Defense in Depth: Benteng Digital di Era AI & Kripto!
icon search
icon search

Top Performers

Defense in Depth: Benteng Digital di Era AI & Kripto!

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

Defense in Depth: Benteng Digital di Era AI & Kripto!

Defense in Depth: Benteng Digital di Era AI & Kripto!

Daftar Isi

Dunia Digital Tak Lagi Aman, Tapi Masih Bisa Kamu Lindungi

Di tahun 2025, ancaman keamanan siber sudah bukan lagi sekedar cerita menakutkan di media. Data terbaru dari Dataminr menunjukkan bahwa 82% organisasi global telah mengalami minimal satu serangan siber dalam enam bulan terakhir—sebuah rekor tertinggi dalam sejarah. Namun yang lebih mengkhawatirkan, ancaman tersebut kini didorong oleh teknologi artificial intelligence yang semakin canggih, menciptakan skenario serangan yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya.

Bayangkan kehidupan digital kamu saat ini. Dompet kripto yang menyimpan aset digital, akun email yang terhubung dengan berbagai layanan, data pribadi tersebar di berbagai platform, akun exchange cryptocurrency yang mengandung nilai signifikan—semuanya rentan terhadap jenis serangan baru. Tidak peduli apakah kamu seorang trader pemula, profesional fintech, atau sekadar pengguna internet biasa, risiko itu tetap nyata dan mengancam.

Nah, di sinilah strategi Defense in Depth berperan penting. Sebuah konsep klasik yang justru makin relevan di era modern seperti sekarang—konsep yang telah membantu ribuan organisasi dan individu membangun pertahanan digital yang kokoh, berlapis, dan sulit ditembus oleh penyerang manapun.

 

Apa Itu Defense in Depth (DiD)?

Jika kamu pernah melihat bentuk kastil kuno dengan sistem pertahanan berlapis, kamu sudah memahami esensi dari Defense in Depth. Konsep ini sederhana namun powerful: tidak mengandalkan satu sistem pertahanan tunggal, melainkan membangun banyak lapisan perlindungan yang bekerja bersama. Ketika satu lapisan tertembus oleh penyerang, lapisan-lapisan di belakangnya masih siap untuk menahan.

Dalam bahasa keamanan siber, Defense in Depth adalah strategi multi-layer protection yang mengintegrasikan berbagai kontrol keamanan—baik teknis, administratif, maupun fisik—untuk mencegah akses tidak sah dan membatasi dampak serangan. Bukan hanya teori akademis, konsep ini sudah menjadi fondasi fundamental dari standar keamanan industri yang diakui secara global, mulai dari Cloudflare, Fortinet, hingga Center for Internet Security (CIS).

Perusahaan-perusahaan besar dan organisasi-organisasi publik pun telah membuktikan efektivitas pendekatan ini. Ketika kombinasi firewall, enkripsi, monitoring, dan pelatihan keamanan pengguna diterapkan secara harmonis, tingkat keberhasilan serangan drastis menurun. Kamu tidak hanya mengandalkan satu garis pertahanan—kamu memiliki sebuah sistem komprehensif yang beradaptasi dengan berbagai tipe ancaman.

Tapi, sekadar tahu definisinya belum cukup untuk memaksimalkan perlindungan kamu. Kamu perlu memahami bagaimana konsep ini berevolusi menghadapi ancaman-ancaman baru di era AI dan blockchain yang terus berkembang dengan cepat.

 

Asal-Usul & Evolusi Konsep Defense in Depth

Perjalanan Defense in Depth dimulai dari dunia militer kuno, di mana strategi pertahanan selalu melibatkan lapisan-lapisan berkelanjutan. Benteng tidak dikelilingi satu tembok saja, melainkan beberapa lapisan pertahanan bertahap—parit, tembok luar, tembok dalam, dan terakhir benteng utama. Filosofi ini terbukti sangat efektif dalam menghentikan penyerbu, karena menyerang harus menembus setiap lapisan satu demi satu, memberikan waktu bagi pertahanan untuk merespons.

Konsep ini kemudian diadopsi ke dunia keamanan siber pada awal 2000-an, ketika Internet mulai menjadi bagian integral dari kehidupan korporat dan personal. Organisasi-organisasi keamanan internasional seperti National Institute of Standards and Technology (NIST) dan Center for Internet Security (CIS) mengembangkan framework yang menempatkan Defense in Depth sebagai prinsip inti. Standar ini kemudian menjadi acuan bagi ribuan perusahaan di seluruh dunia dalam membangun infrastruktur keamanan mereka.

