Harga Bitcoin (BTC) terus menguat dan nyaris menembus level rekor tertinggi sepanjang masa di $112 ribu. Pada Kamis (4/7), BTC sempat menyentuh $110.392, memicu gelombang euforia baru di kalangan trader ritel.
Namun, di balik kenaikan ini, para analis mulai memperingatkan potensi koreksi. Pasalnya, lonjakan harga belum ditopang oleh pembeli spot yang solid, sementara sentimen pasar sudah terlalu panas.
BTC Nyaris Tembus Rekor, Tapi Momentum Masih Lemah
Selama 48 jam terakhir, harga Bitcoin hari ini melonjak lebih dari 5% dan menyentuh titik tertinggi tiga minggu di $110.392, menurut data Cointelegraph Markets Pro dan TradingView.
Walaupun sempat memanas, BTC belum sanggup melampaui titik tertinggi sepanjang masa di $112 ribu, dan kembali terkoreksi ke kisaran $109 ribu.
Grafik 1 jam menunjukkan adanya pola lower highs dan lower lows yang mengindikasikan perlambatan momentum saat harga mendekati area resistance kuat.
Meski secara kasat mata harga terlihat naik, kekuatan beli belum cukup solid untuk memicu breakout yang berkelanjutan.

Grafik BTC/USD 1 jam, Harga terus ditolak di zona resistance $112 ribu (Sumber: TradingView via CoinTelegraph)
Baca selanjutnya: Bagaimana Arah Harga Bitcoin (BTC) di Bulan Juli 2025?
Spot Buyer Sepi, Reli BTC Bisa Kehabisan Bahan Bakar

Grafik Spot Volume Delta BTC (Sumber: X/Swissblock)
Analis dari Swissblock Technologies menyoroti masalah utama reli ini adalah minimnya permintaan dari pembeli spot.
Melalui data spot volume delta, mereka mencatat bahwa volume beli bersih di exchange masih berada di zona negatif.
Hal ini menandakan bahwa lebih banyak trader yang menjual daripada membeli.
“BTC memang breakout, tapi di mana pembeli spot-nya? Tanpa permintaan nyata, reli hanya berjalan di atas asap. Kita butuh volume riil agar breakout bisa bertahan,” tulis Swissblock dalam analisis terbarunya yang dikutip dari CoinTelegraph.
Reli yang didorong oleh derivatif, seperti leverage atau spekulasi jangka pendek, rentan terhenti bila tidak diikuti oleh transaksi spot yang substansial.
Musim Sepi Datang, Volume Spot Juli Paling Tipis

Grafik Persentase Volume Perdagangan BTC (Sumber: Laporan K33 via CoinTelegraph)
Laporan dari K33 Research memperkuat kekhawatiran tersebut. Berdasarkan pola historis, bulan Juli termasuk periode paling lesu dalam hal volume perdagangan.
Sejak 2019, hanya 6,1% dari total volume tahunan Bitcoin terjadi di bulan ini. Artinya, peluang untuk reli besar di pertengahan tahun relatif kecil kecuali ada katalis kuat.
Padahal, Juli 2025 menyimpan sejumlah potensi pemicu rali, dari deadline executive order kripto di AS, keputusan tarif, hingga tekanan fiskal dari pemerintahan Trump.
Tapi, volume yang rendah membuat pasar bisa saja tak merespons dengan agresif.
Baca juga prediksi lainnya: Standard Chartered: Bitcoin Bisa Tembus $135 Ribu di Kuartal 3 2025!
Euforia Melebar, Indikator Sentimen Masuk Zona Bahaya
Lonjakan harga BTC juga ikut memanaskan sentimen pasar. Data dari Santiment mencatat bahwa skor indeks sentimen investor berada di angka 73, masuk ke zona “greed”.
Ini artinya banyak investor ritel mulai mengejar harga tinggi karena takut ketinggalan.
“Kerumunan sudah resmi bergeser dari FUD ke FOMO. Saat ketamakan memuncak, harga justru cenderung berhenti naik atau bahkan koreksi,” tulis Santiment.
Analisa ini sejalan dengan prinsip kontras sentimen pasar, ketika mayoritas trader yakin harga akan terus naik, pasar justru cenderung berbalik arah.
Investor besar sering memanfaatkan momen ini untuk realisasi profit saat pasar sedang overoptimistik.
RSI Overbought, Sinyal Koreksi Kian Menguat

