Pernah dengar cerita orang beli emas 24 karat dengan harga jauh lebih murah dari Antam, tapi pas mau dijual balik malah ditolak atau dihargai sangat rendah? Nah, besar kemungkinan emas yang dibeli itu adalah emas lantakan. Buat yang baru nyemplung ke dunia investasi emas, istilah ini bisa bikin bingung. Emas murni kok bisa nggak laku? Di sinilah pentingnya memahami jenis-jenis emas batangan yang beredar di pasaran.
Banyak orang mengira semua emas 24 karat itu sama. Padahal, kenyataannya berbeda. Ada emas bersertifikat seperti Antam dan UBS, ada juga yang disebut emas lantakan, emas batangan murni yang dicetak dalam bentuk sederhana tanpa ornamen dan tanpa sertifikat.
Membedakan keduanya sangat penting, karena berpengaruh besar terhadap likuiditas dan keamanannya. Ini bukan sekadar soal beli murah—tapi soal tahu apa yang kita pegang.
Apa Itu Emas Lantakan?
Emas lantakan adalah emas batangan murni yang dicetak polos tanpa ornamen dan tidak memiliki desain khusus seperti perhiasan. Umumnya berbentuk batangan atau kepingan sederhana, dan diproduksi oleh pengrajin lokal maupun toko emas non-pabrikan.
Proses produksinya bisa dilakukan melalui peleburan ulang emas lama, kemudian dicetak ulang tanpa sertifikat resmi. Karena itu, emas lantakan banyak ditemukan di pasar-pasar emas tradisional dan toko emas independen. Bentuknya bisa bervariasi, tergantung alat dan keahlian pengrajinnya—ada yang rapi menyerupai pabrikan, ada juga yang kasar dan tidak simetris.
Karena tidak ada biaya sertifikasi dan kemasan premium, harga emas lantakan jadi lebih miring dibanding emas bersertifikat seperti Antam atau UBS. Tapi justru di situlah letak pro dan kontranya.
Bedanya Emas Lantakan dengan Antam & LM
Biar makin jelas, yuk kita bahas perbedaan antara emas lantakan dengan emas bersertifikat seperti Antam dan LM (Logam Mulia dari UBS):
Aspek | Emas Lantakan | Antam / LM (UBS) |
---|---|---|
Sertifikat | Tidak ada | Ada sertifikat resmi |
Produsen | Toko emas lokal / pengrajin | Pabrikan resmi (Antam/UBS) |
Harga Jual | Lebih murah | Lebih tinggi, ada premium |
Harga Beli Balik | Lebih rendah, perlu uji kadar ulang | Tinggi, diterima di banyak tempat |
Likuiditas | Kurang liquid, sulit digadai | Mudah dicairkan, bisa digadai |
Kemasan | Plastik polos atau tanpa kemasan | Kemasan segel rapi & anti rusak |
Kalau kamu lebih mementingkan harga murah dan untuk simpanan pribadi jangka panjang, emas lantakan mungkin cocok. Tapi kalau kamu mau emas yang mudah dijual, diterima luas, dan bisa digadai, Antam dan LM jelas lebih unggul.
Kenapa Emas Lantakan Banyak Dicari?
Alasan paling utama: harga lebih murah. Selisih 3–7% dari harga emas bersertifikat bisa membuat banyak orang tergoda, apalagi kalau tujuannya adalah menabung emas sedikit demi sedikit. Dalam jangka panjang, selisih harga itu bisa menambah jumlah gram yang disimpan.
Emas lantakan juga populer karena fleksibilitas ukuran. Banyak tersedia mulai dari 0,5 gram hingga puluhan gram, bahkan bisa dipesan custom sesuai permintaan. Cocok untuk investor pemula atau mereka yang ingin membeli emas dalam nominal kecil secara rutin.
Beberapa orang juga menyukai kesederhanaannya—tanpa kemasan tebal atau desain yang mencolok, mudah disimpan dan disembunyikan. Tapi, kesederhanaan ini juga jadi faktor yang membuatnya kurang diterima di tempat resmi.
Kombinasi Emas Lantakan & Emas Digital: Bisa Nggak?
Dengan teknologi blockchain dan aset kripto yang makin populer, muncul pertanyaan menarik: apakah emas lantakan bisa dikombinasikan dengan emas digital atau emas kripto?
Jawabannya: secara teknis, bisa, tapi ada batasan.
