Stock-to-Flow (S2F): Dari Emas Digital Sampai Emas Hitam
icon search
icon search

Top Performers

Stock-to-Flow (S2F): Dari Emas Digital Sampai Emas Hitam

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

Stock-to-Flow (S2F): Dari Emas Digital Sampai Emas Hitam

Stock to Flow (S2F) Dari Emas Digital Sampai Emas Hitam

Daftar Isi

Banyak orang tertarik pada aset langka, tapi nggak semua paham cara mengukurnya. Model Stock-to-Flow (S2F) menawarkan satu pendekatan menarik dari emas yang ditambang ribuan tahun, Bitcoin yang terprogram langka, hingga minyak yang diburu setiap hari. Tapi, apakah model ini benar-benar bisa bantu kamu memahami nilai suatu aset?

Model yang dipopulerkan oleh analis anonim bernama PlanB ini telah menjadi salah satu framework paling kontroversial dalam dunia investasi modern. Beberapa investor menganggapnya sebagai “kristal bola” yang bisa memprediksi harga aset, sementara yang lain menilainya terlalu sederhana untuk menangkap kompleksitas pasar yang sesungguhnya.

Mari kita mulai dari dasar model ini dulu.

 

Apa Itu Stock-to-Flow (S2F) dan Kenapa Penting?

Stock-to-Flow adalah rasio sederhana yang mengukur kelangkaan dengan membandingkan total stok yang beredar dengan aliran produksi tahunan. Konsep ini bukan hal baru — ekonom telah menggunakannya selama bertahun-tahun untuk menganalisis komoditas, terutama logam mulia.

Formula dasarnya sangat mudah: S2F = Stok Total ÷ Produksi Tahunan

Semakin tinggi angka S2F, semakin langka suatu aset dan teoritis semakin bernilai. Ini karena dibutuhkan waktu yang lama untuk menggandakan pasokan yang ada. Model ini cocok untuk aset yang bisa disimpan dan pasokannya terbatas, bukan untuk aset yang langsung habis pakai.

Misalnya, jika ada sekitar 200.000-300.000 ton emas di dunia dan tambang emas menghasilkan sekitar 3.000-3.500 ton emas baru setiap tahun, maka S2F emas berada di kisaran 60-100. Angka ini menunjukkan bahwa dibutuhkan puluhan tahun untuk menggandakan pasokan emas yang ada.

Yang menarik, model ini tidak hanya melihat kuantitas, tapi juga kualitas kelangkaan. Artinya, aset dengan S2F tinggi cenderung memiliki karakteristik sebagai penyimpan nilai jangka panjang, bukan sekadar instrumen spekulatif.

Sekilas, model ini terlihat sederhana. Tapi menariknya, setiap aset punya S2F yang berbeda — dan di situlah pembahasan ini jadi makin penting.

 

Cara Kerja S2F di Bitcoin (Emas Digital)

Bitcoin menjadi fenomena menarik dalam analisis S2F karena memiliki karakteristik unik yang tidak dimiliki aset tradisional. Banyak orang bahkan menyebutnya sebagai emas digital, karena kemiripannya dengan emas dari sisi kelangkaan dan daya simpan nilainya. Berbeda dengan emas yang produksinya bisa berfluktuasi, Bitcoin punya protokol yang sudah terprogram dengan pasokan maksimal 21 juta koin dan sistem halving yang otomatis setiap 210.000 blok.

Setelah halving bitcoin  2024, stock-to-flow Bitcoin naik menjadi 113, yang bahkan lebih tinggi dari emas yang “hanya” memiliki S2F 62. Ini menjadikan Bitcoin secara matematis lebih langka dari emas, setidaknya dari perspektif produksi baru.

PlanB, penemu model S2F untuk Bitcoin, menggunakan regresi logaritmik untuk memodelkan hubungan antara S2F dan harga Bitcoin. Prediksi model ini pernah memproyeksikan harga Bitcoin mencapai $306.984 pada akhir 2024, meskipun realitanya harga Bitcoin belum mencapai level tersebut.