Memasuki 2025, evolusi konsep ini mencapai dimensi baru. Dengan meningkatnya adopsi cloud computing, artificial intelligence, dan teknologi blockchain, Defense in Depth tidak lagi sekadar kombinasi firewall dan antivirus. Kini, konsep ini berkembang menjadi AI-driven layered defense, di mana machine learning membantu mendeteksi pola-pola serangan anomali secara real-time, dikombinasikan dengan prinsip Zero Trust integration yang mengasumsikan setiap akses adalah ancaman potensial hingga terbukti sebaliknya.

Transformasi ini menunjukkan bahwa Defense in Depth bukan konsep yang ketinggalan zaman, melainkan paradigma keamanan yang adaptif dan terus berkembang seiring perubahan lanskap ancaman digital.

Lalu, seperti apa sih bentuk pertahanan berlapis yang modern dan efektif dalam konteks kehidupan digital kamu saat ini?

 

Lapisan-Lapisan dalam Defense in Depth Modern

Untuk memahami Defense in Depth secara praktis, kamu perlu mengenal setiap lapisan perlindungan yang bekerja dalam ekosistem keamanan modern. Setiap lapisan memiliki fungsi spesifik, dan kombinasinya menciptakan sistem pertahanan yang komprehensif.

Lapisan Teknis: Pertahanan Automatis di Garis Depan

Lapisan pertama dan paling terlihat adalah lapisan teknis. Di sini, perangkat keamanan teknologi seperti firewall menjadi penolak pertama untuk lalu lintas mencurigakan yang masuk ke jaringan kamu. Firewall yang dikonfigurasi dengan baik dapat memblokir ribuan percobaan akses tidak sah sebelum mereka mencapai sistem kamu yang sebenarnya.

Selain firewall, terdapat sistem deteksi intrusi (Intrusion Detection Systems/IDS) yang bekerja seperti “mata” yang terus memantau setiap aktivitas dalam jaringan. Software antivirus dan anti-malware pun menjadi komponen penting, terutama dalam mengidentifikasi malware yang mencoba menyusup. Menurut data terbaru dari SentinelOne, lebih dari 4,5 juta malware baru muncul setiap harinya—angka yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Tanpa lapisan teknis yang kuat, ancaman ini dapat dengan mudah menginfeksi perangkat kamu.

Endpoint Detection and Response (EDR) adalah teknologi terdepan yang menambah kemampuan pertahanan teknis, dengan kemampuan mendeteksi aktivitas mencurigakan pada setiap perangkat yang terhubung ke jaringan. Enkripsi data baik dalam transit maupun saat istirahat juga bagian dari lapisan ini, memastikan bahwa bahkan jika data berhasil dicuri, data tersebut tetap tidak dapat dibaca oleh penyerang.

Lapisan Administratif: Keamanan Melalui Kebijakan dan Kesadaran

Namun, teknologi canggih sekalipun tidak dapat melindungi kamu dari kesalahan manusia—dan inilah mengapa lapisan administratif sangat krusial. Lapisan ini mencakup kebijakan keamanan organisasi, prosedur operasional standar (SOP), dan yang paling penting, pelatihan kesadaran keamanan pengguna.

Data mengungkapkan realitas yang mengguncang: 92% serangan malware dimulai dari email phishing atau attachment berbahaya. Ini berarti sebagian besar ancaman keamanan sebenarnya memanfaatkan kelemahan manusia, bukan hanya kelemahan teknis. Seorang karyawan atau pengguna yang tidak terlatih dapat dengan mudah mengklik link mencurigakan atau membuka attachment dari penyerang yang menyamar.

Lapisan administratif mengatasi hal ini melalui program awareness training yang berkelanjutan, kebijakan password yang ketat, prosedur persetujuan multi-level untuk akses sensitif, dan audit keamanan berkala. Organisasi yang menerapkan pelatihan keamanan secara rutin menunjukkan penurunan signifikan dalam tingkat serangan yang berhasil—sering kali hingga 60-70% lebih rendah dibanding organisasi tanpa program pelatihan.

