Bounded Rationality: Kenapa Investor Kripto Sering Keliru
icon search
icon search

Top Performers

Bounded Rationality: Kenapa Investor Kripto Sering Keliru

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

Bounded Rationality: Kenapa Investor Kripto Sering Keliru

Bounded Rationality: Kenapa Investor Kripto Sering Keliru

Daftar Isi

Saat Logika Kalah Cepat dari Harga

Kalau kamu sudah lama main kripto, mungkin kamu pernah berada di posisi seperti ini: harga tiba-tiba naik tinggi, kamu buru-buru masuk karena takut ketinggalan dan terjebak FOMO di pasar kripto. Beberapa jam kemudian market berbalik arah, portofolio memerah, dan kamu baru sadar keputusan tadi diambil tanpa banyak pikir. Di sisi lain, ada juga momen saat harga turun tajam, kamu panik menjual, lalu beberapa hari kemudian grafik berbalik naik dan kamu menyesal karena keluar di titik terburuk.

Kejadian seperti itu tidak hanya dialami oleh pemula. Banyak investor dan trader berpengalaman pun bisa terjebak pola yang sama. Secara teori, investor dianggap rasional: mereka seharusnya menganalisis informasi, membandingkan opsi, dan memilih keputusan yang paling menguntungkan. Namun di praktiknya, keputusan sering diambil dengan informasi yang terbatas, waktu yang sempit, dan emosi yang sedang tinggi.

Di sinilah konsep bounded rationality menjadi sangat relevan. Untuk memahami kenapa investor kripto sering keliru, kamu perlu mengenali dulu batas-batas cara otak kamu bekerja saat berhadapan dengan market yang begitu cepat dan bising.

 

Apa Itu Bounded Rationality dan Kenapa Penting di Kripto?

Bounded rationality adalah konsep yang menjelaskan bahwa manusia tidak pernah benar-benar rasional ketika mengambil keputusan. Kamu memang berusaha berpikir logis, tetapi kemampuan itu dibatasi oleh tiga hal utama: informasi yang tidak lengkap, waktu yang terbatas, dan kapasitas otak yang tidak mampu memproses semua kemungkinan sekaligus. Akibatnya, kamu cenderung memilih keputusan yang terasa cukup baik, bukan keputusan yang paling optimal.

Dalam teori ekonomi klasik, investor digambarkan seperti mesin hitung yang sempurna. Semua data dianalisis, semua skenario dipertimbangkan, lalu keputusan diambil dengan perhitungan matang. Kenyataannya, kamu tidak punya kemewahan seperti itu. Apalagi di kripto, harga bergerak cepat, berita datang tanpa henti, dan tekanan dari media sosial membuat kamu sulit berpikir jernih.

Karena itu, bounded rationality menjadi lensa yang sangat berguna untuk memahami mengapa banyak keputusan investasi di kripto tampak “tidak masuk akal” ketika dilihat di belakang hari. Setelah mengenali konsep ini di level dasar, kamu akan lebih mudah melihat bagaimana ia bekerja diam-diam di balik setiap klik beli dan jual yang kamu lakukan.

 

Bagaimana Bounded Rationality Mempengaruhi Kamu Saat Investasi Kripto

Kalau kamu perhatikan, hampir tidak ada keputusan investasi yang diambil dalam kondisi benar-benar tenang dan sempurna. Saat melihat grafik bergerak, kamu tidak menghitung semua skenario. Kamu lebih sering mengandalkan pola pikir cepat: melihat harga yang naik, mengingat pengalaman sebelumnya, menggabungkannya dengan komentar singkat di media sosial, lalu langsung menarik kesimpulan.

Ini adalah contoh sederhana bagaimana bounded rationality bekerja. Otak kamu menggunakan shortcut untuk menghemat energi. Kamu tidak membandingkan semua altcoin yang ada, tidak membaca semua whitepaper, dan tidak menimbang semua faktor on-chain. Kamu memilih beberapa sinyal saja yang dianggap cukup mewakili kondisi market, lalu membuat keputusan berdasarkan sinyal tersebut.

