Pernah merasa sudah rajin menabung tapi hasilnya tetap segitu-segitu aja? Atau mulai sadar bahwa nilai uangmu perlahan berkurang gara-gara inflasi yang terus naik setiap tahun? Kalau iya, mungkin sudah waktunya kamu mempertimbangkan langkah yang lebih cerdas: mengubah kebiasaan menabung jadi kebiasaan berinvestasi.
Tapi tenang dulu. Investasi bukan berarti harus langsung lompat ke saham, investasi kripto, atau bisnis berisiko tinggi. Kamu bisa mulai dari yang paling aman, sederhana, dan dekat dengan kehidupan sehari-hari yaitu investasi lewat bank.
Artikel ini akan membimbing kamu langkah demi langkah. Bukan sekadar menyebutkan nama produk, tapi juga membantu kamu memahami kapan dan bagaimana sebaiknya memulainya. Yuk, kita mulai.
Investasi Lewat Bank, Cocokkah Buat Kamu?
Sebelum masuk ke pilihan produk, ada baiknya kamu memahami lebih dulu siapa yang cocok berinvestasi lewat bank.
Kalau kamu saat ini punya dana yang nganggur di tabungan biasa, tapi belum siap menghadapi fluktuasi pasar modal, maka produk-produk bank bisa jadi titik awal yang pas. Investasi lewat bank menawarkan keamanan, kemudahan akses, dan pilihan yang cukup beragam—tanpa perlu repot membaca grafik atau menghafal istilah keuangan.
Setelah tahu bahwa jalur ini cocok untuk kamu, kini saatnya kita bahas satu per satu pilihan produknya.
Kamu mungkin tertarik dengan ini juga: 20 Jenis Investasi Menguntungkan untuk 2025
1. Deposito Berjangka: Simpanan yang Memberi Imbal Hasil Tetap
Produk yang paling sering dibicarakan saat bicara investasi bank adalah deposito berjangka. Sistemnya mirip tabungan, tapi dengan bunga deposito lebih tinggi dan pencairan yang hanya bisa dilakukan setelah jangka waktu tertentu, misalnya 3, 6, atau 12 bulan.
Sebagai contoh, jika kamu menaruh Rp10 juta di deposito 6 bulan dengan bunga 4,25% per tahun, maka kamu akan menerima sekitar Rp212.500 sebelum pajak. Setelah dipotong pajak 20%, jumlah bersih yang kamu terima sekitar Rp170.000. Tidak besar, tapi jauh lebih baik daripada tabungan biasa yang hanya memberi bunga di bawah 1%.
Setelah memahami deposito, mari kita lanjut ke pilihan berikutnya yang lebih fleksibel.
2. Reksa Dana Lewat Bank: Diversifikasi Tanpa Ribet
Buat kamu yang ingin hasil lebih tinggi tapi belum punya waktu atau pengetahuan untuk mengelola investasi sendiri, reksa dana bisa jadi pilihan tepat. Reksa dana adalah produk investasi kolektif yang dikelola oleh manajer investasi profesional. Menariknya, saat ini banyak bank yang menyediakan akses beli reksa dana langsung lewat aplikasi mobile banking.
Contoh sederhananya: jika kamu membeli reksa dana pasar uang dengan estimasi return 5,5% per tahun, maka dana Rp10 juta bisa tumbuh menjadi sekitar Rp10.550.000 dalam waktu setahun. Dan karena bukan bunga, hasil dari reksa dana tidak dikenakan pajak penghasilan.
Setelah reksa dana, kamu mungkin bertanya: bagaimana kalau ingin mulai dari kebiasaan menabung, tapi dengan hasil lebih baik? Kita bahas di bagian selanjutnya.
3. Tabungan Rencana: Menabung Lebih Disiplin, Hasil Lebih Maksimal
Tabungan rencana adalah bentuk investasi yang menggabungkan kedisiplinan dengan bunga yang relatif lebih tinggi dari tabungan reguler. Kamu menetapkan jumlah setoran bulanan dan jangka waktu tertentu, biasanya antara 1 hingga 5 tahun. Setelah itu, kamu cukup menunggu hingga jatuh tempo sambil menikmati hasilnya.
Misalnya, kamu menyisihkan Rp500.000 setiap bulan selama 3 tahun. Total setoran kamu adalah Rp18 juta. Dengan bunga sekitar 3,5% per tahun, hasil akhirnya bisa mencapai lebih dari Rp19 juta—tentu tergantung ketentuan masing-masing bank.
Jika kamu tipe orang yang ingin hasil stabil dengan rutinitas teratur, tabungan rencana bisa jadi pilihan ideal. Tapi jika kamu ingin sesuatu yang aman dan dijamin pemerintah, maka produk selanjutnya patut kamu pertimbangkan.
Artikel menarik lainnya untuk kamu: Cara Investasi Obligasi Pemerintah, Dijamin Aman!
4. Obligasi Negara via Bank: Imbal Hasil Menarik, Risiko Rendah
Obligasi negara seperti ORI (Obligasi Ritel Indonesia) atau SBR (Savings Bond Ritel) bisa kamu beli langsung melalui bank-bank besar saat masa penawaran dibuka. Produk ini menawarkan kupon tetap, dibayarkan setiap bulan, dan dijamin oleh pemerintah.
Sebagai gambaran, ORI biasanya memberikan kupon antara 5,5% hingga 6,5% per tahun. Jika kamu menanamkan dana Rp10 juta, maka kamu bisa menerima sekitar Rp550.000 hingga Rp650.000 per tahun sebagai pendapatan pasif.
