Kamu mungkin sering dengar istilah ekonomi yang terdengar rumit, padahal praktiknya dekat sekali dengan keseharian. Salah satunya Marginal Propensity to Consume (MPC). Kalau kamu sudah pernah baca soal cara mengatur keuangan pribadi, gampang melihat kaitannya: bayangkan kamu menerima tambahan pendapatan dari bonus kerja. Apakah seluruhnya kamu belanjakan, atau sebagian kamu simpan? Pilihan sederhana itu sudah menggambarkan MPC. Dari titik ini, kita akan mengupas tuntas makna, rumus, contoh, sampai relevansinya bagi kebijakan, pasar, dan bahkan aset kripto—dengan alur yang mengalir agar enak dibaca.
Pengertian Marginal Propensity to Consume (MPC)
Setelah memahami konteks keseharian di atas, sekarang kita masuk ke definisinya. MPC adalah porsi dari tambahan pendapatan yang kamu belanjakan untuk konsumsi, bukan yang kamu simpan. Secara formal, MPC dihitung melalui:

dengan ?C adalah perubahan konsumsi, dan ?Yd adalah perubahan pendapatan disposabel (pendapatan setelah pajak). Penting untuk membedakan MPC dari APC (Average Propensity to Consume). Sama halnya ketika kamu mempelajari perbedaan investasi dan tabungan, konsep konsumsi dan simpanan ini saling melengkapi. Kalau MPC melihat perubahan konsumsi ketika pendapatan bertambah, APC melihat rata-rata bagian pendapatan yang dihabiskan untuk konsumsi. Perbedaan lain yang tidak kalah penting adalah MPS (Marginal Propensity to Save), yaitu porsi tambahan pendapatan yang kamu simpan. Secara identitas, MPC + MPS = 1.
Dengan pemahaman dasar ini, pertanyaannya: dari mana konsep ini berasal dan kenapa sangat berpengaruh hingga sekarang?
Akar Konsep: Dari Keynes ke Riset Modern
Pembahasan formal MPC bermula dari pemikiran John Maynard Keynes pada 1936 melalui The General Theory of Employment, Interest, and Money. Di tengah gejolak ekonomi besar saat itu, Keynes menegaskan bahwa ketika pendapatan meningkat, konsumsi juga naik, tetapi tidak satu banding satu. Intuisi inilah yang melahirkan MPC dan menjadi fondasi pengganda (multiplier) dalam kebijakan fiskal.
Seiring waktu, riset modern memperkaya konsep ini. Teori life-cycle dan permanent-income menekankan ekspektasi masa depan, akses kredit, hingga ketidakpastian pendapatan. Temuan empiris terbaru juga menunjukkan MPC berbeda menurut jenis kejutan pendapatan: transfer tunai cenderung memicu konsumsi lebih tinggi daripada kenaikan kekayaan di atas kertas (misalnya nilai aset finansial yang naik tapi belum direalisasi). Dari sejarah ke riset mutakhir, satu pesan konsisten: MPC sangat kontekstual.
Setelah tahu asal-usulnya, kamu tentu ingin menghitungnya dengan benar di kasus nyata.
Rumus dan Cara Menghitung MPC: Langkah demi Langkah
Supaya konkret, ambil contoh sederhana. Misalkan pada bulan ini pendapatan disposabel kamu naik Rp1.000.000. Karena ada kebutuhan harian dan rencana kecil, konsumsi kamu naik Rp800.000. Maka:

Artinya, dari setiap tambahan Rp1 pendapatan, rata-rata kamu membelanjakan Rp0,80 dan menyimpan Rp0,20. Dalam praktik, banyak analis juga menggunakan data gabungan untuk memperkirakan MPC per kelompok pendapatan, wilayah, atau periode tertentu. Di Indonesia, misalnya, survei menunjukkan APC (bukan MPC) yang tinggi; sebagai gambaran, pada 2024 porsi rata-rata pendapatan yang dibelanjakan sempat berada di kisaran tiga per empat pendapatan. Angka ini tidak otomatis MPC, tetapi memberi sinyal kuat bahwa konsumsi memegang peranan besar.
