Harga Bitcoin (BTC) kembali terkoreksi setelah sentimen negatif dari sektor teknologi Amerika mengguncang pasar global.
Dorongan aksi jual di saham teknologi, kekhawatiran bubble kecerdasan buatan, serta melemahnya peluang pemangkasan suku bunga menyebabkan Bitcoin (BTC) ambles bersama indeks Nasdaq.
Koreksi ini mencerminkan meningkatnya hubungan antara pasar kripto dan saham teknologi, terutama saat volatilitas naik tajam di sektor AI.
Nasdaq Jatuh 4%, Bitcoin Ikut Terkoreksi
Nasdaq mencatat penurunan intraday hingga 4%, meskipun sejumlah perusahaan besar melaporkan kinerja kuat.
Di sisi lain, investor justru mencemaskan lonjakan belanja besar-besaran di sektor AI, terutama untuk pembangunan data center.
Kekhawatiran ini memicu aksi jual besar-besaran di saham teknologi dan Bitcoin tidak luput dari efek domino tersebut.
Harga Bitcoin sempat turun di bawah US$85.000, level terendah sejak April, mencerminkan betapa sensitifnya pasar kripto terhadap tekanan risiko di sektor teknologi.
Baca juga berita terkait: Arthur Hayes Ingatkan Bitcoin Bisa Turun ke US $80.000, Ini Pemicunya!
Korelasi Bitcoin–Nasdaq Tembus 80%
Tingginya volatilitas membuat korelasi 30 hari antara Bitcoin dan Nasdaq kembali meroket ke kisaran 80%, menjadi level tertinggi dalam enam bulan terakhir.
Lonjakan ini menegaskan bahwa pergerakan Bitcoin saat ini sangat dipengaruhi dinamika di sektor teknologi, terutama ketika tekanan aksi jual muncul di saham perusahaan AI dan Big Tech.

Grafik korelasi 30 hari Bitcoin–Nasdaq yang naik ke 0.78, level tertinggi dalam enam bulan terakhir | Sumber Gambar: TradingView via Cointelegraph
Kenaikan korelasi ini juga menunjukkan bahwa investor lebih fokus pada risiko makro ketimbang karakteristik Bitcoin sebagai aset dengan suplai tetap.
Dalam kondisi risk-off, narasi Bitcoin sebagai penyimpan nilai cenderung tersisih karena pasar lebih memilih mengurangi eksposur dari seluruh aset berisiko.
Biaya Build-Out AI Meledak, Kekhawatiran Bubble Makin Kuat
Kekhawatiran investor tidak hanya datang dari volatilitas sektor teknologi, tetapi juga dari lonjakan biaya pembangunan infrastruktur AI yang semakin agresif.
Meski sejumlah perusahaan membukukan kinerja kuat, termasuk kejutan positif dari Walmart, pasar tetap menilai bahwa pengeluaran besar-besaran untuk AI justru menjadi ancaman terhadap stabilitas ekonomi.
Analis teknologi Gil Luria dari D.A. Davidson menyebut banyak perusahaan kini “mengambil banyak utang untuk membangun data center,” dan menilai bahwa investasi tersebut bersifat spekulatif karena potensi imbal hasilnya belum jelas.
Ia memperingatkan bahwa sektor data center bisa menghadapi tekanan dalam dua hingga tiga tahun ke depan jika ekonomi AI tidak tumbuh sesuai ekspektasi. Menurutnya, bahkan kinerja positif Nvidia tidak cukup untuk menilai kesehatan sektor AI.
“Kinerja Nvidia bukan ukuran yang dapat diandalkan untuk menentukan apakah ekonomi AI benar-benar sudah matang,” kata Luria.”

Belanja pembangunan data center meningkat tajam sejak 2014 dan makin cepat setelah peluncuran ChatGPT, memicu kekhawatiran bubble AI | Sumber Gambar: Distilled
Lonjakan biaya ini memperkuat sentimen risk-off di pasar, membuat investor semakin hati-hati dan memilih keluar dari aset berisiko.
“Kekhawatirannya adalah banyak perusahaan mulai mengambil utang besar hanya untuk membangun data center,” ujar Luria dikutip dari Cointelegraph.
Kondisi tersebut turut berkontribusi pada penurunan 7.8% Nasdaq dari posisi all-time high 29 Oktober, menghapus kenaikan selama sepuluh minggu sebelumnya.
Sentimen Makro Ikut Memperburuk Tekanan Penurunan
Pasar makin tertekan setelah laporan tenaga kerja AS menunjukkan kenaikan nonfarm payrolls sebesar 119.000 pada September, berlawanan dengan penurunan pada bulan sebelumnya.
Data ini memantik keraguan terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga lebih cepat. Risalah FOMC Oktober 2025 juga memperkuat sikap hati-hati para pembuat kebijakan.