Yang membuatnya lebih menarik, versi terbaru model ini bahkan menyarankan valuasi $420.000 pada April 2025. Namun, proyeksi yang lebih konservatif menunjukkan Bitcoin bisa mencapai $100.000 pada akhir 2024, dengan estimasi yang lebih realistis sekitar $150.000.

Tapi perlu diingat, prediksi ini juga pernah meleset — seperti proyeksi $288K yang tidak tercapai. Hal ini menunjukkan bahwa S2F perlu dilihat sebagai alat bantu, bukan kebenaran mutlak tentang harga masa depan.

Bitcoin memang menarik karena transparansi dan kelangkaannya. Tapi S2F bukan model eksklusif Bitcoin. Emas juga sudah lama dianalisis pakai pendekatan ini.

 

Stock-to-Flow pada Emas Fisik: Logam Mulia Tertua Dunia

Emas telah menjadi standar emas (pun intended) dalam analisis Stock-to-Flow selama berabad-abad. Dengan total stok emas yang pernah ditambang sekitar 177.000 ton dan produksi tahunan sekitar 3.000 ton, emas memiliki stock-to-flow ratio sekitar 59 tahun.

Angka ini menunjukkan bahwa setiap tahun, stok emas global hanya bertambah 1.5% hingga 2%. Pertumbuhan yang konsisten ini membuat emas menjadi aset yang relatif stabil dan predictable dibanding aset lain yang produksinya bisa berfluktuasi drastis.

Stock-to-flow ratio emas digunakan sebagai metrik untuk mengukur kelangkaan atau kelimpahan emas, dan menjadi salah satu alasan mengapa emas dianggap sebagai safe haven asset. Ketika ketidakpastian ekonomi meningkat, investor cenderung beralih ke aset dengan S2F tinggi seperti emas.

Karakteristik ini juga yang membuat emas menjadi benchmark untuk aset-aset lain. Ketika Bitcoin disebut sebagai “emas digital”, perbandingan utamanya justru pada aspek kelangkaan yang diukur melalui S2F. Keduanya sama-sama sulit untuk diproduksi dalam jumlah besar dalam waktu singkat.

Kalau emas cocok dianalisis pakai S2F karena langka dan disimpan, apakah ini juga berlaku untuk aset seperti minyak?

 

S2F pada Minyak: Kenapa Emas Hitam Tak Cocok?

Minyak bumi, meskipun sering disebut “emas hitam,” memiliki karakteristik yang sangat berbeda dari emas atau Bitcoin dalam konteks Stock-to-Flow. Perbedaan fundamental ini terletak pada sifat konsumtif minyak.

Minyak adalah komoditas yang langsung dikonsumsi, bukan disimpan untuk jangka panjang. Produksi harian dunia mencapai sekitar 90-100 juta barel, dan hampir semuanya langsung digunakan untuk berbagai keperluan energi dan industri. Tidak seperti emas yang bisa disimpan selama ribuan tahun, minyak yang diproduksi hari ini akan habis dalam hitungan bulan.

Konsep “stok” dalam minyak lebih mengacu pada cadangan yang bisa diakses dan strategic petroleum reserves, bukan akumulasi produksi historis. Strategic reserves dunia hanya mampu memenuhi kebutuhan selama beberapa bulan, yang menghasilkan S2F kurang dari 1.

Inilah mengapa S2F tidak relevan untuk minyak meski disebut “emas hitam.” Model ini lebih cocok untuk analisis pasokan jangka pendek atau proyeksi energi, bukan sebagai indikator nilai jangka panjang. Volatilitas harga minyak lebih ditentukan oleh faktor geopolitik, musiman, dan permintaan ekonomi global daripada kelangkaan dalam arti S2F.

Nah, setelah kamu paham S2F di berbagai aset, sekarang saatnya bahas cara pakainya secara strategis dan realistis.

 

S2F Bukan Alat Sakti: Gunakan Bareng 4 Alat Analisis Lainnya

Model Stock-to-Flow memang powerful untuk memahami logika kelangkaan jangka panjang, tapi lemah untuk trading harian atau prediksi timing yang presisi. Seperti yang dikatakan analis Crosby, “S2F works until it doesn’t” model ini bekerja hingga kejadian tak terduga mengganggu pola normalnya.