Masalahnya, shortcut ini jarang memperhitungkan seluruh risiko yang seharusnya kamu kelola dengan manajemen risiko dan pengaturan portofolio yang sehat. Ketika keputusan diambil dalam keadaan terburu-buru, kamu bisa merasa seolah-olah sudah mempertimbangkan banyak hal, padahal yang sebenarnya terjadi adalah kamu berhenti mencari informasi begitu menemukan alasan yang terasa cukup meyakinkan. Dari sini, menjadi jelas bahwa bounded rationality tidak hanya sekadar teori, tetapi sesuatu yang kamu alami hampir setiap kali berhadapan dengan market kripto.

 

Bias Psikologis yang Muncul dari Bounded Rationality dalam Trading Kripto

Bounded rationality bukan hanya soal keterbatasan otak, tapi juga melahirkan berbagai bias psikologis yang sangat nyata di market kripto. Ketika kamu tidak bisa memproses semua informasi, otak akan mencari jalan pintas. Jalan pintas inilah yang kemudian muncul dalam bentuk bias-bias yang sering kamu dengar, tapi mungkin belum kamu sadari sepenuhnya dampaknya.

Salah satu yang paling sering terlihat adalah FOMO. Saat harga naik tajam dan banyak orang membicarakan satu aset, kamu merasa takut tertinggal. Kamu tidak lagi bertanya apakah valuasi aset itu masuk akal, apakah likuiditasnya sehat, atau apakah ada risiko tertentu di balik proyek tersebut. Bounded rationality mendorong kamu untuk fokus pada satu sinyal kuat: semua orang masuk, berarti ini peluang yang tidak boleh dilewatkan.

Lalu ada herding, yaitu kecenderungan ikut arus kerumunan. Di kripto, ini sering terlihat ketika satu aset populer di grup, komunitas, atau media sosial. Tanpa kamu sadari, penilaian pribadi mulai digantikan oleh opini mayoritas. Kamu merasa lebih aman ketika mengambil keputusan yang sama dengan orang lain, meskipun sebenarnya data tidak sepenuhnya mendukung.

Bias lain seperti loss aversion membuat kamu lebih takut rugi daripada senang saat untung. Ketika harga turun, kamu bertahan terlalu lama di posisi yang jelas-jelas tidak sehat, hanya karena tidak mau mengakui kerugian. Di sisi lain, saat profit sedikit saja, kamu buru-buru ambil untung karena takut keuntungan itu hilang. Semua pola ini adalah manifestasi dari rasionalitas yang terbatas, di mana emosi dan shortcut mental menggantikan analisis menyeluruh.

Karena bias-bias ini muncul berulang kali, akan lebih mudah untuk memahaminya jika kamu melihat bagaimana mereka bekerja dalam momen krisis nyata di pasar kripto.

 

Studi Kasus 2025: Crash Pasar dan Panic Selling yang Membuka Topeng Rasionalitas

Tahun 2025 menjadi salah satu periode yang cukup keras bagi banyak pelaku kripto. Dalam beberapa fase penurunan tajam, kamu bisa melihat dengan jelas bagaimana market bereaksi: harga anjlok dalam waktu singkat, posisi leverage terlikuidasi satu per satu, dan sentimen negatif mendominasi percakapan di berbagai platform.

Pada momen seperti ini, bounded rationality muncul dengan sangat terang. Banyak investor tidak sempat lagi membedah faktor fundamental. Mereka tidak lagi membedakan aset yang punya fondasi kuat dengan aset spekulatif. Fokus utama bergeser menjadi satu hal: bagaimana caranya keluar secepat mungkin sebelum kerugian semakin besar. Di tengah tekanan seperti itu, kamu bisa memahami mengapa panic selling terjadi secara massal.

