Mengatur keuangan pribadi sering kali terasa rumit, apalagi jika kamu baru mulai belajar menabung dan mengendalikan pengeluaran. Salah satu metode yang cocok untuk pemula adalah reverse budgeting—sebuah strategi membalik cara tradisional menyusun anggaran: bukan belanja dulu lalu sisihkan tabungan, tapi menabung dulu, baru belanja.
Strategi ini simpel tapi sangat efektif untuk membangun kebiasaan menabung yang sehat dan mencapai tujuan keuangan jangka panjang.
Artikel menarik lainnya untuk kamu: 50/30/20 Budget: Strategi Atur Uang & Siapkan Investasi Kripto!
Apa Itu Reverse Budgeting?
Reverse budgeting adalah metode pengelolaan keuangan yang memprioritaskan alokasi dana untuk menabung dan investasi terlebih dahulu sebelum mengatur sisa uang untuk pengeluaran. Jika metode tradisional mengandalkan prinsip “income – expenses = savings”, reverse budgeting membalik rumus tersebut menjadi “income – savings = expenses”.
Dengan kata lain, kamu menetapkan target menabung bulanan secara tetap, lalu menyesuaikan gaya hidup dan pengeluaran dari dana yang tersisa.
Mengapa Reverse Budgeting Cocok untuk Pemula?
Metode ini sangat cocok untuk pemula karena:
- Tidak rumit: Kamu tidak perlu mencatat semua pengeluaran secara detail.
- Langsung membangun disiplin menabung: Tabungan menjadi prioritas utama, bukan sisa.
- Membentuk mindset sehat: Mendorong gaya hidup hemat dan pengambilan keputusan yang lebih bijak.
Selain itu, reverse budgeting juga lebih realistis dalam menciptakan ruang untuk tabungan di tengah godaan konsumtif.
Urutan Alokasi: Saving Dulu Baru Spending
Reverse budgeting mendorong kamu untuk menetapkan prioritas keuangan seperti ini:
- Pendapatan bersih bulanan
- Alokasi untuk tabungan/investasi tetap (misalnya 20–30%)
- Alokasi pengeluaran wajib (sewa, transportasi, makan)
- Pengeluaran variabel (hiburan, gaya hidup, belanja)
Contohnya:
Jika kamu berpenghasilan Rp10.000.000 per bulan dan ingin menabung 30%, maka kamu langsung menyisihkan Rp3.000.000 begitu gajimu masuk. Sisa Rp7.000.000 kamu gunakan untuk kebutuhan hidup.
Dengan cara ini, kamu memastikan tujuan keuangan tercapai tanpa tergoda menghabiskan semuanya.
Contoh Simulasi Reverse Budgeting
Mari kita lihat simulasi konkret reverse budgeting bagi seseorang dengan gaji bulanan Rp8.000.000:
- Tabungan & Investasi (30%): Rp2.400.000
- Kebutuhan pokok (40%): Rp3.200.000
- Sewa: Rp1.200.000
- Makan & transport: Rp2.000.000
- Tagihan & cicilan (20%): Rp1.600.000
- Gaya hidup & hiburan (10%): Rp800.000
Dalam simulasi ini, tabungan jadi prioritas sejak awal. Meski sisa anggaran untuk hiburan lebih kecil, kamu tetap bisa menikmati hidup tanpa mengorbankan tujuan jangka panjang.
Baca juga artikel terkait: Kakeibo: Cara Nabung Cerdas Buat Beli Bitcoin!
Tips Praktis Menerapkan Reverse Budgeting
Agar berhasil menerapkan strategi ini, berikut beberapa tips praktis:
- Buat transfer otomatis ke rekening tabungan/investasi di awal bulan agar tidak tergoda membelanjakan dana tersebut.
- Gunakan rekening terpisah antara tabungan dan pengeluaran harian untuk menghindari campur aduk dana.
- Mulai dari persentase kecil dulu, misalnya 10% dari penghasilan, lalu naikkan bertahap.
- Evaluasi tiap bulan dan sesuaikan target jika kondisi berubah (misalnya, gaji naik atau turun).
- Gunakan aplikasi budgeting jika kamu ingin tetap memantau pengeluaran tanpa terlalu repot.
Cocok untuk Siapa?
Reverse budgeting paling cocok untuk individu dengan pendapatan menengah yang:
- Ingin mulai menabung tapi merasa pengeluaran selalu habis di awal bulan.
- Ingin membangun dana darurat atau menyiapkan dana investasi.
- Sedang merintis kebiasaan keuangan sehat tanpa metode budgeting yang kompleks.
