Kamu masih mikir satu-satunya cara dapet cuan dari kripto itu cuma lewat trading harian yang melelahkan? Tenang, ada dua strategi cuan pasif yang makin dilirik pengguna kripto di 2025: lending dan staking. Dua metode ini bisa kasih kamu imbal hasil rutin tanpa harus terus mantengin chart.
Tapi mana yang paling cocok buat kamu? Apa risikonya? Dan platform mana yang paling aman? Yuk, gali lebih dalam!
Apa Itu Lending dan Staking dalam Dunia Kripto?
Sebelum kamu terjun langsung, penting buat tahu dulu definisinya.
Lending kripto adalah proses kamu meminjamkan aset kripto ke pihak lain (biasanya platform DeFi/CeFi) untuk mendapatkan bunga. Konsepnya mirip seperti deposito di bank tradisional, tapi dengan imbal hasil yang biasanya jauh lebih tinggi.
Staking kripto adalah proses kamu mengunci aset di jaringan blockchain untuk bantu validasi transaksi dan dapetin reward. Penjelasan lengkapnya bisa kamu cek di artikel apa itu staking kalau ingin kupas lebih dalam fungsi dan cara kerjanya.
Keduanya menjanjikan cuan pasif, tapi mekanismenya beda banget.
Jadi, sebelum lanjut ke untung-ruginya, pastikan kamu udah paham dasar konsepnya ya. Lending lebih fokus pada peminjaman aset, sementara staking lebih ke partisipasi aktif dalam ekosistem blockchain.
Cara Kerja Lending vs Staking
Mari kita bedah cara kerjanya supaya kamu bisa lihat di mana perbedaannya secara teknis.
Lending:
- Kamu meminjamkan USDT lewat platform seperti Aave
- Platform menyalurkan pinjaman ke borrower yang membutuhkan likuiditas
- Borrower membayar bunga untuk pinjaman tersebut
- Kamu dapat bunga (misal 6% APY) dari pembayaran borrower
- Setelah periode tertentu, kamu bisa tarik aset beserta bunganya
Pada lending, biasanya ada mekanisme likuidasi otomatis jika nilai jaminan peminjam turun di bawah rasio tertentu. Ini untuk melindungi pemberi pinjaman seperti kamu dari risiko gagal bayar.
Staking:
- Kamu stake ETH lewat Lido atau validator langsung
- ETH kamu akan digunakan untuk membantu validasi transaksi Ethereum
- Setiap kali validator berhasil mengonfirmasi blok baru, ada reward
- Kamu dapat reward secara berkala (misal 3.9% APY) dari aktivitas validasi
- Reward biasanya dibayar dalam token yang sama atau token governance
Dengan tahu alurnya, kamu bisa lihat mana yang lebih simpel, cepat likuid, atau justru lebih stabil buat jangka panjang. Lending biasanya lebih fleksibel untuk keluar-masuk, sementara staking sering memiliki periode lock-up yang harus diperhatikan.
Perbandingan Lengkap: Lending vs Staking
Berikut ini tabel perbandingan yang bisa bantu kamu nentuin strategi terbaik:
Aspek | Lending | Staking |
Tujuan | Meminjamkan aset ke pengguna lain | Mendukung jaringan blockchain |
Imbal Hasil (APY) | 4%–15% tergantung aset & platform | 2%–12% tergantung aset & pool |
Risiko | Gagal bayar, rug pull, smart contract | Slashing, lock-in period, fluktuasi harga |
Likuiditas | Cenderung lebih fleksibel (CeFi) | Tergantung staking pool & token |
Kompatibilitas | Cocok buat stablecoin & LST | Hanya token PoS seperti ETH, ADA, SOL |
Regulasi | Sedang diawasi ketat (FCA, SEC) | Masih dalam zona abu-abu di beberapa negara |
Perlu dicatat bahwa imbal hasil lending biasanya lebih tinggi karena ada faktor risiko tambahan. Di sisi lain, staking cenderung lebih aman karena terhubung langsung dengan protokol blockchain aslinya.
Setelah tahu tabel ini, kamu bisa ukur sendiri: apakah kamu lebih suka return tinggi tapi penuh tantangan, atau cuan lebih stabil dan ramah risiko? Keputusan ada di tanganmu.