 

Para investor profesional mengombinasikan S2F dengan minimal empat alat analisis lainnya:

  1. Analisis Teknikal (TA) — untuk menentukan entry dan exit point yang tepat. S2F bisa memberikan pandangan jangka panjang, tapi TA membantu timing eksekusi.
  2. Analisis On-Chain — khusus untuk aset kripto, memantau pergerakan dompet whale dan metrik blockchain lainnya yang bisa memberikan sinyal awal perubahan sentimen.
  3. Analisis Sentimen Pasar — mengukur FOMO (Fear of Missing Out) dan FUD (Fear, Uncertainty, Doubt) yang sering menggerakkan harga dalam jangka pendek.
  4. Data Makroekonomi — memantau kebijakan suku bunga, inflasi, dan kondisi geopolitik yang mempengaruhi risk appetite investor.

 

Studi kasus 2021 menunjukkan bagaimana model S2F gagal memprediksi Bitcoin mencapai $100K. Kegagalan ini terjadi karena model tersebut mengabaikan sentimen pasar yang terpengaruh kebijakan The Fed, larangan mining di China, dan berbagai faktor eksternal lainnya.

Sebaliknya, kombinasi kelima alat analisis ini dalam periode 2023-2024 menunjukkan akurasi prediksi yang jauh lebih tinggi karena mampu menangkap dinamika pasar yang lebih kompleks.

Model sekuat apa pun pasti punya keterbatasan. Termasuk S2F. Yuk lihat kritik dan kelemahannya secara objektif.

 

Kritik & Kelemahan Model S2F

Meskipun model Stock-to-Flow memiliki logika yang kuat, ada beberapa kritik fundamental yang perlu kamu pahami sebelum mengandalkannya sepenuhnya.

Fokus Hanya pada Supply-Side

Model S2F hanya mempertimbangkan sisi penawaran (supply), padahal harga ditentukan oleh interaksi antara penawaran dan permintaan. Sebuah aset bisa memiliki S2F tinggi, tapi jika tidak ada permintaan, harganya tetap bisa turun. Ini seperti menganalisis pasar hanya dengan melihat setengah dari persamaan.

 

Tidak Responsif terhadap Perubahan Eksternal

Model ini tidak dapat merespons dengan cepat terhadap:

  • Perubahan sentimen pasar yang drastis
  • Berita besar yang mengubah persepsi investor
  • Perubahan demand yang mendadak akibat faktor teknologi atau regulasi
  • Krisis ekonomi atau geopolitik yang mengubah preferensi aset

 

Risiko Overconfidence

Prediksi PlanB yang menempatkan rata-rata harga Bitcoin di $288K pada 2024 yang gagal tercapai menunjukkan bagaimana model ini bisa membuat investor terlalu percaya diri. Ketika prediksi tidak sesuai realitas, investor bisa mengalami kerugian besar karena terlalu bergantung pada satu model.

Asumsi Linearitas

Model S2F mengasumsikan bahwa hubungan antara kelangkaan dan harga bersifat linier dan konsisten. Kenyataannya, pasar finansial sering bergerak secara non-linier dengan periode bubble dan crash yang tidak bisa diprediksi hanya dari data historis.

Tapi meskipun ada kelemahan, model S2F tetap punya tempat penting dalam toolkit investor modern asal digunakan dengan bijak.

 

Kesimpulan: S2F Itu Kompas, Bukan GPS

Model Stock-to-Flow bisa bantu kamu memahami kelangkaan aset seperti Bitcoin, emas, dan komoditas lainnya dengan perspektif yang unik dan data-driven. Tapi kamu harus ingat — pasar bukan hanya soal angka. Ada psikologi massa, gejolak geopolitik, perubahan teknologi, dan strategi institusi besar yang juga menentukan harga.

S2F seperti kompas yang menunjukkan arah umum, bukan GPS yang memberikan rute detail. Kompas berguna untuk navigasi jangka panjang, tapi kamu tetap butuh peta (analisis lain) untuk menghindari rintangan di perjalanan.