Lapisan Fisik: Mengamankan Aset Digital dan Infrastruktur

Lapisan ketiga dari Defense in Depth adalah lapisan fisik. Meskipun kita berbicara tentang keamanan digital, infrastruktur fisik tetap memainkan peran penting dalam melindungi aset digital kamu. Kontrol akses fisik ke ruang server, penggunaan kartu akses keamanan, sistem CCTV, dan bahkan pembatasan akses berdasarkan biometrik adalah bagian dari lapisan ini.

Dalam konteks cryptocurrency, lapisan fisik menjadi sangat relevan ketika kamu menyimpan aset di cold storage—perangkat fisik yang terputus dari internet dan disimpan di lokasi aman. Hal ini mengubah vektor serangan cyber menjadi ancaman fisik, yang jauh lebih sulit untuk dilakukan oleh penyerang yang tersebar di berbagai tempat di dunia.

Lapisan-lapisan ini bekerja secara sinergis untuk menciptakan struktur pertahanan yang robust. Ketika ancaman berhasil menembus satu lapisan, lapisan berikutnya sudah siap memberikan respons dan perlawanan. Namun, di era AI dan blockchain saat ini, model pertahanan ini terus berkembang dan beradaptasi dengan ancaman-ancaman baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Tapi, di era AI dan kripto, konsep ini nggak berhenti di situ aja. Pertahanan digital harus terus berevolusi menghadapi kompleksitas baru yang muncul setiap hari.

 

Defense in Depth di Era AI dan Blockchain

Transformasi digital yang didorong oleh artificial intelligence dan blockchain telah menciptakan lanskap keamanan yang jauh lebih kompleks daripada yang pernah kita alami sebelumnya. Defense in Depth bukan hanya tetap relevan dalam konteks ini, melainkan menjadi lebih penting dari sebelumnya.

Ancaman Baru yang Dipicu oleh AI

Artificial intelligence telah membuka peluang serangan yang sama sekali baru. Deepfake phishing adalah contoh sempurna—penyerang kini dapat membuat video atau audio deepfake yang merekayasa identitas orang-orang yang kamu kenal atau kenal untuk memanipulasimu. Sebuah email phishing bukan lagi teks sederhana, melainkan dapat dilengkapi dengan video yang sangat realistis dari CEO perusahaan kamu meminta transfer dana mendesak.

Selain itu, auto-exploit bots—program AI yang secara otomatis mencari dan memanfaatkan kerentanan di berbagai sistem—telah meningkatkan kecepatan dan skalabilitas serangan cyber. Apa yang dulunya memakan waktu berhari-hari untuk dilakukan manusia, kini dapat selesai dalam hitungan menit oleh bot AI. Serangan ransomware, malware variants, dan trojan banking kini dapat dihasilkan dan didistribusikan dengan kecepatan eksponensial.

AI Sebagai Senjata Pertahanan

Namun, seperti kebanyakan teknologi, AI juga dapat dimanfaatkan untuk pertahanan. Machine learning algorithms sekarang dapat mendeteksi anomali dalam perilaku pengguna dengan akurasi yang jauh melampaui kemampuan manusia. Sistem deteksi berbasis AI dapat mengidentifikasi bahwa akun kamu sedang diakses dari lokasi geografis yang tidak biasa, atau bahwa pola download data kamu menunjukkan perilaku mencurigakan—dan semua ini dalam hitungan milisecond.

Predictive threat intelligence berbasis AI memungkinkan organisasi untuk mengantisipasi jenis-jenis serangan baru sebelum serangan tersebut benar-benar terjadi. Dengan menganalisis jutaan data points dari berbagai sumber keamanan global, AI dapat mengidentifikasi tren-tren serangan yang sedang berkembang dan memberikan waktu berharga bagi tim keamanan untuk mempersiapkan pertahanan.

Defense in Depth dalam Ekosistem Blockchain dan Cryptocurrency

Di dunia cryptocurrency dan blockchain, prinsip Defense in Depth telah diterapkan dengan cara yang sangat spesifik dan sophisticated. Exchange cryptocurrency terbesar di dunia sekarang menerapkan arsitektur keamanan berlapis yang menggabungkan teknologi terbaru dengan praktik-praktik terbaik keamanan tradisional.

Pertama, terdapat pemisahan antara hot wallet (dompet panas yang terhubung internet untuk transaksi cepat) dan cold storage (penyimpanan dingin yang terputus dari internet untuk aset jangka panjang). Ini menciptakan lapisan pertama pertahanan—bahkan jika hot wallet berhasil dikompromikan, mayoritas aset pengguna tetap aman di cold storage.

