Pasar kripto makin bergejolak, terutama saat harga Bitcoin menembus $104.000 per 18 Mei 2025. Banyak trader buru-buru masuk posisi, tapi nggak ngerti beda Buy Stop dan Buy Limit. Padahal, salah pasang order bisa bikin kamu ketinggalan momentum atau malah kena rugi besar. Bahkan data terbaru menunjukkan 68% trader pemula mengalami kerugian akibat kesalahan memilih jenis order dalam kondisi pasar yang volatil.
Di artikel ini, kamu akan memahami semua yang perlu diketahui tentang Buy Stop dan Buy Limit, mulai dari definisi dasar, kapan menggunakannya, hingga strategi implementasinya dalam kondisi pasar kripto 2025. Dengan pemahaman yang tepat, kamu bisa memaksimalkan profit dan meminimalisir resiko trading dengan lebih baik.
Apa Itu Buy Stop dan Buy Limit? Ini Dasar yang Harus Kamu Tahu

Ilustrasi posisi Buy Stop vs Buy Limit
Sebelum kamu memilih jenis order, penting untuk memahami definisi dasarnya dulu. Keduanya termasuk pending order, bagian dari kategori limit order yang sering digunakan trader. Kamu bisa pahami konsep dasarnya di artikel limit order ini.
Buy Stop adalah instruksi untuk membeli aset di atas harga pasar saat ini. Order ini akan tereksekusi secara otomatis ketika harga mencapai atau melampaui level yang kamu tentukan. Misalnya, jika Bitcoin saat ini diperdagangkan di $100, kamu bisa memasang Buy Stop di $105.
Buy Limit adalah kebalikannya – instruksi untuk membeli aset di bawah harga pasar saat ini. Order ini tereksekusi ketika harga turun ke level atau di bawah level yang kamu tentukan. Dengan contoh yang sama, jika Bitcoin diperdagangkan di $100, kamu bisa memasang Buy Limit di $95.
Perbedaan utamanya terletak pada arah pergerakan harga yang kamu antisipasi. Buy Stop mengantisipasi kenaikan harga lebih lanjut, sementara Buy Limit mengantisipasi penurunan harga sebelum kemungkinan rebound.
Nah, sekarang kamu tahu posisi dasar dari masing-masing order. Tapi gimana cara milih yang tepat? Yuk lanjut ke pembahasan lebih detail!
Perbedaan Buy Stop vs Buy Limit: Gampangnya Kayak Gini
Meskipun sama-sama pending order, Buy Stop dan Buy Limit punya tujuan, risiko, dan penggunaan yang beda banget. Memahami perbedaan ini bisa jadi kunci sukses strategi tradingmu.
Aspek | Buy Stop | Buy Limit |
Tujuan | Menangkap momentum kenaikan harga | Mendapatkan harga lebih murah saat koreksi |
Posisi Harga | Di atas harga pasar saat ini | Di bawah harga pasar saat ini |
Strategi Umum | Breakout trading, trend following | Buy the dip, value investing |
Risiko Utama | Slippage saat volatilitas tinggi | Order tidak tereksekusi jika harga tidak turun |
Kapan Digunakan | Saat pasar bullish, momentum kuat | Saat pasar dalam koreksi atau konsolidasi |
Selain itu, dari segi eksekusi trading, Buy Stop umumnya lebih agresif karena mengkonfirmasi tren naik, sementara Buy Limit lebih konservatif karena mencari “diskon” harga. Ini juga mempengaruhi psikologi trading kamu – apakah lebih nyaman mengejar momentum atau menunggu kesempatan yang lebih terjangkau.
Setelah lihat tabel di atas, kamu pasti mulai paham, kan? Tapi kapan sebaiknya kamu pakai masing-masing order ini? Lanjut ke strategi nyatanya yang bisa langsung kamu aplikasikan.
Kapan Gunakan Buy Stop? Ini Strategi Breakout 2025
Buy Stop biasanya dipakai saat kamu yakin harga akan naik terus setelah menembus resistance. Ini strategi buat kamu yang suka kejar momentum dan tidak ingin ketinggalan rally harga.