Gabungkan S2F dengan analisis teknikal, fundamental, sentimen, dan makroekonomi, dan kamu akan punya peta yang lebih akurat untuk membaca masa depan aset yang kamu miliki. Ingat, diversifikasi portofolio tidak hanya berlaku untuk portofolio aset, tapi juga untuk metodologi analisis yang kamu gunakan.

Yang terpenting, selalu ingat bahwa model terbaik sekalipun bisa gagal ketika kondisi pasar berubah fundamental. Gunakan S2F sebagai salah satu pertimbangan, bukan sebagai satu-satunya dasar pengambilan keputusan investasi.

 

Itulah informasi menarik tentang Stock to Flow (S2F) yang  bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.

 

Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.

Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.

 

Follow Sosmed Twitter Indodax sekarang

Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram

 

FAQ

 

1. Apakah S2F bisa digunakan untuk semua aset? 

Tidak. Model ini hanya cocok untuk aset yang langka dan bisa disimpan seperti emas dan Bitcoin. Aset konsumtif seperti minyak, gas, atau komoditas pertanian tidak cocok karena karakteristik flow-nya yang tinggi.

2. Kenapa minyak tidak cocok pakai S2F? 

Karena minyak dikonsumsi langsung, bukan disimpan untuk jangka panjang. Flow minyak jauh lebih tinggi dibanding stok yang tersedia, menghasilkan S2F di bawah 1, yang membuat model ini tidak relevan.

3. Apakah S2F masih relevan di 2025? 

Masih relevan, tapi hanya sebagai kerangka dasar untuk memahami kelangkaan — bukan alat prediksi harga yang berdiri sendiri. Pasar modern terlalu kompleks untuk diprediksi hanya dengan satu model.

4. Apakah S2F bisa berdiri sendiri dalam analisis investasi? 

Tidak disarankan. Model ini harus digabung dengan alat lain seperti analisis teknikal, on-chain, sentimen pasar, dan data makroekonomi untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif.

5. Mengapa prediksi S2F sering meleset? 

Karena model ini hanya mempertimbangkan sisi supply dan mengabaikan faktor demand, sentimen pasar, dan kejadian eksternal yang bisa mengubah dinamika harga secara drastis.

 

 

Author : RB

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
  

Lebih Banyak dari Bitcoin,Market Signal

Koin Baru dalam Blok

Pelajaran Dasar

Calculate Staking Rewards with INDODAX earn

Select an option
dot Polkadot 10.78%
bnb BNB 0.3%
sol Solana 5.27%
eth Ethereum 1.84%
ada Cardano 1.53%
pol Polygon Ecosystem Token 1.94%
trx Tron 2.39%
DOT
0
Berdasarkan harga & APY saat ini
Stake Now

Pasar

Nama Harga 24H Chg
KUNCI/IDR
Kunci Coin
3
50%
KOK/IDR
Kok
3
50%
VIDYX/IDR
VidyX
3
50%
ONT/IDR
Ontology
3.141
40.1%
ACS/IDR
Access Pro
22
24.95%
Nama Harga 24H Chg
DCT/IDR
Degree Cry
93.231
-37.43%
NEON/IDR
Neon EVM
2.566
-27.74%
HART/IDR
Hara Token
42
-22.22%
BIO/IDR
Bio Protoc
3.286
-21.78%
BAND/IDR
Band Proto
13.671
-19.79%
Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

Duck Syndrome: Trader & Pekerja Digital Juga Rentan!
25/08/2025
Duck Syndrome: Trader & Pekerja Digital Juga Rentan!

Pernahkah kamu melihat seekor bebek yang tampak tenang mengapung di

25/08/2025
RDPT Adalah? Kenali Investasi Obligasi Buat Pemula
25/08/2025
RDPT Adalah? Kenali Investasi Obligasi Buat Pemula

Banyak orang mulai melirik instrumen investasi yang lebih aman tapi

25/08/2025
Foreign Direct Investment Adalah? Definisi & Contoh 2025
25/08/2025
Foreign Direct Investment Adalah? Definisi & Contoh 2025

Pernah sadar nggak kalau banyak perusahaan besar di Indonesia ternyata

25/08/2025