Face ID Bisa Dibobol? Fakta yang Harus Kamu Tahu!
icon search
icon search

Top Performers

Face ID Bisa Dibobol? Fakta yang Harus Kamu Tahu!

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

Face ID Bisa Dibobol? Fakta yang Harus Kamu Tahu!

Face ID Bisa Dibobol? Fakta yang Harus Kamu Tahu!

Daftar Isi

Kamu mungkin sudah terbiasa membuka iPhone cukup dengan menatap layar. Cepat, praktis, dan terasa aman. Namun, era AI yang serba canggih membawa pertanyaan besar: apakah Face ID benar-benar kebal dibobol? Di artikel ini, kita kupas tuntas konsep, cara kerja, hingga studi kasus nyata—lengkap dengan risiko baru seperti deepfake dan implikasinya ke keamanan finansial serta kripto. Tujuannya sederhana: kamu bisa tetap menikmati kemudahan Face ID, sambil menjaga aset digital dengan kepala dingin.

 

Face ID Itu Apa, dan Kenapa Penting di 2025?

Sebelum masuk ke risiko, kamu perlu gambaran utuh tentang teknologinya. Face ID adalah sistem autentikasi biometrik berbasis pengenalan wajah 3D yang diperkenalkan Apple sejak iPhone X, mirip dengan bagaimana biometrik kripto mulai dipakai untuk otentikasi di beberapa layanan digital. Ia bukan sekadar “kamera depan yang pintar”, melainkan perpaduan sensor, cahaya inframerah, dan pemrosesan berbasis pembelajaran mesin untuk memverifikasi bahwa memang kamu yang berada di depan perangkat.

Popularitas Face ID meluas karena integrasinya yang dalam di iPhone dan iPad: membuka kunci perangkat, menyetujui pembayaran (mis. Apple Pay), mengakses kata sandi tersimpan, hingga login ke aplikasi. Dari sisi pengalaman pengguna, wajar jika teknologi ini terasa seperti standar baru. Namun di balik semua kenyamanan itu, ada arsitektur teknis yang perlu kamu pahami agar bisa menilai batas aman penggunaannya.

Setelah tahu perannya, kita bedah sebentar bagaimana Face ID bekerja, karena disitulah letak kekuatan sekaligus keterbatasannya.

 

Bagaimana Cara Kerja Face ID (TrueDepth di Balik Layar)

Face ID mengandalkan sistem kamera TrueDepth. Ketika kamu menatap layar, proyektor inframerah menembakkan ribuan titik ke wajahmu. Sensor kemudian menangkap pantulan titik-titik itu untuk membangun peta kedalaman 3D yang sangat detail, disertai citra inframerah 2D sebagai pelengkap. Hasil pemindaian diolah menjadi representasi matematis (template) yang dibandingkan dengan template yang tersimpan secara terlindungi di Secure Enclave—sebuah modul keamanan di dalam chip perangkat.

 

Ada beberapa implikasi penting buat kamu:

  • Data wajah disimpan lokal di perangkat, bukan di server Apple.

  • Prosesnya terenkripsi dan diisolasi pada tingkat perangkat keras.

  • Sistemnya adaptif: Face ID belajar perubahan wajar pada wajah—seperti kumis, kacamata, hingga masker (dengan syarat tertentu)—agar tetap mengenali kamu.

 

Rancangan seperti ini membuat Face ID relatif kuat. Tapi “kuat” tidak sama dengan “mustahil ditembus”.

 

Keunggulan Face ID Dibanding Sidik Jari dan Passcode

Dari klaim pabrikan dan pengujian publik, probabilitas salah cocok (false match) Face ID berada di kisaran 1 banding 1.000.000 dalam skenario normal—lebih baik dibanding sensor sidik jari generasi sebelumnya. Kelebihan lainnya adalah kenyamanan: kamu bisa menyetujui transaksi, mengisi kata sandi, dan masuk ke aplikasi tanpa mengetik apa pun.

Di sisi lain, passcode tetap esensial sebagai lapisan cadangan, sama pentingnya dengan punya password kuat untuk melindungi akun exchange dan wallet kamu. Kombinasi biometrik + passcode dibutuhkan agar kenyamanan tidak mengorbankan ketangguhan. Kamu akan melihat sebentar lagi, bahwa beberapa skenario di lapangan membuktikan tidak ada sistem yang benar-benar kebal.