Platform Populer dan Legalitasnya
Kalau kamu pengin coba, berikut ini beberapa platform yang lagi naik daun di 2025:
Lending:
- Aave (DeFi) – Platform lending terdesentralisasi terbesar dengan $6.7 miliar TVL dan fitur multi-chain
- Compound – Pioneer DeFi lending dengan model governance terdesentralisasi
- Binance Loans – Solusi lending terpusat dengan dukungan aset yang luas
- Centrifuge (tokenisasi RWA) – Platform inovatif yang menghubungkan aset dunia nyata dengan DeFi
Staking:
- Lido (liquid staking ETH) – Provider liquid staking terbesar dengan token stETH
- RocketPool (staking ETH independen) – Solusi staking terdesentralisasi yang fokus pada decentralization
- Binance Staking – Platform terpusat dengan ragam opsi staking dan UI ramah pemula
- Kraken (untuk pengguna institusi) – Layanan staking premium dengan jaminan keamanan tingkat tinggi
Soal legalitas, di Indonesia sendiri crypto lending & staking belum diatur secara spesifik oleh Bappebti, tapi aset yang digunakan wajib teregulasi di daftar aset legal. Peraturan terbaru dari Bappebti lebih fokus pada transaksi aset, belum mencakup detail aktivitas staking atau lending.
Pastikan kamu hanya gunakan platform yang sudah terverifikasi, punya audit smart contract, dan dukungan komunitas yang kuat. Audit keamanan dari perusahaan terkemuka seperti Certik atau PeckShield bisa jadi indikator tambahan untuk menilai keamanan platform.
Tren 2025: Liquid Staking Token dan RWA Lending
Tahun ini, dua tren ini mulai mendominasi pasar lending & staking:
1. Liquid Staking Token (LST):
- Aset seperti stETH, rETH bisa kamu stake tanpa harus kehilangan likuiditas
- Representasi tokenized dari aset yang distake, sehingga tetap bisa diperdagangkan
- Bisa digadaikan lagi untuk dapetin pinjaman. Contoh: stETH ? pinjam DAI
- Memberikan fleksibilitas bagi holder untuk memanfaatkan aset sambil tetap mendapat reward staking
- Market cap LST sudah melampaui $25 miliar di awal 2025
2. Real World Assets (RWA):
- Aset dunia nyata (seperti obligasi pemerintah) ditokenisasi dan dijadikan jaminan pinjaman
- Menghubungkan ekonomi tradisional dengan DeFi, menciptakan jembatan likuiditas baru
- Platform: Centrifuge, Maple, Goldfinch dengan TVL gabungan mencapai $3.4 miliar
- Mengurangi volatilitas dalam ekosistem DeFi dengan jaminan aset yang lebih stabil
- Regulator mulai menciptakan kerangka kerja untuk RWA, menandakan legitimasi
Jadi, kalau kamu pengin strategi ganda: stake + lending, bisa banget dilakukan dengan kombinasi LST! Bayangkan kamu stake ETH, dapat stETH, lalu pinjamkan stETH itu untuk mendapatkan double yield. Strategi ini dikenal sebagai “recursive yield farming” dan semakin populer di kalangan investor kripto yang paham.
Kamu mungkin tertarik dengan ini juga: 10 Coin Staking Terbaik 2025 dengan APY Tertinggi
Risiko Lending dan Staking yang Perlu Kamu Waspadai
Setiap peluang pasti punya risikonya. Dan penting buat kamu tahu ini sebelum mulai.
Risiko Lending:
- Borrower default (gagal bayar) – Meskipun ada jaminan, fluktuasi pasar bisa menyebabkan under-collateralization
- Liquidasi karena market crash – Penurunan harga tiba-tiba bisa memicu likuidasi massal
- Exploit smart contract – Bug pada kode bisa dimanfaatkan hacker, seperti kasus Cream Finance yang kehilangan $130 juta
- Risiko oracle – Data harga yang tidak akurat bisa memicu likuidasi yang tidak seharusnya
- Regulatory crackdown – Perubahan regulasi mendadak bisa memengaruhi operasi platform
Risiko Staking:
- Slashing (validator melanggar) – Validator yang melanggar protokol bisa kehilangan sebagian staking
- Lock period panjang (tidak bisa dicairkan) – Beberapa protokol mengharuskan lock-up period, seperti Ethereum yang memerlukan waktu untuk unstaking
- Penurunan harga token saat staking – Nilai token bisa turun drastis selama periode lock-up
- Validator downtime – Jika node offline, kamu bisa kehilangan reward
- Risiko teknis – Bug pada protokol staking bisa menyebabkan hilangnya aset
Meskipun semua strategi ini terdengar menarik, pastikan kamu paham risiko yang bisa menggerus cuan kamu. Diversifikasi adalah kunci—jangan taruh semua aset di satu platform atau satu strategi.
