Dalam dunia investasi saham, istilah “dilusi saham” sering muncul sebagai perhatian utama, terutama bagi pemegang saham lama.
Kondisi ini dapat memengaruhi persentase kepemilikan dan laba per saham (EPS), sehingga berdampak pada keputusan investasi jangka panjang.
Artikel ini akan mengupas tuntas apa itu dilusi saham, penyebabnya, dampaknya, serta bagaimana cara menghadapi situasi ini dengan bijak.
Baca juga: Saham Preferen adalah Pilihan Stabil di Tengah Risiko
Apa Itu Dilusi Saham?
Dilusi saham adalah situasi di mana persentase kepemilikan pemegang saham dalam suatu perusahaan menurun karena adanya peningkatan jumlah saham beredar. Dengan kata lain, meskipun kamu masih memegang jumlah saham yang sama, nilai relatif kepemilikan kamu terhadap total saham perusahaan menjadi lebih kecil.
Misalnya, perusahaan memiliki 1 juta saham beredar, dan kamu memegang 100.000 saham, yang berarti kepemilikan kamu adalah 10%. Namun, jika perusahaan menerbitkan 1 juta saham baru, jumlah total saham beredar menjadi 2 juta. Dengan demikian, kepemilikan kamu menurun menjadi 5% (100.000 dari 2 juta saham).
Penyebab Dilusi Saham
1.Right Issue
Right issue adalah salah satu penyebab umum dilusi saham. Dalam kasus ini, perusahaan menawarkan saham baru kepada pemegang saham lama dengan harga diskon. Tujuannya adalah untuk menghimpun dana segar yang biasanya digunakan untuk melunasi utang, membiayai ekspansi, atau mendukung proyek strategis lainnya.
2.Penerbitan Saham Baru untuk Investor Baru
Ketika perusahaan membutuhkan modal tambahan, mereka dapat menerbitkan saham baru yang ditawarkan kepada investor baru. Hal ini sering terjadi pada perusahaan startup atau perusahaan yang sedang mencari pendanaan besar untuk ekspansi bisnis.
3.Konversi Obligasi atau Opsi Saham
Perusahaan yang memiliki obligasi konversi atau menawarkan opsi saham kepada karyawan juga dapat menyebabkan dilusi saham. Ketika obligasi atau opsi tersebut dikonversi menjadi saham, jumlah saham beredar bertambah, sehingga terjadi dilusi.
4.Program ESOP (Employee Stock Ownership Plan)
Program ESOP adalah cara perusahaan memberikan insentif kepada karyawan dalam bentuk saham. Ketika saham ini dieksekusi, jumlah saham beredar bertambah, sehingga menciptakan efek dilusi.
Baca Juga: Bedah 8 Jenis Saham: Mana yang Cocok untuk Kamu?
Dampak Dilusi Saham terhadap Pemegang Saham Lama
Dilusi saham dapat berdampak signifikan terhadap pemegang saham lama. Berikut adalah beberapa dampaknya:
- Penurunan Kepemilikan
Persentase kepemilikan kamu terhadap perusahaan akan menurun. Dengan demikian, pengaruhmu dalam pengambilan keputusan perusahaan juga berkurang. - Penurunan Laba per Saham (EPS)
Karena laba perusahaan harus dibagi dengan jumlah saham beredar yang lebih banyak, EPS cenderung menurun. Hal ini dapat menurunkan daya tarik saham di mata investor. - Penurunan Harga Saham
Dilusi sering kali disertai dengan penurunan harga saham. Hal ini karena pasar mungkin menilai langkah tersebut sebagai tanda perusahaan menghadapi masalah keuangan atau membutuhkan modal tambahan. - Sentimen Pasar yang Negatif
Jika penerbitan saham baru tidak disertai dengan strategi yang jelas dan transparansi, hal ini dapat memengaruhi kepercayaan investor dan memicu penurunan harga saham lebih lanjut.