Peta RSI Crypto (Sumber: Coinglass via CoinTelegraph)
Selain sentimen, indikator teknikal juga mulai memberi sinyal waspada. Berdasarkan data dari CoinGlass, Relative Strength Index (RSI) Bitcoin menunjukkan kondisi overbought pada empat dari enam timeframe yang diamati. Ini menandakan bahwa harga sudah naik terlalu cepat dan berpotensi jenuh.
Jika kondisi ini bertahan, maka kemungkinan besar pasar akan masuk ke fase konsolidasi. Artinya, harga bisa stagnan di kisaran $108 ribu–$111 ribu sebelum menentukan arah selanjutnya.
Pelajari juga: 3 Perbedaan MACD Vs RSI: Mana yang Lebih Akurat untuk Trading Kripto?
Koreksi Pendek Sebelum Naik Lagi?
Meskipun struktur makro BTC masih cenderung bullish, beberapa analis percaya bahwa pasar sedang butuh waktu untuk “menstabilkan euforia”.
Hal ini umum terjadi setelah lonjakan besar yang didorong oleh FOMO, di mana pasar perlu mendingin sebelum lanjut rally berikutnya.
Harga Bitcoin saat ini seperti mesin yang dipacu tinggi, tapi belum diisi ulang bensin. Tanpa partisipasi aktif dari spot buyer dan dengan volume musim Juli yang sepi, harga bisa saja tersangkut di kisaran $110 ribu lebih lama dari dugaan banyak orang.
Kesimpulan
Bitcoin sedang dalam fase bullish secara teknikal, namun reli ke atas $112.000 terhambat oleh lemahnya volume pembelian nyata.
Ditambah dengan sentimen pasar yang terlalu optimistik dan musim perdagangan sepi, potensi koreksi jangka pendek sangat mungkin terjadi.
Investor sebaiknya tidak terbawa arus FOMO. Sebaliknya, fokus pada data volume, konfirmasi teknikal, dan manajemen risiko akan jauh lebih bijak di tengah situasi yang terlihat bullish tapi rentan ini.
FAQ
- Apa itu spot buyer dan kenapa penting dalam pergerakan harga Bitcoin?
Spot buyer adalah pembeli yang membeli Bitcoin secara langsung (bukan lewat derivatif). Kehadiran mereka menunjukkan permintaan riil. Tanpa mereka, reli harga sering kali rapuh dan berumur pendek. - Kenapa bulan Juli disebut sebagai musim sepi untuk Bitcoin?
Menurut data historis, Juli hanya menyumbang sekitar 6,1% dari volume perdagangan tahunan. Volume yang rendah membuat pasar cenderung bergerak lambat atau sideways. - Bagaimana cara mengetahui pasar sedang overbought?
Indikator RSI (Relative Strength Index) adalah alat umum untuk mendeteksi overbought. Jika angkanya di atas 70, pasar dianggap terlalu panas dan berisiko koreksi. - Apa itu FOMO dalam dunia kripto?
FOMO (Fear of Missing Out) adalah kondisi di mana trader membeli aset karena takut ketinggalan momen cuan. FOMO sering terjadi di fase akhir reli dan bisa jadi sinyal koreksi. - Apakah koreksi harga selalu berarti tren berbalik?
Tidak selalu. Koreksi bisa jadi bagian dari healthy pullback sebelum lanjut naik. Tapi koreksi di tengah sentimen greed yang ekstrem bisa juga menjadi awal reversal lebih besar jika tidak diwaspadai.
Itulah informasi berita crypto hari ini. Aktifkan notifikasi agar Anda selalu mendapatkan informasi terkini dari Akademi Crypto seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Anda juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya.
Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Ikuti juga sosial media INDODAX di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
Author: FFA
Tag Terkait: #Berita Kripto Hari Ini, #Berita Mata uang Kripto, #Berita Bitcoin, #Btc News, #News Bitcoin, #Berita Btc, #Berita crypto hari ini, #berita btc/usd hari ini, #bitcoin news, #berita bitcoin hari ini, #info btc hari ini, #Prediksi Harga Crypto Hari Ini