Tips Memilih Strategi yang Cocok untuk Kamu
Masih bingung pilih yang mana? Coba jawab pertanyaan berikut:
- Kamu pengin return cepat tapi siap ambil risiko? ? Lending
- Kamu cari stabilitas dan dukung ekosistem blockchain? ? Staking
- Kamu pegang LST seperti stETH? ? Bisa gabungkan dua-duanya!
- Kamu pemula dalam dunia kripto? ? Mulai dengan staking di platform terpusat dulu
- Kamu sudah paham DeFi? ? Coba strategi yield farming dengan kombinasi lending dan staking
Kuncinya adalah: pilih yang sesuai dengan tujuan keuangan dan toleransi risiko kamu sendiri. Jangan tergiur return tinggi tanpa memahami risikonya.
Selain itu, pertimbangkan juga implikasi pajak dari aktivitas lending dan staking. Di beberapa negara, termasuk Indonesia, penghasilan dari kripto bisa kena pajak. Konsultasikan dengan ahli pajak jika nilai transaksimu signifikan.
Artikel menarik lainnya untuk kamu: Cara Staking di Trust Wallet: Dapatkan Passive Income
Kesimpulan
Lending dan staking adalah dua jalur realistis buat dapetin pendapatan pasif dari dunia kripto. Tapi jangan asal ikut tren kamu perlu paham mekanisme, risiko, tren terbaru, dan platform yang digunakan.
Dengan semakin matangnya ekosistem kripto, opsi untuk mendapatkan penghasilan pasif juga semakin beragam. Liquid staking tokens dan tokenisasi real-world assets membuka peluang baru yang lebih fleksibel dan potensial lebih aman.
Apapun strategi yang kamu pilih, selalu mulai dengan jumlah kecil dulu, baru tingkatkan seiring bertambahnya pemahaman dan pengalaman. Dan yang paling penting, jangan investasikan dana yang tidak siap kamu lepaskan.
Dengan informasi dan strategi yang tepat, kamu bisa optimalkan aset yang kamu punya untuk bekerja secara maksimal. Selamat mencoba dan semoga cuan pasifmu mengalir!
Itulah pembahasan menarik tentang Pola Bull Flag yang bisa kamu pelajari lebih dalam hanya di Akademi crypto. Tidak hanya menambah wawasan tentang investasi, di sini kamu juga dapat menemukan berita crypto terkini seputar dunia kripto.
Dan untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store. Kamu juga bisa mulai beli Bitcoin, beli Ethereum, dan aset kripto lainnya dengan praktis hanya dalam genggaman di INDODAX Market.. Ikuti juga sosial media INDODAX di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
1. Apakah lending kripto aman?
Relatif aman jika kamu pakai platform tepercaya, tapi tetap ada risiko gagal bayar dan eksploitasi smart contract. Selalu cek audit keamanan dan track record platform sebelum menggunakan.
2. Apa staking bisa dicairkan kapan saja?
Tergantung platform. Liquid staking bisa relatif mudah dicairkan, tapi staking biasa seperti di Ethereum punya lock-up period yang bisa mencapai beberapa hari hingga minggu.
3. Mana yang lebih menguntungkan: lending atau staking?
Tergantung profil risiko kamu. Lending bisa kasih APY lebih tinggi (4-15%), tapi risiko juga besar. Staking biasanya lebih rendah (2-12%) tapi relatif lebih aman.
4. Apakah saya bisa gabung dua-duanya?
Bisa banget, apalagi kalau kamu pegang token liquid staking seperti stETH atau rETH. Strategi ini disebut “recursive yield” dan bisa meningkatkan total returns secara signifikan.
5. Platform mana yang cocok buat pemula?
Platform seperti Binance dan Lido bisa jadi pilihan awal karena UI ramah dan komunitas besar. Untuk pemula, platform terpusat (CeFi) mungkin lebih mudah dipahami dibandingkan DeFi.
Author: RB