Metode ini juga efektif bagi pekerja lepas atau wirausahawan yang memiliki penghasilan tidak tetap, karena mereka bisa menyesuaikan besaran tabungan berdasarkan pendapatan bulan itu.
Artikel menarik lainnya untuk kamu baca: 9 Cara Hidup Hemat agar Cepat Kaya ala Frugal Living 2025, Mau Coba?
Hubungan dengan Frugal Living dan FIRE Movement
Reverse budgeting sangat erat kaitannya dengan dua konsep keuangan populer:
Frugal Living
Frugal living adalah gaya hidup hemat dan sadar finansial, bukan pelit. Reverse budgeting membantu kamu mengutamakan hal yang benar-benar penting dan mengurangi pengeluaran impulsif. Dengan strategi ini, kamu bisa hidup sederhana tapi tetap nyaman.
FIRE Movement
FIRE (Financial Independence, Retire Early) adalah gerakan yang mendorong orang menabung dan berinvestasi besar-besaran agar bisa pensiun dini. Reverse budgeting menjadi fondasi penting dalam gaya hidup FIRE karena fokus utamanya adalah menyisihkan sebanyak mungkin penghasilan sejak dini.
Dengan mengalokasikan 50% atau lebih dari pendapatan untuk tabungan dan investasi, seseorang bisa mempercepat pencapaian kebebasan finansial.
Apakah Reverse Budgeting Ada Hubungannya dengan Kripto?
Ya, reverse budgeting bisa terhubung dengan strategi investasi di aset kripto. Jika kamu tertarik investasi kripto:
- Kamu bisa alokasikan sebagian dari “saving” bulanan ke aset kripto, misalnya 5–10% dari pendapatan.
- Menjadikan investasi kripto sebagai bagian dari portofolio jangka panjang, misalnya seperti aset kripto Bitcoin maupun Ethereum.
- Karena pasar kripto fluktuatif, pastikan kamu hanya mengalokasikan dana yang benar-benar “dingin” dan bukan dari kebutuhan pokok.
Metode ini membantu kamu berinvestasi secara konsisten dan bertanggung jawab, tanpa harus mengorbankan stabilitas finansial.
Kesimpulan
Reverse budgeting adalah strategi keuangan yang efektif, praktis, dan cocok untuk pemula yang ingin mulai menabung. Dengan membalik pendekatan tradisional, kamu bisa memastikan dana tabungan dan investasi tidak terganggu oleh gaya hidup konsumtif.
Cocok untuk mereka yang berpenghasilan menengah, metode ini sejalan dengan filosofi frugal living dan bisa menjadi fondasi untuk mengikuti gerakan FIRE. Bahkan, reverse budgeting bisa digunakan untuk menyusun rencana investasi di aset kripto dengan lebih bijak.
Kuncinya adalah konsistensi dan disiplin dalam menyisihkan dana di awal, serta menyesuaikan gaya hidup dengan sisa anggaran.
Itulah pembahasan menarik tentang reverse budgeting, yang bisa kamu pelajari lebih dalam hanya di Akademi crypto. Tidak hanya menambah wawasan tentang investasi, di sini kamu juga dapat menemukan berita crypto terkini seputar dunia kripto.
Dan untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store. Kamu juga bisa mulai beli Bitcoin, beli Ethereum, dan aset kripto lainnya dengan praktis hanya dalam genggaman di INDODAX Market.. Ikuti juga sosial media INDODAX di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
- Apa perbedaan utama reverse budgeting dan budgeting biasa?
Reverse budgeting memprioritaskan menabung dulu sebelum belanja, sementara budgeting biasa mengatur pengeluaran dulu lalu menabung dari sisa.
- Apakah reverse budgeting cocok untuk semua orang?
Cocok untuk sebagian besar orang, terutama pemula dan mereka yang ingin membangun kebiasaan menabung dengan cara praktis.
- Berapa persentase tabungan yang ideal dalam reverse budgeting?
Idealnya 20–30% dari pendapatan, namun bisa disesuaikan tergantung kondisi masing-masing.
- Apa saja tantangan menjalankan reverse budgeting?
Tantangannya ada pada disiplin menahan diri untuk tidak mengambil dana tabungan, serta menyesuaikan gaya hidup dengan sisa anggaran.
- Bisakah reverse budgeting diterapkan untuk investasi kripto?
Bisa. Reverse budgeting justru mempermudah kamu menyisihkan dana secara rutin untuk investasi kripto yang sehat dan terencana.
Author: RZ