Baca juga: Pasar Saham Buka Jam Berapa? Panduan untuk Trader
Cara Perusahaan Mencegah atau Mengelola Dilusi Saham
- Mengutamakan Pendanaan Non-Dilutif
Perusahaan dapat memilih opsi pendanaan non-dilutif seperti pinjaman bank, penerbitan obligasi, atau kerjasama strategis dengan pihak lain. - Melakukan Buyback Saham
Perusahaan dapat membeli kembali saham mereka dari pasar untuk mengurangi jumlah saham beredar. Langkah ini membantu meningkatkan EPS dan mengembalikan nilai saham kepada pemegang saham lama. - Memberikan Hak dalam Right Issue
Dalam proses right issue, perusahaan memberikan kesempatan kepada pemegang saham lama untuk membeli saham baru dengan harga diskon. Dengan demikian, pemegang saham lama memiliki opsi untuk mempertahankan persentase kepemilikannya. - Mengomunikasikan Strategi dengan Baik
Transparansi adalah kunci. Perusahaan yang mampu menjelaskan tujuan penerbitan saham baru dengan jelas dan bagaimana langkah tersebut akan mendukung pertumbuhan jangka panjang biasanya lebih mudah mendapatkan kepercayaan investor.
Baca Juga: Intip, Ini Perbedaan Saham dan Obligasi: Ketahui Risiko & Keuntungannya Di Sini!
Contoh Kasus Dilusi Saham dengan Perhitungan Detail
PT ABC adalah perusahaan yang bergerak di bidang energi terbarukan. Pada tahun 2023, PT ABC mengadakan Initial Public Offering (IPO) dengan harga Rp1.000 per saham dan menerbitkan total 100 juta saham. Salah satu investor, D, membeli 20.000 saham PT ABC saat IPO, yang membuatnya memiliki 0,02% dari total saham perusahaan.
Pada tahun 2024, PT ABC memutuskan untuk melakukan rights issue guna menghimpun dana tambahan sebesar Rp100 miliar. Untuk itu, PT ABC menerbitkan 50 juta saham baru dengan harga Rp500 per saham. Namun, investor D memutuskan tidak berpartisipasi dalam rights issue tersebut.
Akibat Rights Issue
- Jumlah saham beredar bertambah dari 100 juta saham menjadi 150 juta saham.
- Kepemilikan saham investor D yang semula 20.000 saham (dari total 100 juta saham) turun menjadi 0,0133% (20.000 saham dari total 150 juta saham).
- EPS (Earnings per Share) juga mengalami penurunan karena laba perusahaan harus dibagi ke jumlah saham yang lebih besar.
Perhitungan Dilusi Saham
1. Penurunan Persentase Kepemilikan Saham
Kepemilikan saham sebelum dan sesudah rights issue dihitung menggunakan rumus:
Jadi, persentase kepemilikan saham investor D menurun sebesar 93,33%.
2. Penurunan EPS (Earnings Per Share)
Sebelum rights issue, EPS dihitung dengan membagi laba bersih perusahaan dengan jumlah saham beredar. Misalkan laba bersih PT ABC sebelum rights issue adalah Rp200 miliar.
Dampak Rights Issue pada Investor D
- Penurunan Kepemilikan Saham: Kepemilikan saham investor D berkurang dari 0,02% menjadi 0,0133%.
- Penurunan Nilai Relatif Saham: Karena investor D tidak membeli saham baru, proporsi hak suara dan pengaruhnya dalam perusahaan menurun.
- Penurunan EPS: EPS turun dari Rp2.000 menjadi Rp1.333, mengurangi potensi laba per saham yang dapat dinikmati investor D.
Dilusi saham akibat rights issue menunjukkan bagaimana penambahan jumlah saham beredar dapat memengaruhi kepemilikan relatif dan potensi keuntungan pemegang saham lama.
Dengan memahami perhitungan seperti penurunan persentase kepemilikan dan EPS, investor dapat memutuskan apakah akan berpartisipasi dalam rights issue atau mengambil langkah mitigasi lainnya.