Perhitungan dasar di atas membawa kita pada pertanyaan yang lebih luas: mengapa MPC begitu sentral dalam ekonomi dan pengambilan keputusan publik?
Kenapa MPC Penting untuk Kebijakan dan Pasar
Begitu kamu bisa mengestimasikan MPC, kamu dapat menilai seberapa efektif kebijakan fiskal. Ketika pemerintah menyalurkan bantuan langsung atau pemotongan pajak, rumah tangga dengan MPC tinggi akan lebih banyak membelanjakan tambahan pendapatan. Pola ini mirip dengan efek stimulus fiskal yang sering dibahas dalam ekonomi makro sehingga dampak pengganda terhadap aktivitas ekonomi menjadi lebih kuat. Sebaliknya, MPC rendah menunjukkan kecenderungan menabung lebih besar, sehingga efek pengganda ke permintaan agregat lebih kecil.
Bagi pelaku pasar, MPC membantu membaca daya beli dan siklus konsumsi. Peritel, produsen barang kebutuhan, hingga layanan digital bisa memetakan kapan dan pada segmen apa pengeluaran rumah tangga paling responsif terhadap perubahan pendapatan. Bagi perencana keuangan, MPC membantu menyusun strategi alokasi tambahan pendapatan agar konsumsi dan tabungan seimbang.
Gambaran makro ini membuka ruang diskusi lebih dalam: apa yang membuat MPC satu kelompok berbeda dengan kelompok lainnya?
Faktor yang Membuat MPC Berbeda-beda
Setelah melihat fungsinya, sekarang kita bedah pendorong variasi MPC. Tingkat pendapatan adalah faktor pertama: rumah tangga berpendapatan rendah cenderung memiliki MPC lebih tinggi karena kebutuhan dasar belum sepenuhnya terpenuhi. Akses kredit mempengaruhi kemampuan smooth consumption: ketika pinjaman mudah diakses, tambahan pendapatan bisa tidak serta-merta dihabiskan karena kebutuhan sudah ditalangi sebelumnya. Ekspektasi juga krusial; jika kamu memperkirakan pendapatan akan lebih kuat ke depan, kamu mungkin berani menambah konsumsi sekarang. Inflasi dan ketidakpastian turut berperan: harga yang naik atau suasana ekonomi yang rawan mendorong orang untuk menahan konsumsi.
Temuan ringkas dari sejumlah riset domestik menunjukkan bahwa perubahan kondisi seperti pandemi sempat menekan kecenderungan belanja tambahan di berbagai provinsi. Artinya, MPC tidak statis. Ia bergerak mengikuti siklus, sentimen, dan kebijakan.
Ketika aset finansial makin umum dimiliki, faktor baru ikut bermain: bagaimana naik turunnya nilai aset mempengaruhi konsumsi?
MPC di Era Kripto: Ketika Nilai Aset Naik Turun
Dari temuan empiris beberapa tahun terakhir, kenaikan nilai kekayaan kripto berkorelasi dengan peningkatan konsumsi rumah tangga, walau besarnya lebih kecil daripada jika rumah tangga menerima pendapatan tunai. Secara rata-rata, sebagian studi menemukan MPC dari crypto wealth berkisar sekitar 0,09; artinya, setiap kenaikan nilai kekayaan kripto 1 unit mata uang mendorong konsumsi sekitar 9 persen dari kenaikan itu. Hal ini berkaitan erat dengan fenomena wealth effect kripto yang juga mempengaruhi minat belanja investor saat pasar menguat. Menariknya, sebagian riset membandingkan bahwa respons konsumsi dari keuntungan kripto bisa lebih dari dua kali respons dari keuntungan saham, meski tetap di bawah MPC dari transfer tunai.