Mari bergeser ke kenyataan lapangan—kasus-kasus yang menunjukkan celah.

 

Studi Kasus: Ketika Face ID Ternyata Bisa Dibuka Orang Lain

Sejak hari pertama dirilis, klaim Apple soal Face ID begitu meyakinkan: “satu banding sejuta kemungkinan salah cocok”. Tapi kenyataan di lapangan cepat memberi tamparan. Ada momen-momen ketika perangkat bernilai belasan juta rupiah bisa terbuka oleh orang yang seharusnya tidak berhak.

Kasus paling terkenal muncul pada 2017. Tim peneliti keamanan dari Vietnam mendemonstrasikan mask attack—sebuah topeng 3D yang dipadukan dengan potongan cetak 2D di area mata dan mulut. Hasilnya mengejutkan: iPhone X bisa terbuka. Memang, teknik ini tidak mudah ditiru pengguna awam, tapi satu hal jelas: Face ID bukan benteng absolut.

Tak lama kemudian, sebuah video viral di 2018 memperlihatkan anak 10 tahun yang bisa membuka iPhone ibunya hanya karena wajahnya cukup mirip. Situasi sederhana ini mengguncang keyakinan banyak orang. Jika seorang anak bisa melakukannya tanpa trik khusus, bagaimana dengan orang dewasa yang sengaja memanfaatkan kemiripan?

Dan jangan lupakan fenomena kembar identik. Apple sendiri secara terbuka mengakui: Face ID memang lebih rentan ketika berhadapan dengan wajah kembar. Artinya, bagi sebagian orang, kata “unik” dalam biometrik wajah tidak benar-benar berlaku.

Semua ini memaksa Apple memperketat algoritme: mulai dari deteksi “attention” (memastikan mata terbuka dan fokus ke layar), hingga evaluasi “liveness” untuk membedakan wajah asli dari tiruan. Tapi pelajaran utamanya tidak berubah—aman tidak berarti kebal.

Itu cerita masa lalu ketika teknologi baru diperkenalkan. Pertanyaannya sekarang, di 2025, dengan hadirnya AI generatif dan deepfake super realistis, apakah risiko ini semakin kecil atau justru makin besar?

 

Era AI & Deepfake: Ancaman Baru untuk Pengenalan Wajah

Jika dulu Face ID hanya diuji dengan topeng atau kemiripan genetik, sekarang ada musuh baru yang jauh lebih licik: deepfake. Dengan AI generatif, wajah dan suara kamu bisa ditiru secara meyakinkan hanya dari potongan video singkat di media sosial.

Bayangkan, ada seseorang yang menelpon keluargamu lewat video call dengan wajah dan suara yang terlihat persis seperti kamu. Mereka bisa memohon untuk “tolong buka HP sebentar” atau “setujui transaksi penting”. Ini bukan lagi fiksi. OJK mencatat lebih dari 70 ribu kasus penipuan berbasis AI di Indonesia sepanjang 2024, mulai dari kloning suara untuk scam, hingga manipulasi wajah untuk mengelabui identitas—situasi yang mirip dengan meningkatnya kasus penipuan kripto yang memanfaatkan social engineering.

Dari sisi teknis, penelitian menunjukkan bahwa serangan spoofing digital—dari video rekayasa hingga topeng 3D berbasis printer—masih bisa menjebol sebagian sistem face recognition yang tidak dilengkapi deteksi kedalaman dan liveness. Face ID memang punya proteksi lebih kuat: kamera TrueDepth, analisis perhatian mata, hingga Secure Enclave. Tapi masalahnya, penyerang jarang menyerang algoritme langsung. Mereka memilih jalur lain: malware di ponsel, jailbreak, atau murni memaksa kamu untuk mengarahkan wajah ke layar.

Artinya, ancaman deepfake bukan sekadar masalah teknologi, tapi juga masalah ekosistem dan psikologi. Kamu bisa punya sistem biometrik tercanggih, tapi jika sekali terpancing, wajahmu sendiri bisa jadi kunci yang dipakai melawan kamu.