Kedua, multi-signature security menjadi standar industri. Ini berarti untuk memindahkan aset dari cold storage, memerlukan persetujuan dari beberapa kunci privat yang berbeda, disimpan di lokasi berbeda dan oleh orang-orang berbeda. Sebuah penyerang tidak hanya perlu mencuri satu kunci, melainkan harus mendapatkan akses ke beberapa kunci secara bersamaan—sebuah tugas yang exponentially lebih sulit.

Ketiga, audit smart contract yang ketat dilakukan sebelum sebuah protocol atau token diluncurkan ke publik. Smart contract adalah kode yang berjalan di blockchain, dan jika ada bug atau kerentanan, dapat mengakibatkan kehilangan dana dalam jumlah besar. Audit membantu mengidentifikasi dan memperbaiki kerentanan-kerentanan ini sebelum dana publik terekspos.

Di Indonesia, platform seperti Indodax telah menerapkan prinsip-prinsip serupa dalam pengamanan aset member mereka. Dengan mengintegrasikan multi-layer security yang komprehensif, Indodax memastikan bahwa aset cryptocurrency pengguna dilindungi dengan standar keamanan internasional, sementara tetap mempertahankan kemudahan akses untuk trading.

Konsep klasik Defense in Depth ini ternyata bisa bertransformasi tanpa kehilangan esensinya: mencegah serangan sebelum meluas dan menangani serangan dengan segera ketika tetap berhasil menembus lapisan pertahanan awal.

 

Perbandingan: Defense in Depth vs Zero Trust

Dalam diskusi keamanan siber modern, kamu mungkin sering mendengar istilah “Zero Trust” berdampingan dengan “Defense in Depth”—dan memang penting untuk memahami perbedaan serta hubungan antara keduanya.

 

Defense in Depth: Melapisi Pertahanan

Defense in Depth didasarkan pada filosofi pertahanan berlapis. Filosofi ini mengasumsikan bahwa ada “perimeter” keamanan—garis batas antara apa yang dianggap aman dan apa yang tidak. Pertahanan dibangun di garis perimeter ini, dan juga di lapisan-lapisan di dalam perimeter. Jika penyerang berhasil menembus perimeter, masih ada banyak lapisan perlindungan internal yang akan menahan mereka.

Dalam praktek tradisional, pendekatan ini berarti kamu mempercayai sistem dan pengguna yang sudah berada di dalam jaringan, dengan fokus pertahanan pada mencegah ancaman dari luar.

Zero Trust: “Jangan Percaya Siapapun”

Zero Trust adalah filosofi yang jauh lebih ketat dan paranoid, jika boleh dikatakan. Pendekatan ini berasumsi bahwa tidak ada yang dapat dipercaya secara default—baik itu pengguna eksternal maupun pengguna internal, baik itu perangkat baru maupun perangkat yang sudah lama. Setiap permintaan akses harus diverifikasi secara menyeluruh, terlepas dari asal-usulnya.

Dalam model Zero Trust, tidak ada perimeter yang aman. Setiap akses—baik dari dalam maupun dari luar—harus melewati verifikasi berlapis, termasuk multi-factor authentication (MFA), enkripsi end-to-end, dan monitoring berkelanjutan.

Kombinasi Keduanya: Model Keamanan Ideal di 2025

Perkembangan keamanan siber terkini menunjukkan bahwa kombinasi Defense in Depth dan Zero Trust menciptakan model keamanan yang paling robust. Perusahaan-perusahaan Fortune 500 dan organisasi-organisasi pemerintah telah mulai mengimplementasikan “Zero Trust within Defense in Depth” architecture.

Artinya, kamu membangun lapisan-lapisan pertahanan (Defense in Depth) sambil menerapkan asumsi Zero Trust di setiap lapisan tersebut. Setiap lapisan bukanlah firewall sederhana yang membulatkan akses berdasarkan IP address, melainkan sistem verifikasi mendalam yang menguji legitimasi setiap entitas yang mencoba mengakses resource.

Standar CIS 2025 mengakui bahwa kombinasi kedua pendekatan ini merupakan best practice terdepan untuk organisasi-organisasi yang serius tentang keamanan mereka. Organisasi yang mengadopsi pendekatan hibrida ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam capability mereka untuk mendeteksi dan merespons serangan, bahkan serangan yang sophisticated sekalipun.