Saat ini, beberapa platform aset kripto berbasis emas seperti Paxos Gold (PAXG), Tether Gold (XAUT), dan lainnya menggunakan emas fisik sebagai underlying asset. Namun, mereka hanya menerima emas dengan standar tinggi—biasanya emas bersertifikat resmi.
Artinya, emas lantakan belum tentu diterima langsung untuk dikonversi menjadi token emas digital kecuali sudah melalui proses verifikasi dan sertifikasi ulang. Tapi bukan berarti peluangnya tertutup. Dalam ekosistem keuangan terdesentralisasi (DeFi), ada ruang tumbuh untuk layanan tokenisasi aset fisik—dan bukan tidak mungkin ke depannya ada platform lokal yang menerima emas lantakan sebagai collateral atau token.
Jadi, buat kamu yang pegang emas lantakan dan tertarik menjelajah dunia aset digital, pantau terus perkembangan proyek-proyek Web3 dan fintech yang mendukung tokenisasi emas. Masa depan investasi bisa jadi menggabungkan fisik dan digital, asal ekosistem dan regulasinya mendukung.
Kelebihan dan Kekurangan Emas Lantakan
Untuk memahami apakah emas lantakan cocok untukmu, berikut adalah gambaran jujur tentang kelebihan dan kekurangannya:
Kelebihannya:
- Harga lebih murah dibanding emas bersertifikat
- Ukuran fleksibel dan bisa custom sesuai kebutuhan
- Cocok untuk tabungan jangka panjang secara fisik
- Tersedia luas di toko emas lokal atau pasar tradisional
Kekurangannya:
- Tidak ada sertifikat resmi atau jaminan keaslian dari lembaga
- Sulit dijual kembali tanpa uji kadar ulang
- Tidak diterima untuk digadai di Pegadaian atau bank
- Risiko pemalsuan atau kadar tidak sesuai lebih tinggi
Jika kamu paham apa yang kamu beli dan dari siapa kamu membelinya, emas lantakan bisa menguntungkan. Tapi kalau kamu butuh aset yang gampang dicairkan dan diterima luas, perlu pikir dua kali.
Kesimpulan: Worth It Gak Beli Emas Lantakan?
Emas lantakan punya daya tarik besar dari sisi harga dan fleksibilitas. Tapi di balik itu, ada risiko yang perlu benar-benar kamu pahami. Jenis emas ini cocok buat kamu yang ingin menabung emas fisik dengan biaya lebih terjangkau, dan tidak punya rencana untuk mencairkan dalam waktu dekat.
Namun, kalau kamu butuh jaminan, kemudahan jual balik, dan bisa digadaikan kapan pun, emas bersertifikat seperti Antam dan UBS tetap lebih unggul.
Intinya, semua kembali ke tujuan dan strategi investasimu. Selama kamu tahu apa yang kamu pegang, beli dari sumber yang terpercaya, dan paham risikonya, emas lantakan bisa jadi alternatif menarik.
Dan buat kamu yang melek teknologi, mungkin ke depan bukan hal aneh kalau emas lantakan juga bisa ikut masuk ke dunia digital lewat tokenisasi. Tapi sampai saat itu datang, pastikan aset fisikmu aman, jelas asal-usulnya, dan sesuai kebutuhanmu.
Itulah informasi menarik tentang emas lantakan yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
- Apa itu emas lantakan dan apakah sama dengan emas batangan?
Ya, emas lantakan adalah bentuk emas batangan yang dicetak polos dan sederhana. Bedanya, emas lantakan tidak memiliki sertifikat dan biasanya tidak diproduksi oleh pabrikan resmi.
- Dari mana asal emas lantakan?
Emas lantakan biasanya berasal dari peleburan ulang perhiasan emas lama yang tidak terpakai, lalu dicetak ulang menjadi batangan.
- Emas lantakan 1 gram berapa harganya?
Harga per gram tergantung kadar dan lokasi. Per 10 Juli 2025, kisaran harga emas lantakan 1 gram sekitar Rp1.750.000-an.
- Kenapa emas lantakan nggak punya sertifikat atau merek?
Karena tidak diproduksi oleh lembaga resmi atau pabrikan besar. Biasanya dibuat oleh toko emas atau pengrajin lokal.
- Apakah aman beli emas lantakan?
Aman kalau dibeli dari toko terpercaya. Tapi tetap perlu uji kadar ulang kalau ingin jual atau gadai.
- Apa risikonya beli emas lantakan? Tanpa sertifikat, emas ini sulit diverifikasi dan dijual kembali. Risiko kadar tak sesuai juga lebih besar.
Author: AL