Ancaman global ini makin relevan karena di Indonesia, penggunaan face recognition di stasiun, sekolah, hingga kampus juga sedang menuai kontroversi soal keamanan dan privasi data.

 

Indonesia: Face Recognition di Stasiun, Sekolah, dan Kekhawatiran Privasi

Kalau di luar negeri Face ID jadi standar iPhone, di Indonesia wajahmu juga mulai dijadikan tiket. Misalnya di stasiun kereta, kamu bisa lewat gate boarding hanya dengan menatap kamera. Di beberapa sekolah dan kampus, absensi juga sudah pakai pengenalan wajah. Cepat, praktis, seolah masa depan sudah datang lebih awal.

Tapi kecepatan itu punya harga. Viral di media sosial, seorang penumpang KAI mengeluh karena merasa “dipaksa” menyerahkan wajahnya tanpa pilihan lain. Banyak yang bertanya: data wajah ini sebenarnya disimpan di mana? Berapa lama? Siapa yang mengakses? Dan apakah bisa dihapus jika pengguna tak setuju?

Isu privasi makin kencang karena regulasi kita masih abu-abu. Memang ada UU PDP, tapi biometrik wajah belum punya payung aturan spesifik. Akibatnya, kekhawatiran wajar muncul: bagaimana kalau data bocor? Bagaimana kalau wajahmu dipakai untuk kepentingan komersial atau, lebih buruk lagi, jatuh ke tangan penipu yang mengkombinasikannya dengan deepfake?

Di sinilah pentingnya membedakan. Face ID milik Apple berbeda: data wajah kamu terenkripsi dan tersimpan lokal di Secure Enclave, bukan di server. Tapi persepsi publik sering tidak peduli detail teknis. Bagi banyak orang, semua yang bernama “teknologi wajah” dianggap rawan. Dan sentimen ini mempengaruhi kepercayaan: apakah kamu merasa aman menggunakan Face ID untuk hal-hal penting, atau justru makin ragu?

Nah, kalau konteks lokal saja sudah menuai perdebatan, wajar kalau kita tarik pembahasan ke ranah yang lebih personal: keamanan finansial dan kripto yang langsung menyangkut asetmu sendiri.

 

Face ID untuk Finansial & Kripto: Praktis, tapi Jangan Jadi Satu-Satunya Tameng

Kenyamanan biometrik bikin banyak orang terlena. Bayangkan: cukup sekali tatap layar, kamu sudah bisa masuk ke aplikasi bank, e-wallet, bahkan exchange kripto. Nggak perlu lagi repot ketik password panjang. Praktis? Jelas. Tapi kalau kamu mengandalkan Face ID sendirian, sama saja seperti mengunci pintu rumah tapi membiarkan jendela terbuka lebar.

Kasus nyata membuktikan bahwa masalah bukan selalu di Face ID, tapi di ekosistem sekitarnya. Jika ponselmu terinfeksi malware atau di-jailbreak, lapisan keamanan itu bisa dimanipulasi. Bayangkan skenario: kamu dipancing klik tautan phising, lalu aplikasi palsu meminta konfirmasi Face ID. Sekali tatap, transaksi bisa langsung dieksekusi tanpa kamu sadari.

Di dunia kripto, risikonya lebih gila lagi. Aset yang kamu simpan bisa berpindah dalam hitungan detik—dan tidak ada bank sentral yang bisa membatalkan transaksi, sama seperti ketika kamu salah kirim aset di trading kripto. Karena itu, Face ID sebaiknya diperlakukan hanya sebagai kunci depan, bukan brankas utama.

 

Apa artinya buat kamu? Gunakan lapisan tambahan:

  • Aktifkan 2FA berbasis aplikasi authenticator untuk setiap exchange atau wallet.

  • Tetap pasang passcode kuat yang sulit ditebak.

  • Jaga kebersihan digital: jangan berbagi perangkat, jangan asal klik tautan, dan waspadai aplikasi yang tiba-tiba minta autentikasi wajah.

 

Dengan kombinasi ini, Face ID tetap bisa memberi kenyamanan, tapi tidak jadi satu-satunya tameng. Karena pada akhirnya, kenyamanan yang tidak diimbangi kewaspadaan adalah undangan terbuka bagi penyerang.

