Di tengah ramainya DeFi dan dunia kripto sepanjang 2025, Tron dan Solana jadi dua jaringan yang paling sering dibicarakan. Meski sering disandingkan, keduanya sebenarnya punya perbedaan mendasar, baik dari segi performa maupun tujuan.
Adapun popularitas Tron dan Solana terus meningkat, tetapi banyak pengguna baru masih bingung soal perbedaan fungsi utamanya.
Lewat artikel ini, kamu akan lebih mudah menentukan pilihan, yaitu lebih cocok jaringan yang murah untuk transaksi atau yang menawarkan kecepatan luar biasa? Berikut ini ulasan selengkapnya.
Asal-usul & Filosofi: Beda Arah sejak Awal
Untuk memahami arah perkembangan suatu blockchain, kita perlu melihat kembali tujuan awal kelahirannya. Dalam hal ini, Tron dan Solana tumbuh dari visi yang sangat berbeda sejak awal.
Tron didirikan oleh Justin Sun pada 2017 dengan misi mendesentralisasi internet, khususnya dalam distribusi konten digital.
Tujuannya adalah memberi kekuatan lebih besar kepada kreator agar bisa langsung menjangkau audiens tanpa perantara. Akuisisi BitTorrent pada 2018 memperkuat posisi Tron sebagai jaringan berbagi konten.
Tron juga melengkapi infrastrukturnya dengan TRON Virtual Machine (TVM) yang kompatibel dengan Ethereum, dan perlahan berkembang ke sektor DeFi dan stablecoin sebagai jaringan transaksi cepat dan murah.
Sementara itu, Solana lahir dari gagasan Anatoly Yakovenko di tahun yang sama, tetapi dengan fokus berbeda, yakni performa teknis. Yakovenko ingin menciptakan blockchain dengan kapasitas ribuan TPS dan biaya minimal.
Dengan kombinasi Proof of History dan Proof of Stake, Solana sukses menghadirkan skalabilitas tinggi dan efisiensi luar biasa.
Resmi meluncur pada 2020, Solana langsung menarik proyek-proyek DeFi, NFT, hingga game Web3. Inovasi seperti Solana Pay juga menunjukkan ambisinya merambah sektor pembayaran digital.
Dari sini jelas terlihat, Tron dibangun untuk revolusi konten, sementara Solana fokus pada kecepatan dan skalabilitas Web3.
Teknologi Jaringan: DPoS vs PoH+PoS
Meski keduanya mengadopsi sistem konsensus mutakhir, Tron dan Solana mengembangkan jaringan mereka dengan cara yang sangat berbeda, dari struktur dasar, mekanisme validasi transaksi, hingga performa kecepatan yang ditawarkan.
Tron menggunakan Delegated Proof of Stake (DPoS), di mana hanya 27 validator (super representative) yang berwenang memvalidasi blok.
Sistem ini membuat transaksi berjalan cepat dan hemat biaya, tapi juga kerap dikritik karena dianggap terlalu terpusat.
Meski begitu, model ini cocok untuk Tron yang fokus pada hiburan digital, NFT, dan pengiriman stablecoin dengan pengalaman yang ringan dan stabil.
Sementara itu, Solana memadukan Proof of History (PoH) dan Proof of Stake (PoS). PoH memungkinkan pencatatan waktu transaksi secara presisi tanpa harus menunggu sinkronisasi global sehingga mempercepat validasi.
Kombinasi ini membuat Solana mampu menangani puluhan ribu transaksi per detik dengan biaya hampir nol sehingga ideal untuk DeFi, game, dan aplikasi skala besar.
Solana juga terus berinovasi lewat Firedancer, client validator baru hasil kerja sama dengan Jump Crypto, yang dirancang untuk meningkatkan stabilitas dan skalabilitas jaringan.
Kecepatan Transaksi: Solana Ngebut, tapi Konsisten?
Dalam dunia blockchain, kecepatan bukan hanya soal TPS tinggi, tetapi juga soal menjaga performa tetap stabil di tengah padatnya aktivitas jaringan. Di sinilah Solana dan Tron menonjol, meski dengan pendekatan berbeda.
Solana memiliki reputasi sebagai salah satu jaringan tercepat, dengan kemampuan teoretis memproses hingga 65.000 transaksi per detik.
