Selama ini kamu mungkin cuma dengar soal emas kalau ngomongin logam mulia. Tapi tahu nggak, ada logam super langka yang harganya melonjak diam-diam di 2025: platinum. Logam putih berkilau ini tidak hanya lebih langka dari emas, tapi juga punya peran krusial dalam revolusi teknologi hijau yang sedang berlangsung.
Sayangnya, banyak orang bingung mulai dari mana karena platinum nggak seumum emas di Indonesia. Beli di mana? Apakah legal? Aman nggak? Bahkan investor berpengalaman sekalipun sering kelimpungan ketika ingin diversifikasi portofolio mereka dengan logam mulia yang satu ini.
Nah, artikel ini akan bantu kamu memahami cara investasi platinum secara lengkap, dari karakteristik uniknya, bentuk-bentuk investasi yang tersedia, tempat membelinya, hingga potensi keuntungan dan risiko yang perlu kamu waspadai. Dengan panduan komprehensif ini, kamu bisa mulai berinvestasi platinum dengan percaya diri dan strategi yang tepat.
Apa Itu Platinum dan Kenapa Jadi Rebutan di 2025?
Sebelum kamu buru-buru beli, penting untuk tahu dulu karakter unik dari logam istimewa ini. Platinum bukan sekadar logam mulia biasa dan punya keistimewaan yang membuatnya sangat dicari di berbagai industri modern.
Secara fisik, platinum memiliki karakteristik yang berbeda dari emas. Logam ini 30 kali lebih langka dari emas dan memiliki kepadatan yang lebih tinggi, membuatnya terasa lebih berat di tangan. Warnanya putih keperakan dengan kilau yang tidak mudah pudar, bahkan tanpa pelapis khusus. Sifat anti-korosif dan tahan suhu tinggi membuatnya ideal untuk berbagai aplikasi industri.
Penggunaan platinum sangat beragam dan strategis. Industri otomotif menggunakan platinum sebagai katalis untuk mengurangi emisi kendaraan, terutama pada mesin diesel. Sektor medis memanfaatkannya untuk peralatan medis dan implan karena sifatnya yang biocompatible. Yang paling menarik, industri energi hijau semakin bergantung pada platinum untuk teknologi fuel cell dan produksi hidrogen.
Data terbaru dari World Platinum Investment Council (WPIC) menunjukkan bahwa pasar platinum mengalami defisit struktural, dengan ekspektasi defisit 848 ribu ons pada 2025 setelah 995 ribu ons di 2024. Ini artinya permintaan jauh melebihi pasokan yang tersedia.
Harga platinum berfluktuasi antara $900-$1,100 per ons sepanjang 2024, dengan dorongan kuat dari sektor otomotif yang mencapai level tertinggi dalam tujuh tahun. Permintaan investasi juga tetap kuat dengan proyeksi 688 ribu ons pada 2025, didukung oleh permintaan batangan dan koin yang solid dari China.
Nah, karena karakternya yang spesial dan fundamental yang kuat, platinum punya beberapa bentuk investasi yang bisa kamu pilih sesuai profil risiko dan preferensi investasimu.
Bentuk Investasi Platinum: Fisik, ETF, atau Saham?
Investasi platinum nggak harus selalu dalam bentuk batangan yang berat dan sulit disimpan, apalagi kalau kamu tinggal di Indonesia. Ada beberapa alternatif yang lebih praktis dan sesuai dengan kondisi pasar domestik.
Platinum fisik masih menjadi pilihan klasik bagi investor yang ingin kepemilikan langsung. Bentuknya bisa berupa batangan (bar) atau koin dengan berbagai ukuran. Namun, akses platinum fisik di Indonesia masih sangat terbatas. Berbeda dengan emas yang mudah ditemukan di Antam atau Pegadaian, platinum fisik biasanya harus diimpor melalui dealer khusus atau dibeli saat traveling ke luar negeri.
ETF (Exchange Traded Fund) platinum menjadi alternatif yang lebih praktis. Tiga ETF platinum utama yang diperdagangkan di Amerika Serikat adalah PLTM, PPLT, dan PGM. GraniteShares Platinum Trust (PLTM) adalah ETF platinum dengan biaya terendah yang didukung aset fisik, sementara abrdn Physical Platinum Shares ETF (PPLT) dirancang untuk melacak harga spot platinum dengan menyimpan batangan logam di vault yang aman. Jika kamu masih belum memahami Apa Itu ETF sendiri, kamu bisa juga simak di artikel ini
ETF platinum bisa diakses melalui broker global seperti Interactive Brokers (IBKR) yang bisa diakses, tapi pastikan kamu sudah tahu cara buka akun broker luar negeri terlebih dahulu sebelum mulai, eToro, atau platform trading internasional lainnya yang melayani investor Indonesia. Keuntungannya adalah kamu tidak perlu repot menyimpan fisik, likuiditas lebih baik, dan bisa dibeli dalam nominal yang lebih kecil. Kamu juga bisa cek cara buka akun broker luar negeri untuk mulai investasi ETF dengan lancar.