Dan di titik ini, jelas terlihat: Face ID bukan “jawaban akhir”, melainkan salah satu bagian dari strategi keamanan berlapis yang kamu kendalikan sendiri.

 

Panduan Aman Pakai Face ID Sehari-hari

Pertama, posisikan Face ID sebagai lapisan, bukan satu-satunya pelindung. Aktifkan passcode yang kuat dan 2FA di layanan penting—khususnya akun keuangan dan kripto, sama halnya dengan menerapkan keamanan wallet kripto. Ini membuat pencuri akses tetap terhenti di gerbang kedua.

Kedua, jaga perangkat tetap bersih: hindari jailbreak, rutin perbarui iOS, dan pilih aplikasi dari pengembang tepercaya. Banyak serangan memanfaatkan celah sistem yang sudah ditambal, tapi kamu belum memperbarui.

Ketiga, hati-hati saat servis perangkat. Pastikan pusat layanan resmi dan prosesnya transparan. Kamu berhak menonaktifkan sementara autentikasi biometrik selama perangkat tidak dalam kendalimu.

Keempat, perhatikan sinyal “Face ID tidak tersedia” atau penurunan akurasi tiba-tiba. Ini bisa indikasi masalah perangkat keras atau perangkat lunak. Segera lakukan diagnosis resmi agar tidak memaksa kebiasaan yang mempertaruhkan keamanan.

Kelima, waspadai social engineering. Penipu bisa memanfaatkan video call, pesan mendesak, atau skenario darurat palsu agar kamu “menatap layar” pada momen tertentu. Ingat, target mereka bukan hanya algoritme, tetapi juga reaksi manusia.

Dengan kebiasaan ini, kamu bisa menekan risiko tanpa harus melepaskan kenyamanan.

 

Kesimpulan: Aman Bukan Berarti Kebal

Face ID memang revolusi besar: praktis, cepat, dan terasa modern. Apple berhasil membawa autentikasi biometrik ke level massal yang sebelumnya hanya ada di film sci-fi. Tapi sejarah juga bicara lantang—mulai dari kasus topeng 3D di iPhone X, anak yang bisa membuka ponsel ibunya, sampai kembar identik yang saling menipu sistem. Semua itu bukti bahwa teknologi ini bisa dibobol dalam kondisi tertentu.

Di 2025, ancaman lebih serius datang dari AI generatif dan deepfake. Data OJK yang mencatat puluhan ribu penipuan berbasis wajah dan suara hanyalah alarm awal. Bukan soal Face ID saja, tapi bagaimana wajahmu bisa dipakai sebagai senjata digital melawan dirimu sendiri. Ini mengingatkan kita: kenyamanan biometrik tidak boleh membuat lengah.

Bagi kamu yang menyimpan data penting, akun bank, atau bahkan aset kripto, kewaspadaan adalah kunci. Face ID tetap layak digunakan sebagai lapisan praktis, tapi jangan pernah berdiri sendirian. Padukan dengan passcode yang kuat, aktifkan 2FA, dan biasakan perilaku digital yang sehat.

Akhirnya, Face ID adalah kompas, bukan brankas. Ia memudahkan arah, tapi bukan penentu tunggal keselamatan perjalanan digitalmu. Di tangan kamu-lah keputusan: menjadikannya sekadar pintu depan, atau membangun sistem pertahanan berlapis yang benar-benar tangguh.

 

Itulah informasi menarik tentang Face id adalah .yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market.

Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.

 

Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.

Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan. Segera register di INDODAX dan lakukan KYC dengan mudah untuk mulai trading crypto lebih aman, nyaman, dan terpercaya!

 

Kontak Resmi Indodax
Nomor Layanan Pelanggan: (021) 5065 8888 | Email Bantuan: [email protected]

 

Follow Sosmed Telenya Indodax sekarang!

Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram

 

FAQ

 

1. Apa itu Face ID di iPhone?
Face ID adalah sistem autentikasi biometrik berbasis peta wajah 3D. Ia memverifikasi identitas kamu di perangkat dan layanan tertentu tanpa mengirimkan data wajah ke server.

2. Pernahkah Face ID dibobol?
Ada demonstrasi topeng 3D pada iPhone X serta kasus anak membuka iPhone ibunya dan risiko pada kembar identik. Pembaruan Apple membuat sistem makin ketat, tetapi prinsipnya tetap: aman, bukan absolut.