Informasi yang beredar pun sebagian besar bersifat dangkal. Cuplikan grafik, komentar singkat, dan opini emosional jauh lebih dominan dibanding analisis mendalam. Investor yang sebelumnya merasa yakin dengan strateginya, tiba-tiba runtuh keyakinannya hanya karena melihat deretan candle merah tanpa henti. Keputusan untuk menjual di titik terendah bukan lagi sesuatu yang jarang terjadi, tetapi justru menjadi pola yang berulang.

Studi kasus ini menunjukkan bahwa ketika tekanan harga, berita negatif, dan opini massa bertemu, batas rasionalitas investor menjadi sangat sempit. Di tengah kekacauan itu, hanya sedikit yang masih sempat menarik napas panjang, melihat data objektif, dan menilai apakah koreksi tersebut masih dalam batas wajar atau sudah melampaui rasionalitas market. Dari sini, kamu bisa belajar bahwa memahami bounded rationality bukan hanya untuk teori, tapi untuk mengenali kapan kamu sedang didorong oleh panik, bukan oleh analisis.

 

Contoh Nyata Bounded Rationality dalam Kebiasaan Investor Kripto

Kalau kamu mundur sejenak dan mengamati kebiasaan sendiri, mungkin kamu akan menemukan beberapa pola yang selama ini dianggap biasa, padahal sebenarnya merupakan wujud nyata dari bounded rationality. Misalnya, kebiasaan membeli aset hanya karena sedang ramai dibahas di grup. Saat teman-teman kamu memamerkan profit dari satu koin, kamu merasa terdorong masuk tanpa sempat memeriksa apa yang sebenarnya kamu beli.

Contoh lain terlihat ketika kamu hanya mengandalkan satu indikator teknikal, seperti garis sederhana di chart, tanpa benar-benar memahami cara membaca indikator teknikal dan analisis chart kripto sebagai satu kesatuan. Padahal, indikator itu bekerja jauh lebih baik ketika dilihat bersama dengan volume, struktur tren, dan konteks market yang lebih luas. Namun karena kamu ingin mempercepat proses pengambilan keputusan, kamu puas dengan satu sinyal yang terlihat cukup jelas.

Overtrading juga sering muncul sebagai akibat dari rasionalitas yang terbatas. Saat market sedang sangat volatile, kamu merasa setiap pergerakan adalah peluang. Tanpa sadar, kamu terus membuka dan menutup posisi hanya berdasarkan rasa ingin membalas kerugian atau mengejar keuntungan yang belum tercapai. Dalam kondisi seperti ini, kamu sebenarnya tidak lagi mengikuti rencana, melainkan mengikuti dorongan sesaat yang terasa logis di momen itu.

Melihat contoh-contoh ini secara jujur bukan untuk menyalahkan diri sendiri, tetapi untuk menyadari bahwa pola tersebut muncul karena otak berusaha menghemat energi dan waktu. Setelah menyadari pola tersebut, barulah kamu bisa mulai merancang cara untuk mengurangi dampaknya.

 

Cara Mengurangi Dampak Bounded Rationality dalam Pengambilan Keputusan Kripto

Kabar baiknya, bounded rationality tidak harus menjadi alasan abadi kenapa kamu terus mengulangi kesalahan yang sama. Kamu memang tidak bisa menghilangkan keterbatasan otak dan waktu, tetapi kamu bisa membangun sistem yang membantu kamu mengambil keputusan dengan cara yang lebih terstruktur.

Salah satu langkah penting adalah membuat checklist sebelum kamu menekan tombol beli atau jual,  mirip seperti panduan riset sebelum membeli aset kripto secara sadar. Checklist sederhana yang berisi beberapa pertanyaan kunci sudah cukup membantu: apakah kamu tahu apa fungsi aset ini, bagaimana likuiditasnya, bagaimana historis volatilitasnya, dan apakah keputusan ini sesuai dengan rencana awal kamu. Dengan checklist, kamu memaksa diri untuk berhenti sejenak sebelum bertindak.