Mari lihat contoh nyata dengan Bitcoin di tahun 2025. Berdasarkan data terkini dari CoinMarketCap per 18 Mei 2025, Bitcoin sedang berkonsolidasi di sekitar $104.000 setelah menembus resistance kuat di $103.500. Banyak analis teknikal memprediksi Bitcoin akan terus naik jika berhasil menembus $104.200. Dalam situasi ini, kamu bisa memasang Buy Stop di $104.200 untuk menangkap momentum breakout.
Strategi Buy Stop sangat efektif dalam skenario-skenario berikut:
- Saat aset menunjukkan pola breakout dari konsolidasi panjang
- Ketika volume perdagangan mulai meningkat
- Saat ada katalis fundamental yang bisa mendorong harga (seperti adopsi institusional atau regulasi positif)
Namun perlu diingat, strategi ini juga memiliki risiko. Slippage bisa terjadi saat market sangat volatil, di mana ordermu tereksekusi pada harga yang jauh lebih tinggi dari yang kamu tentukan. Buy Stop juga rentan terhadap false breakout atau “bull trap”, di mana harga naik sebentar lalu tiba-tiba berbalik turun.
Jadi kalau kamu tipe trader yang suka kejar lonjakan harga, Buy Stop bisa jadi senjata ampuh dalam arsenalmu. Tapi tetap harus waspada dengan volatilitas dan selalu pasang stop loss untuk melindungi modal dari kemungkinan terburuk.
Kapan Pakai Buy Limit? Strategi Beli Murah Saat Koreksi
Kalau kamu lebih sabar dan nunggu harga diskon, Buy Limit jawabannya. Order ini cocok buat kamu yang suka beli saat pasar pullback dan percaya pada potensi jangka panjang aset.
Menggunakan data BTC terbaru, misalkan Bitcoin saat ini diperdagangkan di $103.900. Analisis teknikal menunjukkan adanya support kuat di level $102.500. Sebagai trader yang cerdas, kamu bisa memasang Buy Limit di level tersebut, dengan harapan mendapatkan Bitcoin lebih murah saat terjadi koreksi pasar.
Buy Limit sangat ideal untuk:
- Strategi seperti buy the dip sering dipakai saat pasar bullish dan harga mengalami koreksi. Kamu bisa eksplor lebih lanjut konsep buy the dip di blog edukasi
- Trading pada level support yang sudah terbukti kuat secara historis
- Saat indikator teknikal menunjukkan kondisi oversold
Keuntungan utama dari Buy Limit adalah kamu tidak mengejar harga dan bisa mendapatkan posisi entry yang lebih baik. Ini akan memberikan ruang lebih besar untuk profit jika harga kembali naik.
Namun, strategi ini juga punya risiko. Yang paling umum adalah order tidak tereksekusi karena harga tidak pernah turun ke level yang kamu targetkan. Dalam bull market yang kuat, ini bisa membuatmu ketinggalan rally besar. Bahkan dalam kasus ekstrem, harga bisa terus naik tanpa koreksi signifikan, membuatmu hanya bisa menonton dari pinggir lapangan.
Buy Limit pas buat kamu yang percaya harga bakal turun dulu sebelum naik lagi. Tapi ya, siap-siap juga kalau ordernya nggak kesentuh dan kamu harus mengubah strategi untuk tidak ketinggalan peluang pasar.
Tips Aman Gunakan Buy Stop & Buy Limit dalam Trading Kripto
Setelah tahu bedanya, sekarang saatnya kamu tahu cara menggunakannya secara bijak. Biar nggak salah langkah pas market panas dan emosi mulai mempengaruhi keputusan trading.
1. Selalu Pasang Stop Loss & Take Profit
Ini adalah aturan emas dalam manajemen risiko. Kalau kamu belum familier dengan cara pasang stop loss yang benar, cek dulu panduan stop loss di sini dan target profit (take profit). Untuk Buy Stop, stop loss biasanya ditempatkan di bawah level support terdekat. Untuk Buy Limit, stop loss bisa ditempatkan di bawah level support utama berikutnya.