Setelah mengetahui produk konvensional, ada satu lagi pilihan menarik untuk kamu yang ingin berinvestasi dengan cara yang lebih fleksibel dan modern.
5. Tabungan Emas Digital: Investasi Aset Riil dari Genggaman
Kini banyak bank yang bekerja sama dengan platform logam mulia untuk menyediakan fitur tabungan emas digital. Kamu bisa membeli emas mulai dari nominal kecil seperti Rp5.000 dan menyimpannya secara digital. Harga emas cenderung naik dalam jangka panjang, sehingga cocok untuk kamu yang ingin lindung nilai terhadap inflasi.
Misalnya, menabung Rp100.000 per bulan bisa membantumu mengumpulkan 1 gram emas dalam setahun, tergantung harga pasar. Emas ini bisa dijual kapan saja atau dicetak fisik sesuai kebutuhan.
Dan kalau kamu bertanya-tanya, apakah hanya produk bank yang bisa dijadikan pilihan? Jawabannya tidak. Karena sekarang, kamu juga bisa menabung dan berinvestasi di aset digital seperti kripto. Tapi, bagaimana cara menggabungkan pendekatan tradisional dan modern ini? Yuk kita bahas.
Baca juga artikel terkait: Kakeibo: Cara Nabung Cerdas Buat Beli Bitcoin!
Bagaimana dengan Nabung Kripto? Bisa Jadi Pelengkap Strategi
Setelah kamu mengenal produk investasi lewat bank, mungkin muncul pertanyaan: “Apakah menabung kripto itu termasuk investasi?” Jawabannya: bisa iya, tergantung cara kamu mengelolanya.
Kripto seperti Bitcoin dan Ethereum memang tergolong berisiko tinggi. Tapi kalau kamu sudah punya dana aman di deposito, reksa dana, atau obligasi, maka menaruh sebagian kecil dana di aset kripto bisa jadi strategi diversifikasi.
Beberapa platform crypto exchange, kini menyediakan fitur nabung kripto otomatis—mirip tabungan rencana di bank. Kamu bisa menyetor nominal tetap setiap minggu atau bulan, dan menyimpannya jangka panjang.
Namun ingat, kripto bukan pengganti investasi aman seperti deposito atau obligasi. Lebih bijak jika menjadikannya pelengkap portofolio setelah fondasi keuanganmu sudah kuat.
Penutup: Saatnya Ubah Cara Kamu Memperlakukan Uang
Kamu nggak harus langsung jadi investor andal. Tapi kamu bisa mulai dari sekarang, dari yang paling aman. Investasi lewat bank adalah pintu masuk yang masuk akal untuk siapa saja yang ingin membuat uangnya bekerja lebih keras—tanpa harus gelisah setiap hari.
Mulailah dari produk yang kamu pahami. Gunakan tujuan keuanganmu sebagai kompas, bukan tren. Dan setelah kamu nyaman, kamu bisa lanjut eksplorasi ke level berikutnya—termasuk ke dunia kripto dan aset digital yang kini makin relevan.
Jangan biarkan uangmu diam. Biarkan ia tumbuh. Dan biarkan kamu yang mengontrol arah pertumbuhannya.
Itulah informasi menarik tentang 5 Cara Investasi Uang di Bank yang Aman & Cuan 2025 yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ Seputar Investasi Uang di Bank
1. Apakah investasi di bank selalu aman?
Sebagian besar produk bank seperti deposito, tabungan berencana, dan obligasi negara memang tergolong aman karena diawasi oleh OJK dan dijamin oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Tapi kamu tetap perlu paham syarat dan ketentuannya, termasuk batas nilai penjaminan dan jenis produk yang dijamin.
2. Mana yang lebih untung: deposito atau reksa dana lewat bank?
Secara umum, reksa dana pasar uang bisa memberi return lebih tinggi dibanding deposito, terutama dalam jangka menengah. Tapi karena nilainya bisa naik-turun, reksa dana punya risiko yang lebih tinggi juga. Sementara deposito cocok buat kamu yang cari hasil tetap dan tanpa fluktuasi.
3. Apakah reksa dana di bank sama dengan reksa dana di aplikasi investasi?
Produknya sama—dikelola oleh manajer investasi yang sama juga. Bedanya hanya di platform dan kadang ada perbedaan fee. Beberapa orang memilih beli lewat bank karena merasa lebih aman dan terintegrasi langsung dengan rekening.
4. Berapa minimal dana untuk mulai investasi lewat bank?
Tergantung produknya. Deposito biasanya mulai dari Rp1 juta, reksa dana bisa mulai dari Rp100.000, tabungan emas mulai dari Rp5.000, dan obligasi ritel negara dari Rp1 juta saat masa penawaran.
5. Kalau uangnya butuh sewaktu-waktu, produk mana yang paling fleksibel?
Kalau kamu butuh fleksibilitas, reksa dana pasar uang atau tabungan emas digital bisa lebih cocok. Sebaliknya, deposito dan tabungan rencana kurang fleksibel karena ada penalti jika dicairkan sebelum jatuh tempo.
6. Apakah investasi kripto bisa dijadikan alternatif selain produk bank?
Bisa, tapi posisinya bukan sebagai pengganti—melainkan pelengkap. Setelah dana kamu aman di produk bank, nabung kripto bisa jadi diversifikasi jangka panjang. Namun, tetap harus disesuaikan dengan profil risiko dan tujuan keuangan kamu.
Author: AL