Kamu juga bisa melatih diri untuk membedakan antara noise dan informasi penting. Tidak semua komentar di media sosial layak kamu jadikan bahan pertimbangan. Makin sering kamu berlatih memilih sumber informasi yang lebih berkualitas, makin kecil peluang kamu bereaksi berlebihan terhadap rumor yang belum jelas.

Selain itu, menetapkan rencana sebelum masuk posisi sangat membantu. Saat kamu sudah menentukan batas rugi yang bisa diterima dan target keuntungan yang realistis, keputusan di tengah jalan tidak lagi sepenuhnya digerakkan oleh emosi. Kamu tinggal mengeksekusi rencana yang sudah kamu buat ketika pikiran masih jernih, bukan merespons situasi saat tekanan sedang tinggi.

Dengan pendekatan seperti ini, kamu tidak berusaha menjadi makhluk rasional yang sempurna, tetapi kamu menciptakan pagar pelindung agar rasionalitas yang terbatas itu tidak terlalu mudah diseret oleh panik dan euforia.

 

Hubungan Bounded Rationality dengan Risk Management untuk Investor Kripto

Risk management sering dibahas dalam konteks angka: berapa persen dana yang dialokasikan ke satu aset, seberapa besar porsi high risk dalam portofolio, atau seberapa ketat kamu menempatkan stop loss. Namun di balik semua angka itu, ada satu aspek yang tidak bisa diabaikan, yaitu bagaimana bounded rationality memengaruhi cara kamu menjalankan strategi tersebut.

Investor yang menyadari bahwa dirinya punya keterbatasan akan cenderung lebih disiplin dalam mengatur risiko. Ia tahu bahwa suatu saat ia bisa panik, takut, atau terlalu percaya diri. Karena itu, ia menyiapkan struktur yang memaksa dirinya untuk tetap berada dalam koridor yang aman. Misalnya, membatasi ukuran posisi agar satu kesalahan tidak menghancurkan seluruh portofolio, atau menuliskan skenario aksi sebelum market buka.

Sebaliknya, ketika kamu mengabaikan bounded rationality, kamu bisa dengan mudah mengabaikan risk management yang sudah kamu buat sendiri. Di atas kertas, rencananya rapi. Namun di lapangan, kamu menambah modal ke posisi rugi karena ingin balas dendam, atau menambah leverage hanya karena merasa yakin kali ini kamu tidak akan salah lagi.

Dengan memahami hubungan antara bounded rationality dan risk management, kamu akan melihat bahwa tujuan utama strategi bukan hanya mengatur angka, tetapi juga mengurangi ruang bagi emosi dan bias untuk mengambil alih. Pada akhirnya, mengelola risiko berarti mengelola keterbatasan diri sendiri, bukan hanya mengendalikan pergerakan harga di layar.

 

Kesimpulan

Bounded rationality mengajarkan bahwa manusia, termasuk kamu sebagai investor kripto, tidak pernah benar-benar netral dan sempurna dalam mengambil keputusan. Ada keterbatasan informasi, tekanan waktu, dan bias psikologis yang selalu menyelinap di balik setiap aksi beli dan jual. Namun menyadari hal ini bukan alasan untuk pasrah, melainkan titik awal untuk membangun cara kerja yang lebih matang.

Dengan memahami bagaimana rasionalitas kamu dibatasi, kamu bisa mulai membangun kebiasaan baru: memeriksa fakta lebih dulu, menyiapkan rencana sebelum masuk pasar, menggunakan checklist sederhana, dan menempatkan risk management sebagai pelindung utama ketika emosi sedang tinggi. Study kasus crash dan perilaku panic selling hanya menjadi tragedi yang berulang jika kamu tidak mau belajar dari pola yang sama.

Pada akhirnya, tujuan kamu bukan menjadi investor yang selalu benar, tetapi menjadi investor yang tahu kapan harus berhenti, kapan harus menahan diri, dan kapan harus menerima bahwa keputusan terbaik seringkali lahir dari kombinasi antara analisis yang cukup, kesabaran, dan kesadaran terhadap keterbatasan diri sendiri.