Saham perusahaan tambang platinum menawarkan eksposur tidak langsung ke logam ini. Perusahaan seperti Anglo American Platinum, Impala Platinum, atau Sibanye-Stillwater memberikan leverage terhadap pergerakan harga platinum. Namun, investasi ini membawa risiko tambahan karena performa saham tidak hanya bergantung pada harga logam, tapi juga kinerja operasional perusahaan.
Setiap bentuk investasi punya tantangan dan keunggulannya masing-masing. Tapi yang paling sering ditanyakan investor Indonesia: bisa nggak sih beli platinum dari dalam negeri tanpa ribet?
Masih seputar topik ini, simak juga: Perbedaan ETF vs Mutual Fund: Keuntungan, dan Kapan Harus Memilih
Bisa Gak Beli Platinum dari Indonesia?
Ini pertanyaan yang paling sering muncul di forum investasi Indonesia dan jawabannya nggak sesederhana ya atau tidak. Situasinya memang lebih kompleks dibanding beli emas atau perak.
Faktanya, platinum tidak tersedia secara umum di outlet-outlet investasi logam mulia tradisional Indonesia. Kamu tidak akan menemukan platinum di toko emas Antam, Pegadaian, atau toko emas konvensional lainnya. Ini karena pasar platinum Indonesia masih sangat niche dan permintaan domestik belum sebesar emas.
Treasury.id, platform investasi digital yang cukup populer, sempat menawarkan produk platinum digital dalam portofolio mereka. Namun, ketersediaan produk ini bisa berubah-ubah tergantung kondisi pasar dan kebijakan platform. Kalau kamu tertarik, worth it untuk di cek langsung di platform mereka.
Untuk akses ETF platinum, kamu bisa menggunakan broker internasional yang melayani klien Indonesia. Beberapa pilihan yang populer termasuk Interactive Brokers, eToro, dan Saxo Bank. Proses pembukaan akun memerlukan verifikasi identitas dan mungkin deposit minimum tertentu. Penting untuk memastikan bahwa kamu memahami regulasi pajak Indonesia terkait investasi luar negeri dan melaporkan keuntungan sesuai ketentuan.
Dari sisi legalitas, investasi platinum tidak dilarang di Indonesia. Namun, seperti investasi luar negeri lainnya, kamu perlu transparan dalam pelaporan pajak dan memastikan semua transaksi dilakukan melalui jalur yang legal dan tercatat.
Setelah tahu aksesnya, sekarang saatnya kamu pelajari cara mulai investasi platinum dengan aman dan terstruktur.
5 Cara Aman Investasi Platinum untuk Pemula di 2025
Kalau kamu pemula dalam investasi logam mulia, jangan buru-buru terjun tanpa strategi yang jelas. Platinum memang menarik, tapi juga penuh tantangan mulai dari akses terbatas sampai risiko fluktuasi harga yang tinggi.
Nah, biar kamu nggak salah langkah, berikut ini adalah panduan bertahap dan aman untuk mulai investasi platinum di tahun 2025, sesuai dengan kondisi pasar dan akses dari Indonesia.
Cara Pertama
Menentukan tujuan investasi yang jelas. Apakah kamu ingin platinum sebagai diversifikasi portofolio jangka panjang? Sebagai hedge terhadap inflasi? Atau kamu tertarik pada potensi pertumbuhan jangka pendek karena tren industri hijau? Tujuan yang berbeda memerlukan strategi dan time frame yang berbeda pula.
Cara Kedua
Pilih bentuk investasi yang sesuai dengan profil risiko dan kemampuan finansialmu. Kalau kamu suka koleksi dan punya tempat penyimpanan aman, platinum fisik bisa jadi pilihan. Untuk yang prioritas praktis dan likuiditas, ETF platinum lebih cocok. Investor agresif yang mau ambil risiko lebih tinggi bisa pertimbangkan saham tambang platinum.