2. Perhatikan Jarak Order dari Harga Pasar
Jangan pasang order terlalu dekat dari harga sekarang untuk menghindari noise market. Idealnya, untuk Buy Stop, taruh minimal 1-2% di atas resistance kuat. Untuk Buy Limit, taruh minimal 3-5% di bawah harga pasar saat ini, ideally di level support yang sudah teruji.
3. Uji Strategi Dulu
Sebelum terjun dengan modal besar, uji strategi di akun demo atau dengan alokasi kecil. Data 2025 menunjukkan bahwa trader yang konsisten melakukan backtesting strategi sebelum implementasi memiliki tingkat keberhasilan 47% lebih tinggi.
4. Kombinasikan dengan Analisis Teknikal
Buy Stop paling efektif saat dikombinasikan dengan indikator momentum seperti RSI, MACD, atau volume breakout. Sementara Buy Limit bekerja baik dengan indikator oversold seperti RSI di bawah 30 atau Bollinger Bands saat harga menyentuh band bawah.
5. Perhatikan Kondisi Pasar Makro
Jenis order yang kamu pilih sebaiknya selaras dengan kondisi pasar makro. Di bull market yang jelas, Buy Stop sering lebih produktif. Di pasar sideways atau bearish, Buy Limit bisa lebih menguntungkan.
Strategi apapun yang kamu pilih, pastikan kamu punya rencana exit yang jelas. Jangan asal pasang order tanpa tahu skenario gagal dan kapan harus cut loss. Trading disiplin selalu lebih menguntungkan dalam jangka panjang dibanding trading berdasarkan emosi.
Contoh Kasus BTC 2025: Buy Stop vs Buy Limit dalam Aksi
Biar makin kebayang, ini contoh real-time pakai data BTC dari CoinMarketCap (18 Mei 2025). Dengan memahami aplikasi praktis dari kedua jenis order, kamu bisa lebih yakin dalam menerapkannya pada strategi tradingmu.
Kondisi Pasar BTC Saat Ini:
- Bitcoin sedang konsolidasi di sekitar $103.950–$104.000
- Resistance utama terlihat di $104.300
- Support kuat berada di $102.800
- Volume perdagangan meningkat 27% dalam 24 jam terakhir
- RSI di timeframe 4 jam mendekati 68 (mendekati overbought tapi belum ekstrem)
Skenario 1: Strategi Buy Stop
Sebagai trader momentum, kamu melihat potensi breakout di atas $104.300. Indikatormu menunjukkan akumulasi yang kuat, dan berita adopsi institusional terus bermunculan.
Rencana Trading:
- Pasang Buy Stop di $104.300 (tepat di atas resistance)
- Stop Loss di $103.400 (di bawah support terdekat)
- Take Profit di $106.500 (target berdasarkan proyeksi Fibonacci 1.618)
Dengan strategi ini, kamu akan otomatis masuk posisi saat momentum naik terkonfirmasi. Risk-reward ratio sekitar 1:2.2, yang cukup menarik untuk trade jangka pendek.
Skenario 2: Strategi Buy Limit
Sebagai trader value, kamu melihat Bitcoin sedikit overbought dan mengantisipasi pullback ke level support sebelum melanjutkan rally.
Rencana Trading:
- Pasang Buy Limit di $102.800 (tepat di level support kuat)
- Stop Loss di $101.500 (di bawah support utama berikutnya)
- Take Profit di $106.000 (sama dengan target bullish jangka menengah)
Strategi ini memberikan risk-reward ratio yang lebih baik sekitar 1:3, tapi dengan risiko tidak tereksekusi jika harga tidak turun ke level support.
Dua pendekatan, dua mindset yang berbeda. Sekarang tinggal kamu pilih mana yang paling cocok sama gaya trading kamu dan ekspektasi terhadap pergerakan pasar Bitcoin dalam jangka pendek.
