ini dapat menciptakan suasana optimisme di pasar, meningkatkan partisipasi dan permintaan sehingga keuntungan dari investor besar dapat “menetes” ke investor kecil.
Adakah Trickle Down Effect di Indonesia?
Adapun di Indonesia, konsep trickle down effect sering kali menjadi perbincangan, utamanya terkait dengan pembangunan ekonomi.
Contohnya, ketika pemerintah memberikan insentif pajak atau bantuan keuangan kepada perusahaan besar, diharapkan manfaat dari kebijakan ini akan mengalir ke bawah dan membantu masyarakat berpenghasilan rendah.
Kelemahan Trickle Down Effect
Sekalipun konsep trickle down effect telah menjadi landasan bagi berbagai kebijakan ekonomi selama beberapa dekade, efektivitasnya dalam mengatasi ketidaksetaraan ekonomi masih menjadi topik perdebatan yang hangat.
Penelitian yang mendalam mengindikasikan bahwa dampak dari aliran ke bawah mungkin tidak sekuat yang diharapkan.
Sebagai contoh, sebuah studi yang dilakukan oleh National Bureau of Economic Research menemukan bahwa pemotongan pajak untuk kalangan atas tidak menunjukkan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi atau penurunan tingkat pengangguran.
Di samping itu, data empiris menunjukkan bahwa ketidaksetaraan ekonomi di banyak negara malah meningkat dalam beberapa dekade terakhir meski kebijakan yang berlandaskan pada konsep trickle down effect sudah diterapkan.
Kesimpulan: Trickle Down Effect dalam Ekonomi dan Crypto
Nah, itulah tadi pembahasan menarik tentang Apa Itu Trickle Down Effect? Dampak & Contoh Kebijakannya Lengkap yang dapat kamu baca selengkapnya di Akademi crypto di INDODAX Academy.
Sebagai kesimpulan, manfaat dari trickle down effect dalam ekonomi tradisional meliputi potensi untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja melalui pemotongan pajak dan insentif bagi kelompok atas.
Dengan harapan bahwa keuntungan ini akan “menetes” ke lapisan masyarakat yang lebih rendah, kebijakan ini dapat menarik lebih banyak investasi dan partisipasi ekonomi.
Di dunia kripto, efek ini terlihat ketika pembelian besar oleh investor “whales” meningkatkan harga aset sehingga menarik perhatian investor kecil dan menciptakan dinamika pasar yang lebih luas.
Namun, kekurangan dari trickle down effect, antara lain, adalah potensi peningkatan ketidaksetaraan ekonomi dan risiko kerugian besar bagi investor kecil ketika “whales” menjual aset mereka secara masif.
Volatilitas yang tinggi dalam pasar kripto dapat memperburuk situasi ini, menyebabkan kerugian signifikan bagi para investor yang tidak siap.
Oleh karena itu, penting bagi para pemangku kepentingan untuk memahami risiko dan peluang yang dihasilkan dari kebijakan dan dinamika pasar ini agar dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dan memitigasi potensi dampak negatif.
FAQ: Trickle Down Effect
- Apa itu Trickle Down Effect?
Trickle down effect adalah fenomena di mana keuntungan yang diterima kelompok ekonomi atas diharapkan memberi manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.
- Bagaimana Trickle Down Effect bekerja?
Pemotongan pajak dan insentif diberikan kepada kelompok ekonomi atas, diharapkan akan menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan perekonomian secara keseluruhan.
- Apa contoh kebijakan Trickle Down Effect di dunia?
Contoh termasuk pemotongan pajak pada era George W. Bush, stimulus Herbert Hoover setelah Depresi Besar, dan kebijakan Reaganomics.
- Apakah Trickle Down Effect berlaku dalam crypto?
Ya, ketika investor besar (whales) berinvestasi besar-besaran, mereka dapat mempengaruhi harga aset kripto, memberi keuntungan bagi investor kecil.
- Apa kritik terhadap Trickle Down Effect?
Banyak kritik menyebut bahwa keuntungan dari kebijakan ini sering kali tidak menetes ke bawah dan justru memperbesar kesenjangan ekonomi.