Tips bagi Investor untuk Menghadapi Dilusi Saham
- Pantau Laporan Keuangan Perusahaan
Kamu perlu memperhatikan laporan keuangan perusahaan secara rutin untuk mengetahui rencana penerbitan saham baru atau adanya obligasi konversi. - Analisis Tujuan Penerbitan Saham Baru
Jika penerbitan saham baru dilakukan untuk mendukung pertumbuhan strategis perusahaan, ini bisa menjadi peluang. Namun, jika digunakan untuk menutupi kerugian, pertimbangkan kembali investasimu. - Gunakan Hak dalam Right Issue
Saat perusahaan menawarkan right issue, manfaatkan hak tersebut untuk membeli saham baru. Dengan cara ini, kamu dapat mempertahankan persentase kepemilikan saham. - Diversifikasi Portofolio
Diversifikasi adalah kunci untuk menghadapi risiko apa pun, termasuk risiko dilusi saham. Jangan hanya berinvestasi pada satu perusahaan saja. - Perhatikan Reputasi Manajemen
Perusahaan dengan manajemen yang baik biasanya mampu mengelola efek dilusi saham dengan lebih efektif. Pastikan kamu memilih perusahaan yang memiliki rekam jejak manajemen yang solid.
Kesimpulan
Dilusi saham adalah fenomena yang tidak bisa dihindari dalam dunia investasi, tetapi dampaknya bisa diminimalkan dengan pemahaman yang baik dan strategi yang tepat.
Sebagai investor, kamu perlu memahami penyebab dilusi, dampaknya, dan langkah-langkah untuk melindungi investasi kamu dari risiko tersebut. Dengan pendekatan yang cermat, dilusi saham bahkan bisa menjadi peluang untuk meraih keuntungan jangka panjang.
FAQ
1.Apa itu dilusi saham?
Dilusi saham adalah situasi di mana persentase kepemilikan pemegang saham lama menurun karena peningkatan jumlah saham beredar.
2.Apa penyebab utama dilusi saham?
Penyebab utamanya adalah right issue, penerbitan saham baru, konversi obligasi, dan program ESOP.
3.Bagaimana dampak dilusi saham terhadap investor?
Dilusi saham dapat mengurangi kepemilikan, EPS, dan terkadang harga saham di pasar.
4.Apakah semua dilusi saham buruk?
Tidak selalu. Jika dana dari penerbitan saham baru digunakan untuk tujuan strategis, dampaknya bisa positif dalam jangka panjang.
5.Apa langkah terbaik bagi investor untuk menghadapi dilusi saham?
Investor disarankan untuk menggunakan hak dalam right issue, memantau laporan keuangan, dan mendiversifikasi portofolio.
Informasi Tambahan: Segera Hadir! Diversifikasi investasi kamu jadi lebih mudah di INDODAX
Nah, ada informasi tambahan untuk kamu, karena INDODAX akan memberikan pilihan investasi baru dengan hadirnya saham-saham AS unggulan. Kini, selain berinvestasi di kripto, kamu bisa memperluas portofolio dengan lebih dari 50 saham perusahaan besar AS, langsung dari satu akun INDODAX kamu, semuanya di satu aplikasi.
Tidak perlu lagi pindah platform! Semua yang kamu butuhkan untuk mencapai tujuan investasi ada di sini. Mau investasi di kripto dan saham AS sekaligus? Kini, semua jadi mungkin dengan INDODAX. Jangan lewatkan kesempatan untuk mendiversifikasi portofolio dan memaksimalkan potensi keuntunganmu.
Siapkan diri kamu sekarang, dan jadi yang pertama menikmati akses investasi yang lebih luas dan lebih fleksibel hanya di INDODAX.
*Disclaimer
Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Selalu lakukan riset mandiri dan pertimbangkan dengan baik sebelum berinvestasi. Gunakan dana yang tidak terlalu vital bagi kebutuhan kamu sebelum terlibat dalam segala jenis investasi dan segala aktivitas jual beli bitcoin dan investasi aset crypto lainya menjadi tanggung jawab pembaca.
Author: Echi Kristin