Apa implikasinya bagimu? Jika kamu investor kripto yang mengalami unrealized gain, dorongan untuk menambah konsumsi biasanya ada, tetapi terbatas. Volatilitas tinggi dan ketidakpastian pajak atau regulasi membuat banyak orang tetap berhati-hati. Intinya, wealth effect dari kripto nyata, namun tidak setajam cash flow shock. Pemahaman ini membantu kamu menyusun keputusan konsumsi yang lebih rasional saat pasar menguat.
Memahami dinamika ini perlu dibarengi sikap kritis: kapan MPC menipu pembaca data?
Kelebihan dan Keterbatasan MPC: Jangan Disalahartikan
Kekuatan MPC adalah kesederhanaan dan ketepatan sasaran jangka pendek. Ia sangat membantu pemerintah, analis, dan pelaku usaha membaca respons konsumsi atas perubahan pendapatan. Namun, ada keterbatasan penting. Pertama, MPC itu lokal dan kontekstual: angka di satu periode/segmen tidak serta-merta berlaku di periode/segmen lain. Kedua, non-linearitas: rumah tangga bisa merespons kecil pada kenaikan pendapatan yang sangat sementara, tetapi merespons lebih besar pada kenaikan yang dirasa berkelanjutan. Ketiga, pengukuran: jika data konsumsi dan pendapatan tidak sinkron (misalnya karena timing pencatatan), estimasi bisa bias.
Dengan kesadaran batasan ini, kamu bisa menggunakan MPC secara cerdas, bukan sekadar mengutip satu angka.
Selanjutnya, kita lihat bagaimana MPC dipakai dalam skenario nyata di Indonesia—dari kebijakan sampai strategi bisnis.
Contoh Aplikasi: Dari BLT sampai Kampanye Pemasaran
Agar tidak abstrak, bayangkan beberapa situasi. Pertama, kebijakan bantuan sosial. Ketika pemerintah menyalurkan bansos atau BLT, MPC yang relatif tinggi pada kelompok sasaran berarti pengeluaran belanja rumah tangga meningkat cepat, mendukung pemulihan ekonomi. Kedua, strategi ritel dan F&B. Jika data internal menunjukkan pelanggan dengan profil tertentu punya MPC tinggi setelah gajian atau menerima bonus, kamu bisa merancang promosi waktu terbatas pada rentang hari tersebut. Ketiga, perencanaan keuangan personal. Mengetahui MPC dirimu membantu menentukan porsi tambahan pendapatan yang ideal untuk konsumsi, tabungan likuid, dan investasi. Jika kamu tertarik, ada juga panduan cara investasi kripto untuk pemula yang bisa melengkapi pemahaman ini—terutama saat ada windfall.
Dari contoh-contoh ini, kamu melihat bahwa MPC bukan konsep menara gading. Ia praktis, selama dibaca dengan sudut pandang yang tepat.
Untuk melengkapi bekal konsep, mari ringkas relasi MPC dengan istilah lain yang sering berseliweran.
Ringkasan Rumus Terkait: MPS, APC, dan Multiplier
Sesudah berkutat dengan contoh, bagian ini menutup sisi teknis yang sering ditanyakan. MPS (Marginal Propensity to Save) adalah pasangan MPC, sehingga MPC + MPS = 1. APC (Average Propensity to Consume) berbeda dari MPC karena menilai proporsi konsumsi terhadap pendapatan secara rata-rata, bukan perubahan. Dalam kerangka kebijakan, pengganda fiskal sering diturunkan dari MPC; makin tinggi MPC, umumnya makin besar efek pengganda belanja pemerintah terhadap output, dengan catatan kondisi ekonomi dan kapasitas produksi mendukung.
Rangkuman teknis ini menjadi jembatan ke penutup: bagaimana kamu sebaiknya memaknai MPC setelah membaca artikel ini?