Cara Ketiga
Memilih platform atau broker yang tepat. Untuk ETF, pastikan broker memiliki reputasi baik, regulasi yang jelas, dan spread yang kompetitif. Cek juga biaya transaksi, biaya penyimpanan (kalau ada), dan kemudahan proses withdraw. Jangan lupa verifikasi bahwa platform tersebut melayani investor Indonesia.
Cara Keempat
Memulai dengan nominal kecil untuk test exposure. Jangan langsung all-in dengan uang tabungan. Alokasikan maksimal 5-10% dari total portofolio untuk eksperimen awal. Ini membantu kamu memahami karakteristik pergerakan harga platinum tanpa risiko berlebihan.
Cara Kelima
Cara terakhir, simpan semua bukti transaksi dan dokumentasi dengan rapi. Ini penting untuk pelaporan pajak dan tracking performa investasi. Buat spreadsheet sederhana untuk mencatat harga beli, tanggal, platform, dan fee yang dibayar.
Tapi, sebelum kamu benar-benar commit dengan dana besar, penting untuk memahami risiko dan tantangan investasi platinum yang mungkin tidak kamu sadari.
Risiko Investasi Platinum yang Wajib Kamu Tahu
Meski potensinya menjanjikan, platinum bukan investasi tanpa risiko. Malah, dibanding emas yang relatif stabil, platinum punya karakteristik volatilitas yang perlu kamu pahami betul.
Volatilitas harga yang tinggi adalah risiko utama investasi platinum. Harga platinum bisa bergerak jauh lebih ekstrem dibanding emas dalam periode singkat. Pergerakan 10-20% dalam seminggu bukanlah hal yang aneh. Ini karena pasar platinum lebih kecil dan lebih sensitif terhadap perubahan supply-demand dari industri tertentu.
Likuiditas rendah, terutama di pasar Indonesia, menjadi tantangan serius. Kalau kamu butuh cash mendadak, menjual platinum fisik atau bahkan ETF platinum bisa lebih susah dibanding emas. Spread antara harga beli dan jual juga biasanya lebih besar, artinya kamu perlu pergerakan harga yang signifikan untuk break even.
Risiko ETF termasuk tracking error (perbedaan performa ETF dengan harga spot platinum), biaya manajemen tahunan, dan risiko counterparty. ETF seperti PPLT memang dirancang untuk meminimalkan credit risk, tapi tetap ada kemungkinan perbedaan performa dengan harga platinum aktual.
Investasi saham tambang platinum membawa risiko operasional yang kompleks. Performa saham tidak hanya bergantung pada harga platinum, tapi juga efisiensi operasi, kondisi politik di negara produsen (terutama Afrika Selatan), biaya produksi, dan faktor-faktor perusahaan lainnya. Bahkan saat harga platinum naik, saham tambang bisa saja turun karena isu internal perusahaan.
Risiko regulasi dan pajak juga perlu diperhatikan, terutama untuk investor Indonesia yang berinvestasi melalui platform luar negeri. Perubahan regulasi perpajakan atau aturan investasi luar negeri bisa mempengaruhi profitabilitas investasi.
Kalau risiko-risiko ini sudah kamu kenali dan accept, sekarang tinggal pertimbangkan satu hal lagi: platinum vs emas, mana yang lebih cocok untuk strategi investasimu?
Perbandingan Platinum vs Emas: Mana yang Cocok?
Banyak investor yang masih bingung, apa sih perbedaan fundamental antara investasi platinum dan emas? Mana yang lebih menguntungkan untuk portofolio jangka panjang?
Dari segi kelangkaan, platinum jelas unggul. Logam ini 30 kali lebih langka dari emas, dengan produksi global yang jauh lebih terbatas. Sebagian besar tambang platinum terkonsentrasi di Afrika Selatan dan Rusia, membuat supply chain lebih rentan terhadap gangguan geopolitik.
Volatilitas adalah perbedaan yang paling mencolok. Emas terkenal sebagai safe haven asset dengan pergerakan yang relatif stabil. Platinum, sebaliknya, bergerak lebih agresif mengikuti sentimen industri dan ekonomi global. Kalau kamu investor konservatif yang cari stabilitas, emas lebih cocok. Tapi kalau kamu aggressive investor yang siap dengan volatilitas tinggi demi potensi return lebih besar, platinum bisa jadi pilihan menarik.