Kombinasi dua pendekatan ini bikin sistem digital makin sulit ditembus—tapi tentu ada tantangannya. Kompleksitas integrasi, biaya implementasi, dan kurva pembelajaran yang curam adalah beberapa hambatan yang harus dihadapi saat menerapkan strategi komprehensif ini.

 

Tantangan dan Cara Menerapkan Defense in Depth di 2025

Meskipun Defense in Depth telah terbukti efektif, menerapkannya dalam praktik nyata tidaklah tanpa tantangan. Memahami tantangan-tantangan ini dan solusi-solusinya adalah kunci untuk implementasi yang sukses.

 

Tantangan Utama

Biaya Implementasi yang Tinggi adalah tantangan pertama yang sering dihadapi organisasi, terutama untuk bisnis kecil dan menengah. Membeli dan mengintegrasikan berbagai sistem keamanan—firewall enterprise-grade, antivirus untuk ribuan endpoint, sistem monitoring 24/7, dan pelatihan keamanan berkala—memerlukan investasi finansial yang substansial. Bayangkan saja cost untuk hiring security expert yang dapat mengkonfigurasi dan memelihara sistem-sistem ini.

Kompleksitas Integrasi Antar-Lapisan adalah tantangan kedua. Ketika kamu memiliki banyak lapisan keamanan, semuanya harus bekerja secara harmonis. Jika tidak dikonfigurasi dengan benar, sistem keamanan yang seharusnya saling mendukung malah saling menghambat, menciptakan bottleneck dan mengakibatkan hilangnya data atau menurunnya performa sistem.

Kecepatan Evolusi Ancaman juga menjadi tantangan berkelanjutan. Penyerang terus-menerus menciptakan teknik-teknik baru, dan sistem pertahanan harus terus diupdate dan disesuaikan untuk menghadapi ancaman-ancaman ini. Ini memerlukan tim keamanan yang skilled dan dedicated.

Solusi Modern

Untungnya, teknologi terkini telah membawa solusi-solusi yang membuat implementasi Defense in Depth lebih accessible dan efisien.

Cloud-Native Security Tools telah mengubah landscape keamanan. Platform seperti AWS Security Hub, Azure Defender, dan Google Cloud Security Command Center menyediakan keamanan enterprise-grade tanpa perlu investasi infrastruktur fisik yang besar. Kamu hanya membayar untuk apa yang kamu gunakan (pay-as-you-go model), membuat keamanan lebih accessible untuk bisnis dari semua ukuran.

AI-Powered Detection Systems mengurangi beban manual monitoring. Sebagai gantinya dari security analyst yang harus meninjau jutaan log entries setiap hari, AI dapat secara otomatis mengidentifikasi anomali dan mengalertkan tim untuk investigasi lebih lanjut. Ini menghemat waktu dan mengurangi human error.

Security Orchestration, Automation and Response (SOAR) platforms mengintegrasikan berbagai sistem keamanan dalam satu dashboard, membuat pengelolaan menjadi lebih sederhana dan response time terhadap ancaman menjadi lebih cepat.

Tips Praktis untuk Kamu Mulai Sekarang

Menerapkan Defense in Depth bukan harus menunggu sampai kamu memiliki tim keamanan korporat atau budget unlimited. Kamu bisa mulai dengan langkah-langkah konkret yang dapat langsung meningkatkan keamanan digital kamu.

Pertama, gunakan Two-Factor Authentication (2FA) pada semua akun penting kamu—email, social media, banking, cryptocurrency exchange. 2FA menambahkan lapisan keamanan kedua setelah password. Bahkan jika password kamu berhasil dikompromikan, penyerang masih memerlukan kode yang dikirim ke ponsel kamu untuk mendapatkan akses.

Kedua, gunakan password manager seperti Bitwarden, 1Password, atau LastPass untuk mengelola password yang kuat dan unik untuk setiap akun. Password yang mudah diingat (seperti “password123” atau tanggal lahirmu) adalah sangat vulnerable terhadap brute-force attacks. Password manager menghasilkan password yang random dan kuat, dan kamu hanya perlu mengingat satu master password.

Ketiga, pisahkan dompet panas dan dingin untuk aset kripto kamu. Dompet panas dapat digunakan untuk transaksi harian dan trading, sementara mayoritas aset kamu disimpan di cold storage atau hardware wallet yang tidak terhubung internet. Ini mengikuti prinsip Defense in Depth dalam konteks cryptocurrency.