3. Apakah Face ID aman dari deepfake?
Face ID memakai kedalaman 3D, atensi mata, dan liveness, sehingga tidak mudah tertipu video/foto 2D. Namun ancaman ekosistem—malware, rekayasa sosial—tetap perlu diwaspadai.

4. Mana lebih aman, Face ID atau sidik jari?
Dalam banyak skenario, Face ID menawarkan false match lebih rendah dibanding sensor sidik jari lama, tetapi kembar identik menjadi pengecualian. Keduanya idealnya dipadukan dengan passcode.

5. Face ID tiba-tiba “tidak tersedia”, harus bagaimana?
Mulai dari pemeriksaan pengaturan, bersihkan sensor, restart, hingga pembaruan iOS. Jika belum pulih, lakukan diagnosis resmi. Hindari kebiasaan menonaktifkan keamanan lain demi kenyamanan.

6. Apakah Face ID cukup untuk keamanan kripto?
Tidak. Untuk akun exchange dan wallet, pastikan 2FA aktif, passcode kuat, dan perangkat bersih dari jailbreak/malware. Anggap Face ID sebagai gerbang pertama saja.

7. Bisakah data Face ID dihapus?
Kamu bisa reset Face ID di pengaturan. Data template tersimpan lokal di Secure Enclave; mereset akan menghapus template dan memaksamu mendaftarkan ulang.

8. Apa arti “Face ID off” di iPhone?
Biasanya berarti Face ID dinonaktifkan untuk sementara atau tidak diaktifkan untuk fungsi tertentu (mis. pembayaran). Cek pengaturan dan aktifkan sesuai kebutuhan.

9. Apakah ada Face ID di Android?
Ekosistem Android memiliki berbagai solusi pengenalan wajah. Kualitas dan ketangguhannya bervariasi; tidak semua memakai pemetaan 3D seketat Face ID.

10. Bagaimana jika perangkat diservis—apakah Face ID aman?
Gunakan layanan resmi, cadangkan data, dan pertimbangkan untuk menonaktifkan sementara autentikasi biometrik. Setelah servis, cek ulang Face ID dan aktifkan kembali 2FA di aplikasi penting.

 

 

Author : RB

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
  

Lebih Banyak dari Tutorial

Koin Baru dalam Blok

Pelajaran Dasar

Calculate Staking Rewards with INDODAX earn

Select an option
dot Polkadot 10.49%
bnb BNB 0.3%
sol Solana 5.13%
eth Ethereum 1.84%
ada Cardano 1.25%
pol Polygon Ecosystem Token 2%
trx Tron 2.39%
DOT
0
Berdasarkan harga & APY saat ini
Stake Now

Pasar

Nama Harga 24H Chg
SUN/IDR
Sun (New)
585
19.39%
ISLM/IDR
Islamic Co
347
16.05%
VSYS/IDR
v.systems
15
15.38%
DVI/IDR
Dvision Ne
116
12.62%
OMNI/IDR
Omni Netwo
74.956
8.9%
Nama Harga 24H Chg
TOKO/IDR
Tokoin
3
-25%
VINE/IDR
Vine Coin
999
-22.2%
SHRED/IDR
ShredN
29
-21.62%
BR/IDR
Bedrock
1.199
-20.28%
FARTCOIN/IDR
Fartcoin
10.139
-20.25%
Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

Contoh Bank Umum Milik Campuran, Jangan Salah Paham!
22/09/2025
Contoh Bank Umum Milik Campuran, Jangan Salah Paham!

Banyak orang mengira bank campuran itu sama saja dengan bank

22/09/2025
Face ID Bisa Dibobol? Fakta yang Harus Kamu Tahu!
22/09/2025
Face ID Bisa Dibobol? Fakta yang Harus Kamu Tahu!

Kamu mungkin sudah terbiasa membuka iPhone cukup dengan menatap layar.

22/09/2025
Ini Contoh Bank Umum Milik Negara, Bukan Sekadar Himbara
22/09/2025
Ini Contoh Bank Umum Milik Negara, Bukan Sekadar Himbara

Kamu mungkin sudah hafal empat nama besar: Mandiri, BRI, BNI,

22/09/2025