Penggunaan industri platinum jauh lebih beragam dan strategis. Sementara emas lebih dominan digunakan untuk perhiasan dan investasi, platinum punya aplikasi vital di industri otomotif, medis, dan teknologi hijau. Ini membuat demand platinum lebih cyclical tapi juga memberikan fundamental support yang kuat dalam jangka panjang.
Faktor | Platinum | Emas |
Kelangkaan | 30x lebih langka | Lebih umum |
Volatilitas | Tinggi (±20% per bulan) | Moderat (±5% per bulan) |
Industri | Otomotif, hidrogen, medis | Perhiasan, investasi |
Harga 2025 | ~$1,000/oz | ~$2,000/oz |
Likuiditas di Indonesia | Rendah | Tinggi |
Akses Investasi | Terbatas (ETF/online) | Mudah (fisik/digital) |
Likuiditas di Indonesia masih menjadi keunggulan mutlak emas. Kamu bisa beli-jual emas kapan saja di ribuan outlet, sementara platinum masih terbatas pada platform digital atau broker internasional.
Dari segi harga relatif, platinum saat ini masih diperdagangkan lebih murah dari emas, padahal secara historis platinum biasanya lebih mahal. Gap ini bisa jadi peluang, tapi juga bisa mengindikasikan fundamental weakness yang perlu dicermati.
Setelah memahami semua aspek perbandingan ini, sekarang kamu bisa tentukan: apakah portfolio kamu siap untuk eksposur platinum?
Kesimpulan: Siap Terjun ke Dunia Platinum?
Investasi platinum memang belum mainstream di Indonesia, tapi justru karena itulah peluangnya menarik bagi investor yang mau riset dan ambil risiko terukur. Dengan defisit pasokan struktural yang diproyeksikan berlanjut hingga 2029 dan peran semakin penting dalam transisi energi global, platinum punya fundamental story yang compelling.
Tapi ingat, jangan asal ikut tren tanpa persiapan. Platinum bukan emas yang bisa dibeli tutup mata. Volatilitas Nya tinggi, aksesnya terbatas, dan karakteristiknya berbeda. Kamu perlu pelajari dulu bentuk investasi yang tersedia, pahami risikonya, dan tentukan alokasi yang sesuai dengan risk tolerance.
Untuk pemula, mulai dengan ETF platinum melalui broker internasional yang terpercaya bisa jadi stepping stone yang baik. Alokasikan maksimal 5-10% dari portofolio total, dan treat ini sebagai bagian dari diversifikasi alternatif investment, bukan core holding.
Yang paling penting: lakukan riset mendalam, pahami regulasi pajak yang berlaku, dan jangan invest lebih dari yang bisa kamu tanggung kerugiannya. Dengan pendekatan yang tepat dan sabar, platinum bisa menjadi pelengkap menarik dalam journey investasi kamu di 2025.
Artikel menarik lainnya untuk kamu: 10 Logam Mulia Paling Bernilai, Emas Digital Juga Masuk!
Itulah informasi menarik tentang Cara investasi Platinum yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
1. Apakah bisa beli platinum dari Indonesia?
Bisa, tapi aksesnya terbatas. Kamu bisa investasi melalui ETF platinum via broker internasional seperti IBKR atau eToro, atau cek platform digital seperti Treasury.id untuk produk platinum. Untuk fisik, biasanya harus impor dari dealer luar negeri.
2. Mana lebih baik untuk pemula: emas atau platinum?
Emas lebih cocok untuk pemula karena stabil, likuid, dan mudah diakses di Indonesia. Platinum lebih cocok untuk investor berpengalaman yang paham risiko volatilitas tinggi tapi mau potensi return lebih besar dari trend industri hijau.
3. Apa ETF platinum yang bisa dibeli dari Indonesia?
ETF utama yang accessible adalah PPLT (abrdn Physical Platinum Shares) dan PLTM (GraniteShares Platinum Trust). Keduanya bisa diakses lewat broker global seperti Interactive Brokers, eToro, atau Saxo Bank.
4. Apakah investasi platinum legal di Indonesia?
Legal, tidak ada larangan khusus untuk investasi platinum. Tapi kamu wajib melaporkan keuntungan investasi luar negeri untuk keperluan pajak dan memastikan semua transaksi melalui jalur yang registered dan compliant.
5. Berapa modal minimum untuk mulai investasi platinum?
Tergantung platform. Untuk ETF via broker internasional, bisa mulai dari $100-500. Untuk platinum fisik, biasanya minimum 1 oz (~$1,000). Disarankan alokasi maksimal 5-10% dari total portofolio untuk percobaan awal.