Keempat, rutin update sistem operasi, aplikasi, dan antivirus. Banyak serangan berhasil karena penyerang memanfaatkan kerentanan yang telah diketahui namun belum di-patch. Update security patch dari Microsoft, Apple, atau Linux distribution yang kamu gunakan harus diprioritaskan.

Kelima, waspadai phishing dan social engineering. Jangan mengklik link atau membuka attachment dari sumber yang tidak kamu kenal atau tidak kamu percaya. Walaupun sender-nya terlihat seperti teman atau kolega, verifikasi melalui channel komunikasi lain sebelum mengambil action. Pelatihan kesadaran keamanan personal ini adalah lapisan administratif dari Defense in Depth milik kamu.

Dengan langkah-langkah kecil namun konsisten ini, kamu sudah ikut membangun benteng digital versi kamu sendiri—sistem pertahanan berlapis yang sulit ditembus, bahkan oleh penyerang dengan resource yang signifikan.

 

Kesimpulan: Pertahanan Berlapis Bukan Pilihan, Tapi Keharusan

Kembali ke statistik yang sempat kami sebut di awal: 82% organisasi global telah mengalami serangan siber dalam enam bulan terakhir. Angka ini bukan sekadar statistik abstrak—ini adalah bukti nyata bahwa lanskap keamanan digital telah berubah fundamental. Dunia di mana kamu dapat “beruntung” dengan keamanan yang minimal sudah tidak ada lagi.

Serangan tidak lagi datang dari satu arah, dari satu penyerang dengan motivasi tertentu. Serangan modern adalah multi-vector, terkoordinasi, didukung oleh AI, dan sering kali disponsori oleh aktor-aktor dengan resource yang tidak terbatas. Dalam konteks ini, Defense in Depth tetap menjadi fondasi paling solid dalam melindungi aset digital kamu—baik aset itu berupa data pribadi, asset cryptocurrency, atau critical infrastructure.

Meskipun teknologi terus berkembang, meskipun ancaman terus berevolusi, esensi dari Defense in Depth tetap tidak berubah: tidak ada satu lapisan pertahanan yang dapat menjamin 100% proteksi, namun kombinasi dari banyak lapisan pertahanan dapat drastis mengurangi kemungkinan serangan yang berhasil.

Kamu nggak perlu jadi ahli keamanan siber untuk mulai menerapkan prinsip-prinsip ini. Yang penting, pahami bahwa pertahanan terbaik selalu dimulai dari kesadaran—kesadaran akan ancaman yang ada, kesadaran akan risiko dalam setiap aksi digital, dan kesadaran bahwa kamu memiliki agency untuk melindungi diri sendiri. Satu langkah lebih maju dari penyerang adalah membuat perbedaan antara menjadi victim atau menjadi survivor dalam pertempuran siber modern.

Defense in Depth bukan hanya strategi untuk organisasi besar atau government agencies. Defense in Depth adalah right dan necessity untuk setiap individu yang active dalam dunia digital. Mulai hari ini, bangun benteng digital kamu sendiri.

 

Itulah informasi menarik tentang Defense In Depth yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel populer Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market.

Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.

 

Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.

Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Staking/Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan. Segera register di INDODAX dan lakukan KYC dengan mudah untuk mulai trading crypto lebih aman, nyaman, dan terpercaya!

 

Kontak Resmi Indodax
Nomor Layanan Pelanggan: (021) 5065 8888 | Email Bantuan: [email protected]

 

Follow Sosmed Twitter Indodax sekarang

Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram

 

FAQ

1. Apa beda Defense in Depth dan Zero Trust?

Defense in Depth dan Zero Trust adalah dua pendekatan keamanan yang berbeda namun komplementer. Defense in Depth berfokus pada pembuatan lapisan-lapisan pertahanan yang bekerja secara berlapis, dengan asumsi bahwa ada garis perimeter keamanan yang perlu dipertahankan. Zero Trust, di sisi lain, mengasumsikan bahwa tidak ada yang perlu dipercaya secara default—setiap akses harus diverifikasi secara menyeluruh, terlepas dari asal-usulnya. Dalam praktik modern, kedua pendekatan ini dikombinasikan untuk menciptakan model keamanan yang paling robust: lapisan-lapisan Defense in Depth yang masing-masing menerapkan prinsip Zero Trust.