Kesimpulan
Pilih order sesuai gaya trading kamu – Setelah mempelajari perbedaan antara Buy Stop dan Buy Limit, kamu sekarang memiliki pemahaman yang lebih baik tentang kapan dan bagaimana menggunakan masing-masing jenis order.
Buy Stop adalah pilihan tepat saat kamu ingin menangkap momentum kenaikan harga, terutama dalam situasi breakout atau tren bullish yang kuat. Ini cocok untuk trader yang lebih agresif dan percaya bahwa “trend is your friend.”
Di sisi lain, Buy Limit lebih cocok untuk trader yang sabar dan mencari nilai optimal. Strategi ini mengutamakan entry point yang lebih baik dengan harapan mendapatkan “diskon” sebelum harga kembali naik.
Yang paling penting, jangan asal ikut-ikutan strategi orang lain. Setiap trader punya gaya, toleransi risiko, dan horizon waktu investasi yang berbeda. Pilih jenis order yang paling sesuai dengan karakteristik tradingmu dan kondisi pasar saat itu.
Jadi, kamu tipe yang kejar momentum atau nunggu harga diskon? Apapun itu, asal kamu paham cara kerja ordernya, potensi cuan selalu terbuka. Konsistensi dan disiplin dalam menjalankan strategi adalah kunci keberhasilan trading jangka panjang.
Itulah informasi menarik tentang Buy Stop vs Buy Limit: Jangan Salah Pasang Order! yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
1. Apa beda Buy Stop dan Stop Limit?
Buy Stop mengeksekusi order market saat harga naik ke level tertentu. Stop Limit lebih kompleks karena menggabungkan stop price (trigger untuk aktivasi order) dan limit price (harga maksimum yang kamu bersedia bayar). Stop Limit memberikan kontrol harga yang lebih baik tapi berisiko tidak tereksekusi saat volatilitas tinggi.
2. Apakah Buy Limit bisa gagal tereksekusi?
Bisa. Kalau harga pasar nggak pernah turun ke level Buy Limit kamu, order-nya nggak akan jalan. Ini risiko utama dari strategi Buy Limit, terutama di pasar yang sedang dalam tren kuat ke atas. Karenanya, beberapa trader menyesuaikan level Buy Limit mereka secara berkala.
3. Bisa nggak pakai dua-duanya sekaligus?
Bisa banget. Misalnya, Buy Limit kamu pasang di bawah, Buy Stop kamu taruh di atas siap-siap cuan dari dua arah. Ini dikenal sebagai strategi “bracketing” dan efektif saat kamu tidak yakin arah pergerakan pasar berikutnya tapi mengantisipasi volatilitas tinggi.
4. Bagaimana cara menentukan level terbaik untuk Buy Stop?
Level terbaik untuk Buy Stop biasanya sedikit di atas resistance kuat, sebaiknya dengan konfirmasi volume yang meningkat. Analisis price action dan pola candle juga bisa membantu mengidentifikasi level breakout potensial yang valid.
5. Apakah strategi Buy Limit masih efektif di bull market yang kuat?
Meskipun dalam bull market yang kuat, koreksi tetap terjadi. Buy Limit masih bisa efektif jika ditempatkan pada level support yang signifikan atau zona retracement Fibonacci. Namun, kamu mungkin perlu lebih fleksibel dan tidak terlalu menunggu diskon besar.
6. Apa yang harus dilakukan jika Buy Limit tidak tereksekusi dalam waktu lama?
Evaluasi ulang analisismu. Jika pasar terus bergerak menjauh dari level Buy Limit-mu, mungkin asumsimu tentang arah pasar perlu diperbarui. Dalam trading, penting untuk adaptif dan tidak terlalu keras kepala dengan satu strategi.
Untuk memahami jenis-jenis order lainnya seperti market order, stop limit, atau trailing stop, kamu bisa cek panduan lengkap soal jenis order trading di sini. Atau jika kamu ingin mendalami teknik lanjutan, pengetahuan tentang stop limit order akan sangat berguna dalam situasi pasar yang volatil.
Author: RB