Dalam praktiknya, Solana mampu mencatat kecepatan real-time sekitar 726 TPS dan bahkan mencapai 7.229 TPS di kondisi puncak.
Dengan waktu blok kurang dari 0,5 detik, Solana menjadi favorit untuk aplikasi Web3 yang menuntut respons instan, dari game hingga DeFi.
Namun, di balik kecepatannya, Solana masih menghadapi tantangan stabilitas saat jaringan dibebani trafik tinggi. Kompleksitas teknologinya membuatnya rentan terhadap downtime, terutama pada periode lonjakan beban ekstrem.
Di sisi lain, Tron mungkin tak setinggi Solana secara teoritis, yaitu sekitar 2.516 TPS, namun dikenal sangat stabil.
Dalam kondisi nyata, Tron beroperasi di sekitar 66 TPS dan tetap konsisten, bahkan saat trafik memuncak hingga 236 TPS. Ini menjadikannya ideal untuk transfer stablecoin, konten digital, dan transaksi ringan tanpa gangguan.
Kesimpulannya, Solana unggul dalam kecepatan mentah dan skalabilitas tinggi, sementara Tron mengandalkan kestabilan dan efisiensi untuk memenuhi kebutuhan transaksi sehari-hari.
Biaya Transaksi: Tron Masih Rajanya Gas Fee Nol
Kalau bicara soal efisiensi biaya maka perlu diketahui bahwa Tron masih jadi favorit banyak pengguna kripto.
Meskipun Solana juga dikenal punya biaya transaksi super murah, Tron tetap unggul dengan gas fee yang nyaris nol, dan ini bukan sekadar klaim, tapi kenyataan di lapangan.
Adapun biaya transaksi di jaringan Solana tergolong sangat rendah, dengan rata-rata hanya sekitar $0,00025 per transaksi.
Angka ini sudah sangat efisien, apalagi mengingat kecepatan tinggi dan infrastruktur canggih yang dimilikinya. Solana jelas ideal untuk aplikasi DeFi dan game blockchain dengan volume tinggi.
Namun, Tron punya pendekatan berbeda lewat sistem Delegated Proof of Stake. Hasilnya? Biaya transaksi yang hampir tidak terasa. Karena itulah banyak platform, termasuk bursa besar, lebih memilih TRC-20 untuk pengiriman USDT.
Tidak hanya murah, tetapi juga stabil dan bisa diandalkan untuk transfer dalam jumlah besar.
Bahkan di kalangan pengguna retail dan institusi, TRC-20 sering kali jadi pilihan utama dibanding ERC-20 atau bahkan Solana, terutama saat ingin kirim USDT ke dompet pribadi atau platform lain dengan cepat dan hemat.
Intinya, Solana memang efisien, tetapi Tron tetap tidak tergoyahkan sebagai raja biaya murah dalam ekosistem stablecoin.
Ekosistem: DeFi vs Stablecoin
Meski sama-sama merupakan blockchain layer-1, Solana dan Tron menempuh jalur yang sangat berbeda saat kita melihat lebih dalam ke ekosistem masing-masing.
Solana berkembang pesat sebagai pusat inovasi DeFi dan Web3 berkecepatan tinggi. Proyek-proyek seperti Jupiter, Kamino, dan MarginFi mencerminkan ekosistem yang aktif, dinamis, dan ramah untuk para trader.
Ditambah lagi dengan NFT marketplace dan GameFi yang memanfaatkan kecepatan transaksi di bawah satu detik, Solana benar-benar dirancang untuk aplikasi berskala besar dan intensif.
Dengan arsitektur Proof-of-History, lebih dari 1.000 validator, dan 5.000.000 transaksi harian, Solana jadi pilihan utama untuk aplikasi real-time, dApps kompleks, serta ekosistem DeFi yang terus berkembang.
Di sisi lain, Tron mengambil pendekatan yang lebih sederhana tapi efisien. Fokus utamanya adalah pengiriman uang murah dan cepat, terutama lewat dominasi USDT berbasis TRC-20.
Walaupun memiliki platform DeFi sendiri seperti JustLend, kekuatan utama Tron tetap di efisiensi transfer stablecoin lintas negara dengan biaya nyaris nol dan waktu blok 3 detik.
Itulah mengapa Tron banyak dipilih oleh pemula, bursa, dan dompet kripto sebagai solusi pembayaran harian.