Apakah Defense in Depth masih relevan di 2025?

Sangat relevan—malah semakin relevan. Dengan meningkatnya adopsi cloud computing, artificial intelligence, dan ekspansi surface attack yang terus bertambah, prinsip Defense in Depth menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Evolusi dari Defense in Depth menjadi AI-driven layered defense menunjukkan bahwa konsep ini bukan hanya tetap relevan, melainkan terus berinovasi menghadapi ancaman-ancaman kontemporer.

Bagaimana penerapannya di dunia kripto?

Di dunia cryptocurrency, Defense in Depth diterapkan melalui beberapa mekanisme spesifik. Pertama, pemisahan antara hot wallet dan cold storage memastikan bahwa hanya sebagian kecil dari aset yang berisiko terhadap serangan online. Kedua, multi-signature security memerlukan persetujuan dari beberapa kunci privat untuk memindahkan aset, sehingga seorang penyerang tidak dapat bertindak sendiri. Ketiga, audit smart contract yang ketat sebelum launch membantu mengidentifikasi kerentanan dalam kode. Terakhir, kontrol akses ketat dan monitoring berkelanjutan di exchange cryptocurrency memberikan lapisan pertahanan tambahan.

Berapa lapisan ideal dalam Defense in Depth?

Tidak ada angka pasti yang baku untuk jumlah lapisan ideal. Namun, secara umum, Defense in Depth minimal harus mencakup tiga kategori lapisan utama: lapisan teknis (firewall, antivirus, IDS), lapisan administratif (kebijakan, pelatihan, prosedur), dan lapisan fisik (kontrol akses, keamanan infrastruktur). Untuk organisasi dengan aset yang lebih berharga atau risiko yang lebih tinggi, lapisan-lapisan tambahan dapat ditambahkan. Prinsipnya adalah: semakin banyak lapisan yang tersedia, semakin tinggi kesulitan bagi penyerang untuk menembus seluruh sistem.

Apakah Defense in Depth bisa diterapkan individu, bukan hanya perusahaan besar?

Bisa banget. Setiap individu yang active dalam dunia digital dapat menerapkan prinsip-prinsip Defense in Depth. Untuk level personal, ini bisa dimulai dari keamanan akun (2FA, password manager), keamanan perangkat (antivirus, update rutin), keamanan data (enkripsi, backup), hingga kesadaran keamanan (waspada phishing, social engineering). Defense in Depth personal mungkin tidak sekompleks implementasi enterprise, namun dampaknya dalam melindungi aset digital dan privasi kamu sama signifikannya.

 

Author : RB

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
  

Lebih Banyak dari Blockchain

Koin Baru dalam Blok

Pelajaran Dasar

Calculate Staking Rewards with INDODAX earn

Select an option
dot Polkadot 10.18%
bnb BNB 2.15%
sol Solana 4.89%
eth Ethereum 2.37%
ada Cardano 1.73%
pol Polygon Ecosystem Token 2.07%
trx Tron 2.90%
DOT
0
Berdasarkan harga & APY saat ini
Stake Now

Pasar

Nama Harga 24H Chg
ATT/IDR
Attila
3
50%
MPRO/IDR
Max Proper
304
41.4%
CREAM/IDR
Cream Fina
24.200
38.19%
SFI/IDR
saffron.fi
3.760K
32.67%
W3S/IDR
Web3Shot
24.298
29.94%
Nama Harga 24H Chg
KRD/IDR
Krypton DA
70
-29.29%
DLC/IDR
Diverge Lo
465
-26.42%
LUNA/IDR
Terra
1.786
-25.58%
FLOKI/USDT
Floki
0
-18.98%
EDENA/IDR
Edena
123.251
-18.76%
Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

Backpack Wallet Dukung BNB Chain, DeFi Makin Gila!

Era Baru Wallet Multi-Chain Bayangkan kamu bisa nyimpan, kirim, dan

Defense in Depth: Benteng Digital di Era AI & Kripto!
21/10/2025
Defense in Depth: Benteng Digital di Era AI & Kripto!

Dunia Digital Tak Lagi Aman, Tapi Masih Bisa Kamu Lindungi

21/10/2025
7 Strategi Thematic Investing yang Bikin Cuan Maksimal

Di 2025, banyak investor beralih dari pilihan aset satu per