Kamu pasti sudah sering dengar kata inflasi di berita, bahkan cara menghitung inflasi jadi pembahasan rutin di ekonomi. Biasanya yang dibahas soal harga kebutuhan sehari-hari naik, daya beli turun, atau keputusan bank sentral menaikkan suku bunga. Tapi sebenarnya, inflasi itu nggak cuma bisa diukur dari belanja konsumen saja. Ada satu indikator yang lebih luas, tapi jarang banget disorot orang awam: deflator PDB.
Deflator ini bukan sekadar istilah teknis di ruang kuliah ekonomi. Angka ini bisa kasih gambaran apakah pertumbuhan ekonomi yang kita dengar benar-benar nyata, atau cuma “fatamorgana” akibat harga barang dan jasa yang naik. Nah, biar kamu nggak bingung, yuk kita bahas dari awal apa itu deflator, cara kerja, hingga kenapa indikator ini penting buat hidup kamu.
Apa Itu Deflator?
Kalau kita bicara sederhana, deflator adalah indeks harga yang dipakai untuk mengukur perubahan harga barang dan jasa dalam sebuah perekonomian. Di dunia akademis, ia lebih dikenal dengan istilah GDP Deflator atau Deflator PDB.
Bedanya dengan inflasi yang biasanya kamu dengar lewat IHK (Indeks Harga Konsumen), deflator ini cakupannya jauh lebih luas. IHK hanya melihat harga barang dan jasa yang biasa dikonsumsi rumah tangga, sementara deflator melihat semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri.
Dengan kata lain, deflator adalah “alat” untuk mengempeskan angka PDB nominal—yang bisa naik hanya karena harga naik—menjadi PDB riil, supaya pertumbuhan ekonomi bisa dibandingkan dengan jujur dari waktu ke waktu.
Setelah paham definisinya, pasti kamu penasaran kan, gimana cara deflator ini dihitung?
Cara Kerja Deflator & Rumusnya
Deflator punya rumus yang sebenarnya simpel:
Deflator = (PDB Nominal ÷ PDB Riil) × 100
PDB nominal adalah nilai barang dan jasa berdasarkan harga saat ini, sementara PDB riil adalah nilai yang sudah disesuaikan dengan harga dasar tertentu. Kalau hasil perhitungannya 120, artinya harga barang dan jasa di periode itu rata-rata naik 20% dibanding tahun dasar.
Bayangin gini: kalau tahun ini PDB nominal Indonesia Rp5.000 triliun, dan PDB riilnya Rp4.000 triliun, maka deflatornya adalah 125. Itu berarti, ada inflasi rata-rata sebesar 25% dibanding harga di tahun dasar.
Tapi jangan salah, deflator ini bukan cuma sekadar angka hasil perhitungan. Ia punya peran besar dalam menilai kondisi ekonomi yang sesungguhnya.
Fungsi Utama Deflator
Deflator dipakai ekonom bukan hanya untuk gaya-gayaan. Fungsinya penting banget. Pertama, deflator membantu mengukur inflasi luas, karena mencakup semua barang dan jasa, bukan hanya keranjang konsumsi. Kedua, ia bisa mengubah PDB nominal menjadi PDB riil, sehingga pertumbuhan ekonomi bisa dibandingkan tanpa tertipu kenaikan harga.
Misalnya, kalau PDB nominal naik tinggi, belum tentu itu karena ekonomi tumbuh. Bisa saja cuma harga barang yang naik. Nah, deflator inilah yang memisahkan pertumbuhan nyata dengan pertumbuhan semu.
Kalau begitu, gimana perbedaan deflator dengan IHK yang lebih populer di berita sehari-hari?
Deflator vs Indeks Harga Konsumen (IHK)
Banyak orang bingung membedakan deflator dengan inflasi yang diukur pakai IHK, padahal perbedaan IHK dan inflasi sering jadi bahan ujian ekonomi dasar. Padahal keduanya punya fokus berbeda.
- Fokus: Deflator mengukur harga semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri. IHK hanya mengukur barang dan jasa yang dibeli konsumen.
- Keranjang barang: Deflator fleksibel, bisa berubah mengikuti pola produksi tiap tahun. IHK pakai keranjang tetap yang jarang diperbarui.
- Impor: Barang impor dihitung dalam IHK karena dikonsumsi masyarakat, tapi nggak masuk deflator karena bukan produk domestik.
Contoh gampang: kalau harga minyak dunia naik, dampaknya ke IHK langsung terasa karena masyarakat konsumsi BBM impor. Tapi ke deflator, dampaknya bisa lebih kecil.