 

Itulah informasi menarik tentang Bounded Rationality yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel populer Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market.

Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.

 

Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.

Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Staking/Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan. Segera register di INDODAX dan lakukan KYC dengan mudah untuk mulai trading crypto lebih aman, nyaman, dan terpercaya!

 

Kontak Resmi Indodax
Nomor Layanan Pelanggan: (021) 5065 8888 | Email Bantuan: [email protected]

 

Follow Sosmed Twitter Indodax sekarang

Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram

 

FAQ

1. Apa contoh bounded rationality dalam investasi kripto?

Contoh yang paling sering terjadi adalah membeli aset hanya karena ramai dibahas dan harganya sedang naik, tanpa riset mendalam tentang proyek tersebut. Kamu merasa sudah “cukup tahu” hanya dari beberapa informasi singkat, lalu mengambil keputusan berdasarkan potongan data yang terbatas.

2. Apakah bounded rationality berbahaya untuk trader pemula?

Bounded rationality bisa menjadi masalah besar bagi trader pemula jika tidak disadari. Tanpa pengalaman dan tanpa sistem, pemula cenderung lebih mudah terjebak FOMO, ikut arus, dan mengambil keputusan spontan. Namun jika sejak awal kamu membangun kebiasaan mengecek fakta dan memakai risk management, dampaknya bisa dikurangi.

3. Apa bedanya bounded rationality dan bias psikologis?

Bounded rationality adalah konsep besar yang menjelaskan bahwa kemampuan kamu untuk berpikir rasional itu terbatas. Bias psikologis adalah bentuk konkret dari keterbatasan itu, seperti FOMO, loss aversion, atau herding. Dengan kata lain, bounded rationality adalah penyebab, sedangkan bias adalah gejala yang muncul di permukaan.

4. Bagaimana cara trader menghindari keputusan emosional?

Kamu bisa mulai dengan menyiapkan rencana sebelum market bergerak, menentukan batas rugi dan target realistis, serta menggunakan checklist sebelum masuk posisi. Mengurangi paparan terhadap noise informasi dan memberi jeda sebelum melakukan transaksi besar juga membantu kamu menghindari keputusan yang murni digerakkan oleh emosi.

5. Kenapa bounded rationality lebih sering muncul saat market crash?

Saat market crash, tekanan meningkat tajam. Harga turun cepat, berita negatif bertebaran, dan opini emosional mendominasi percakapan. Di kondisi seperti ini, otak kamu cenderung mempersempit fokus ke rasa takut dan dorongan untuk segera bertindak. Ruang untuk berpikir jernih menjadi sangat kecil, sehingga rasionalitas yang sudah terbatas semakin menyempit dan kesalahan keputusan lebih mudah terjadi.

 

Author : RB

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
  

Lebih Banyak dari Tutorial

Pelajaran Dasar

Calculate Staking Rewards with INDODAX earn

Select an option
DOT
0
Berdasarkan harga & APY saat ini
Stake Now

Pasar

Nama Harga 24H Chg
Nama Harga 24H Chg
Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

Bounded Rationality: Kenapa Investor Kripto Sering Keliru
03/12/2025
Bounded Rationality: Kenapa Investor Kripto Sering Keliru

Saat Logika Kalah Cepat dari Harga Kalau kamu sudah lama

03/12/2025
Mengenal Ronald Coase, Tokoh Penting Ekonomi
03/12/2025
Mengenal Ronald Coase, Tokoh Penting Ekonomi

Mengapa Kamu Perlu Mengenal Sosok Ronald Coase? Kalau kamu pernah

03/12/2025
Asymmetric Information: Risiko yang Sering Diabaikan
03/12/2025
Asymmetric Information: Risiko yang Sering Diabaikan

Ketika Informasi Menentukan Siapa yang Diuntungkan Dalam banyak transaksi, sering

03/12/2025