Kesimpulan
Pada akhirnya, MPC adalah ukuran seberapa besar tambahan pendapatan kamu belanjakan. Konsep ini lahir dari pemikiran Keynes, berkembang melalui teori dan riset modern, lalu terbukti relevan untuk menilai efektivitas kebijakan, membaca siklus konsumsi, dan memahami perilaku belanja di tengah maraknya kepemilikan aset finansial, termasuk kripto. Di Indonesia, peran konsumsi yang besar tercermin pada tingginya porsi pendapatan yang dihabiskan, meski nilai itu bukan MPC secara langsung. Riset terbaru juga menunjukkan bahwa wealth effect dari kripto nyata adanya, walau responnya lebih kecil daripada aliran kas tunai.
Bagi kamu, memahami MPC bukan sekadar menghafal rumus. Ini adalah kerangka berpikir untuk membuat keputusan belanja dan simpan yang lebih bijak, sekaligus kacamata untuk menilai kebijakan dan dinamika pasar secara lebih jernih.
Itulah informasi menarik tentang Marginal propensity to consume yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market.
Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan. Segera register di INDODAX dan lakukan KYC dengan mudah untuk mulai trading crypto lebih aman, nyaman, dan terpercaya!
Kontak Resmi Indodax
Nomor Layanan Pelanggan: (021) 5065 8888 | Email Bantuan: [email protected]
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
1. Apa yang dimaksud dengan Marginal Propensity to Consume?
MPC adalah rasio perubahan konsumsi terhadap perubahan pendapatan disposabel. Ia menunjukkan seberapa besar tambahan pendapatan yang kamu habiskan untuk konsumsi.
2. Apa bedanya MPC dengan APC?
MPC melihat perubahan konsumsi saat pendapatan bertambah, sedangkan APC melihat rata-rata porsi pendapatan yang dihabiskan untuk konsumsi pada suatu periode.
3. Apa hubungan MPC dan MPS?
Keduanya saling melengkapi. MPC + MPS = 1 karena setiap tambahan pendapatan hanya punya dua tujuan: dikonsumsi atau ditabung.
4. Apakah MPC bisa lebih dari 1 atau negatif?
Dalam kasus ekstrem, bisa. Jika tambahan pendapatan kecil tapi konsumsi melonjak karena akses kredit atau menarik tabungan, MPC sesaat dapat melebihi 1. Jika tambahan pendapatan diikuti pengurangan konsumsi (misalnya karena kejutan negatif lain), MPC bisa mendekati nol atau negatif. Namun, dalam banyak studi, rentangnya berada di antara 0 dan 1.
5. Apa temuan riset terbaru soal MPC?
Eksperimen 2025 mendapati MPC bulanan sekitar 0,23 untuk transfer tunai jangka pendek, dan bisa lebih tinggi ketika ada batas waktu penggunaan. Meta-analisis lintas studi memberi angka sekitar 0,35 per kuartal, dengan variasi besar antar konteks.
6. Bagaimana dengan kripto, apakah mempengaruhi konsumsi?
Ya. Sejumlah studi menemukan kenaikan nilai kekayaan kripto mendorong konsumsi, dengan estimasi MPC sekitar 0,09 dan respons yang relatif lebih besar daripada keuntungan saham, namun tetap lebih kecil dibandingkan transfer tunai.
7. Bagaimana menghitung MPC untuk kasus pribadi atau bisnis kecil?
Bandingkan konsumsi dan pendapatan sebelum dan sesudah sebuah peristiwa yang menambah pendapatan (bonus, komisi, promosi). Hitung selisih konsumsi dibagi selisih pendapatan disposabel. Untuk ketelitian, pastikan periode dan sumber datanya konsisten.
8. Kenapa angka MPC bisa berbeda antar wilayah atau waktu?
Perbedaan biaya hidup, akses kredit, ekspektasi, ketidakpastian, dan kebijakan lokal membuat respons konsumsi atas tambahan pendapatan tidak sama. Periode krisis, misalnya, cenderung menurunkan MPC karena orang lebih berhati-hati.