Singkatnya, Solana lebih cocok untuk kamu yang ingin terjun ke dunia DeFi dan Web3 secara aktif. Sedangkan Tron pas untuk kebutuhan transfer stablecoin cepat, murah, dan stabil.
Keamanan & Sentralisasi: Stabil vs Transparan
Kecepatan dan biaya rendah memang menggoda, tetapi semuanya jadi sia-sia jika jaringan tidak aman atau terlalu tersentralisasi. Inilah dilema yang muncul saat membandingkan Solana dan Tron, antara stabilitas dan desentralisasi.
Solana dikenal super cepat dengan waktu blok 0,4 detik dan finalitas 12,8 detik. Sangat ideal digunakan untuk aplikasi yang menuntut respons cepat dan performa tinggi.
Namun, performa tinggi ini pernah menimbulkan masalah, yang dalam hal ini, beberapa kali Solana mengalami downtime.
Untuk mengatasinya, kini Solana mengembangkan Firedancer, client validator baru yang dirancang agar lebih stabil dan skalabel hingga puluhan ribu TPS.
Dari sisi desentralisasi, Solana punya lebih dari 1.000 validator dan Nakamoto Coefficient sebesar 21—cukup tinggi. Tapi karena beberapa keputusan besar masih dilakukan secara off-chain, aspek tata kelolanya kadang dinilai kurang terbuka.
Sementara itu, Tron unggul dalam hal stabilitas. Sejak 2018, jarang ada gangguan besar. Waktu bloknya memang 3 detik dan finalitasnya sekitar 57 detik, tapi dalam hal konsistensi, Tron bisa diandalkan, terutama untuk transfer stablecoin.
Namun, di balik stabilitas itu, desentralisasinya terbatas. Tron hanya memiliki 27 validator dan Nakamoto Coefficient sebesar 5. Walaupun menggunakan sistem governance on-chain, keputusan utama tetap terkonsentrasi di sedikit pihak.
Kalau kamu mengutamakan desentralisasi dengan performa yang terus dikembangkan, Solana lebih pas. Tapi jika stabilitas dan keandalan jaringan jadi prioritas utama, Tron bisa memberi kenyamanan lebih, dengan risiko sentralisasi yang lebih tinggi.
Market Cap, Likuiditas, dan Posisi Pasar
Di tengah persaingan ketat antar blockchain Layer 1, Solana dan Tron muncul sebagai dua nama besar dengan keunggulan masing-masing.
Keduanya sama-sama menawarkan transaksi cepat dan biaya rendah, tetapi membangun ekosistem dengan pendekatan yang sangat berbeda, membentuk citra dan nilai pasar yang kontras.
Adapun dari sisi performa pasar, Solana unggul jauh dalam hal kapitalisasi dan harga token.
Berdasarkan data CoinMarketCap per 28 Juli 2025, harga SOL berada di kisaran $189–$190, dengan market cap mencapai sekitar $102.000.000.000 dan suplai beredar sekitar 538.000.000 token.
Angka ini menunjukkan kuatnya minat investor terhadap Solana, terutama karena ekosistemnya yang aktif di sektor DeFi, NFT, dan GameFi. Mekanisme konsensus Proof of History yang dimilikinya juga menjadi daya tarik utama bagi para pengembang.
Di sisi lain, Tron menonjol sebagai jaringan pembayaran yang efisien. Meski harga TRX hanya sekitar $0,31 dengan market cap $29.300.000.000 dan suplai beredar 94.700.000.000 token, Tron sangat dominan dalam volume transaksi stablecoin.
Jaringan ini menjadi andalan utama untuk transfer USDT berbasis TRC-20, dengan volume bulanan lebih dari $600.000.000.000. Hal ini menjadikan Tron sebagai infrastruktur kunci dalam ekosistem stablecoin global.
Perbedaan fokus inilah yang menjelaskan mengapa Solana unggul dalam valuasi, sementara Tron tetap relevan melalui kekuatan di sektor pembayaran.
Solana berkembang sebagai platform inovatif untuk Web3, sedangkan Tron menguasai sektor transfer nilai yang cepat dan murah.
Mana yang Cocok Buat Kamu?
Pada akhirnya, pilihan antara Solana dan Tron sangat ditentukan oleh siapa kamu di dunia kripto dan apa tujuanmu di dalamnya.