Sumber Gambar: CME FedWatch Tool
Peluang dua kali pemotongan suku bunga hingga Januari 2026 kini merosot dari 55% menjadi 20%.
Perubahan ini membuat investor menghindari aset berisiko dan memilih menunggu kejelasan arah kebijakan moneter.
Baca selanjutnya: Crash Belum Selesai? Bitcoin Diprediksi Bisa Jeblos Sampai $60.000
Pandangan Investor: Bubble AI Mulai Jadi Sorotan Serius
Sejumlah analis menilai bahwa pengeluaran masif untuk pembangunan data center oleh perusahaan AI bersifat sangat spekulatif dan berpotensi memicu koreksi tajam dalam beberapa tahun mendatang.
Meskipun Nvidia melaporkan kinerja kuat, pasar tetap resah karena tingginya biaya investasi infrastruktur AI.
Sementara itu, investor besar seperti Ray Dalio menilai memang ada tanda-tanda bubble, namun belum ada pemicu untuk crash besar dalam waktu dekat.
Ia menyebut diversifikasi ke aset langka masih relevan, tetapi sentimen pasar tetap goyah.
Trader Kripto Menunggu Momentum Baru
Meski koreksi cukup dalam, pelaku pasar kripto tidak sepenuhnya bearish.
Banyak trader menunggu titik masuk baru sambil mencermati perkembangan makro dan potensi stimulus fiskal, termasuk agenda ekonomi tarif yang didorong Presiden Donald Trump.
Transisi menuju kondisi pasar yang lebih stabil masih menunggu kepastian dari sisi likuiditas dan arah kebijakan bank sentral.
Kesimpulan
Koreksi Bitcoin kali ini bukan sekadar fenomena internal pasar kripto. Tekanan kuat dari sektor teknologi, kekhawatiran bubble AI, dan sentimen hawkish The Fed menjadi kombinasi yang menyeret Bitcoin turun bersama Nasdaq.
Di tengah korelasi yang semakin tinggi antara kripto dan saham teknologi, investor kini dihadapkan dengan volatilitas sektor AI dapat menjadi salah satu penentu utama arah harga Bitcoin dalam waktu dekat.
FAQ
- Mengapa harga Bitcoin ikut turun ketika Nasdaq jatuh?
Karena korelasi Bitcoin–Nasdaq sedang berada di level tinggi, sekitar 80%. Saat saham teknologi tertekan, pasar kripto ikut mengalami aksi jual karena investor mengurangi eksposur risiko. - Apa itu bubble AI dan mengapa memengaruhi Bitcoin?
Bubble AI adalah kondisi ketika valuasi dan pengeluaran di sektor kecerdasan buatan dianggap terlalu berlebihan. Kekhawatiran ini memicu sentimen negatif di pasar teknologi, yang kemudian menular ke Bitcoin karena investor masuk mode risk-off. - Apakah Bitcoin masih dianggap aset lindung nilai?
Secara jangka panjang, narasi tersebut masih relevan. Namun dalam jangka pendek, Bitcoin cenderung bergerak mengikuti aset berisiko seperti saham teknologi ketika sentimen pasar memburuk. - Seberapa besar dampak data tenaga kerja AS terhadap pasar kripto?
Data tenaga kerja memengaruhi ekspektasi kebijakan suku bunga The Fed. Ketika pasar melihat peluang pemangkasan suku bunga menurun, aset berisiko seperti Bitcoin sering mengalami tekanan jual. - Apakah penurunan Bitcoin kali ini akan berlanjut?
Belum tentu. Banyak trader menunggu sinyal makro yang lebih jelas, seperti arah suku bunga dan kondisi likuiditas. Jika tekanan dari sektor teknologi mereda, peluang pemulihan harga tetap terbuka.
Itulah informasi berita crypto hari ini. Aktifkan notifikasi agar Anda selalu mendapatkan informasi terkini dan edukasi dari Akademi Crypto seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Jangan sampai ketinggalan berita terbaru terkait dunia kripto, pergerakan pasar, dan masih banyak lagi di laman artikel edukasi crypto terpopuler.
Anda juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya.
Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Kontak Resmi Indodax
Nomor Layanan Pelanggan: (021) 5065 8888 | Email Bantuan: [email protected]
Ikuti juga sosial media INDODAX di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
Author: Fau
Tag Terkait: #Berita Kripto Hari Ini, #Berita Mata uang Kripto, #Berita Bitcoin, #Prediksi Harga Crypto Hari Ini






Polkadot 8.95%
BNB 0.54%
Solana 4.78%
Ethereum 2.37%
Cardano 1.70%
Polygon Ecosystem Token 2.11%
Tron 2.85%
Pasar