Jadi jelas kan, deflator itu indikator yang lebih luas. Sekarang pertanyaannya, bagaimana kondisi deflator Indonesia terbaru di tahun 2025?
Data Deflator Indonesia 2025 (Update Terbaru)
Teori nggak ada gunanya tanpa data. Untuk 2025, deflator Indonesia tercatat di angka 175,10 poin pada kuartal II, naik tipis dari 173,56 poin kuartal I. Rata-rata sejak tahun 2000 ada di kisaran 147 poin, dengan puncak tertinggi lebih dari 260 poin di tahun 2009.
Kalau lihat angka ini, artinya ada kenaikan harga moderat dalam perekonomian. World Bank juga mencatat inflasi implisit GDP Deflator Indonesia di 2024 sekitar 0,89%—angka yang lebih rendah dibanding inflasi IHK yang biasa kita dengar.
Data ini menunjukkan bahwa deflator memang bergerak, tapi nggak selalu sejalan dengan inflasi konsumsi. Itu sebabnya penting banget buat tahu implikasinya ke kehidupan sehari-hari kamu.
Kenapa Deflator Penting Buat Kamu?
Kamu mungkin bertanya, “Apa hubungannya deflator dengan hidupku sehari-hari?” Ternyata cukup banyak.
Deflator mempengaruhi daya beli masyarakat, karena dia nunjukkin harga rata-rata barang dan jasa dalam negeri. Kalau deflator naik tinggi, itu artinya harga-harga dalam negeri ikutan merangkak.
Buat investor, termasuk yang main kripto, deflator bisa jadi petunjuk kondisi makro. Banyak analis global pakai data ini buat memprediksi arah kebijakan moneter, yang ujung-ujungnya bisa pengaruh ke pergerakan aset digital.
Selain itu, pemerintah dan bank sentral juga pakai deflator buat bahan ambil keputusan soal suku bunga, pajak, sampai subsidi. Jadi meskipun kelihatannya jauh, angka ini tetap punya dampak ke dompet kamu.
Tapi tentu, deflator bukan tanpa kelemahan.
Kelebihan & Keterbatasan Deflator
Kalau bicara kelebihan, deflator unggul karena mencakup semua barang dan jasa domestik serta selalu menyesuaikan pola produksi. Artinya, indikator ini relatif lengkap untuk menilai inflasi menyeluruh.
Tapi ada juga keterbatasannya. Data deflator biasanya keluar lebih lambat dibanding IHK, jadi kurang responsif buat perhitungan jangka pendek. Selain itu, indikator ini lebih sulit dipahami orang awam karena konsepnya teknis.
Makanya, kalau kamu mau pakai deflator sebagai rujukan, sebaiknya tetap dipadukan dengan indikator lain seperti IHK atau Indeks Harga Produsen. Dengan begitu, pandangan kamu soal kondisi ekonomi lebih lengkap.
Kesimpulan
Setelah kita bahas dari definisi, rumus, fungsi, perbandingan dengan IHK, hingga data terbaru, jelas kalau deflator adalah salah satu indikator ekonomi penting yang jarang disorot.
Buat kamu, paham deflator berarti kamu bisa menilai pertumbuhan ekonomi lebih jernih. Kamu jadi tahu apakah ekonomi benar-benar tumbuh karena produksi naik, atau sekadar harga yang melambung.
Kalau suatu saat kamu lihat berita soal inflasi atau pertumbuhan PDB, ingatlah bahwa deflator bisa kasih kacamata tambahan. Dengan begitu, kamu nggak gampang terkecoh headline sensasional, tapi bisa berpikir lebih kritis dan tenang.
Itulah informasi menarik tentang “Deflator “yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market.
Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan. Segera register di INDODAX dan lakukan KYC dengan mudah untuk mulai trading crypto lebih aman, nyaman, dan terpercaya!
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
1. Apa itu deflator?
Deflator adalah indeks harga yang mengukur perubahan harga semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri, biasanya dihitung lewat PDB.
2. Bagaimana cara menghitung deflator?
Dengan rumus sederhana: PDB Nominal ÷ PDB Riil × 100.
3. Apa beda deflator dengan IHK?
IHK fokus ke belanja konsumen, sementara deflator meliputi seluruh output domestik.
4. Kenapa deflator penting bagi ekonomi?
Karena deflator bisa menunjukkan apakah pertumbuhan ekonomi nyata atau hanya akibat kenaikan harga.
5. Bagaimana kondisi deflator Indonesia 2025?
Di kuartal II 2025, deflator Indonesia tercatat 175,10 poin, naik tipis dari kuartal sebelumnya.