Jika kamu pemula yang ingin transaksi cepat, murah, dan mudah maka Tron bisa jadi pilihan ideal. Blockchain ini ramah bagi pengguna baru dan populer di dunia hiburan digital karena mendukung konten kreator dengan biaya rendah.
Namun, jika kamu seorang developer atau trader DeFi yang membutuhkan performa tinggi maka Solana lebih cocok. Jaringannya sangat cepat, murah, dan lebih terdesentralisasi, ideal untuk membangun aplikasi Web3 yang kompleks.
Jadi, sesuaikan pilihanmu dengan tujuan, apakah efisiensi sederhana bersama Tron, atau eksplorasi Web3 yang lebih luas bersama Solana.
Kesimpulan: Tron vs Solana Nggak Harus Saling Bunuh
Nah, itulah tadi pembahasan menarik tentang Perbandingan Tron vs Solana 2025: Pilih Gas Fee Murah atau TPS Gila, yang dapat kamu baca selengkapnya di Akademi crypto di INDODAX Academy.
Sebagai kesimpulan, Tron dan Solana bukan dua proyek yang harus saling menjatuhkan. Sebaliknya, keduanya hadir untuk menjawab kebutuhan yang berbeda dalam ekosistem blockchain.
Solana unggul dari sisi kecepatan, inovasi, dan keberagaman proyek Web3. Sementara itu, Tron menonjol lewat efisiensi biaya, kestabilan jaringan, serta perannya yang kuat dalam transfer stablecoin.
Pada tahun 2025, keduanya punya tempat masing-masing, bukan soal siapa yang terbaik, melainkan siapa yang paling sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Oya. selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram??
FAQ
- Apa perbedaan utama antara Tron dan Solana?
Tron dirancang untuk efisiensi transaksi dan dominasi stablecoin seperti USDT, sementara Solana dibangun untuk kecepatan tinggi dan mendukung ekosistem dApps, DeFi, dan NFT. Tujuannya beda, teknologinya pun beda.
- Mana yang lebih cepat untuk transaksi: Solana atau Tron?
Solana jauh lebih cepat secara TPS, mencapai lebih dari 65.000 TPS. Tron lebih lambat di angka ±2.500 TPS, tapi stabil dan sangat efisien untuk transaksi ringan seperti transfer stablecoin.
- Mana yang lebih murah untuk transfer kripto?
Tron (TRC-20) masih jadi rajanya transfer murah—biayanya nyaris nol. Solana juga sangat murah, tapi masih sedikit di atas Tron, sekitar $0.00025 per transaksi.
- Apakah bisa staking di Tron dan Solana?
Bisa. Di Tron, kamu bisa staking TRX dan voting ke Super Representatives untuk dapat reward. Di Solana, kamu bisa staking SOL melalui validator atau platform seperti Marinade dan Lido.
- Mana yang lebih cocok untuk dApps dan DeFi?
Solana unggul untuk dApps dan DeFi karena kecepatannya yang tinggi dan ekosistem yang matang. Tron lebih cocok untuk transfer dan pinjaman sederhana dengan biaya rendah.
- Mana yang lebih aman, Tron atau Solana?
Tron unggul dalam stabilitas jaringan dan hampir tidak pernah mengalami downtime. Solana sempat beberapa kali down, tapi sudah diperkuat lewat client baru seperti Firedancer yang dikembangkan oleh Jump Crypto.
- Apakah Tron dan Solana cocok untuk pemula?
Tron cocok untuk pemula yang butuh kirim stablecoin dengan biaya murah. Solana lebih cocok untuk pengguna yang ingin menjelajah DeFi, NFT, dan fitur Web3 lainnya.
- Mana yang lebih populer di tahun 2025?
Solana unggul dari sisi kapitalisasi pasar dan ekosistem Web3. Tapi Tron tetap kuat dari sisi volume transaksi USDT dan adopsi global di wilayah seperti Asia Tenggara.
- Apakah Solana dan Tron bersaing secara langsung?
Tidak sepenuhnya. Solana fokus pada performa smart contract, sedangkan Tron fokus pada efisiensi transfer dan adopsi massal. Mereka lebih ke beda jalur daripada saling bunuh.
- Apakah bisa beli Tron dan Solana di Indodax?
Tentu bisa! Keduanya tersedia dan aktif diperdagangkan di Indodax Market. Kamu bisa beli TRX dan SOL dengan rupiah secara instan dan aman.
Author: Boy