Pasar yang Bergerak Cepat Butuh Keputusan yang Tepat
Dunia trading kripto bergerak dengan kecepatan luar biasa. Dalam hitungan detik, harga bisa berfluktuasi signifikan dan membuat keputusan cepat menjadi krusial. Memahami mekanisme jual-beli di pasar kripto bukanlah sekadar pengetahuan tambahan, melainkan keterampilan fundamental yang dapat menentukan keberhasilan trading kamu.
Bagi trader pemula, istilah seperti hit the bid dan lift the offer mungkin terdengar asing dan membingungkan. Padahal, konsep ini sangat penting untuk dipahami agar kamu bisa mengeksekusi transaksi dengan tepat sesuai kondisi pasar.
Kalau kamu pernah jual aset kripto secara cepat di harga pasar, besar kemungkinan kamu sedang melakukan hit the bid. Tapi, apa artinya dan kapan waktu terbaik untuk melakukannya? Mari kita eksplorasi lebih dalam.
Apa Itu Hit the Bid?
Kita mulai dulu dari istilah yang sering terdengar di ruang trading: hit the bid.

Cara order book bekerja
Ilustrasi gambar diatas memperlihatkan bagaimana order book bekerja dengan sisi bid di kiri dan ask di kanan. Saat kamu melakukan hit the bid, artinya kamu menjual ke pembeli yang pasang harga tertinggi di sisi bid.
Hit the bid adalah aksi menjual aset pada harga bid tertinggi yang tersedia di order book. Dalam bahasa sederhananya, kamu menerima tawaran harga tertinggi yang bersedia dibayar pembeli saat itu juga. Tindakan ini biasanya dilakukan melalui market sell order di exchange kripto.
Secara teknis, ketika kamu melakukan hit the bid, kamu bertindak sebagai taker di pasar—mengambil likuiditas yang sudah tersedia alih-alih menambahkannya. Order kamu langsung dieksekusi dengan harga bid tertinggi yang ada di order book saat itu.
Strategi ini sangat cocok untuk situasi dimana kamu membutuhkan eksekusi cepat, terutama saat analisis teknikal menunjukkan sinyal bahwa harga kemungkinan akan turun. Misalnya, jika Bitcoin baru saja gagal menembus level resistance kuat dan mulai menunjukkan pola pembalikan, hit the bid bisa menjadi solusi untuk keluar dari posisi sebelum penurunan lebih lanjut.
Di platform exchange seperti Indodax, Binance, atau yang lainnya, hit the bid dilakukan dengan memilih opsi “Market Sell” atau “Jual Cepat”. Dengan begitu, sistem akan otomatis mencocokkan order jual kamu dengan bid tertinggi yang tersedia.
Setelah paham konsep ini, sekarang kita bahas lawannya yang tak kalah penting.
Kamu mungkin tertarik dengan ini juga: Decentralized Order Book: Masa Depan Trading Crypto
Apa Itu Lift the Offer?
Jika hit the bid berarti menjual dengan cepat, maka lift the offer adalah kebalikannya yaitu membeli secara instan.
Lift the offer adalah tindakan membeli aset pada harga ask terendah yang tersedia di order book. Dalam istilah sederhana, kamu menerima harga terendah yang ditawarkan penjual pada saat itu. Strategi ini dikenal juga sebagai market buy order di berbagai platform exchange.
Saat kamu lift the offer, kamu juga bertindak sebagai taker di pasar. Order beli kamu akan langsung dicocokkan dengan order jual terendah yang tersedia, memberikan eksekusi instan untuk posisi kamu.
Strategi ini ideal digunakan pada momentum ketika pasar sedang bullish atau ketika kamu melihat sinyal teknikal kuat yang mengindikasikan harga akan segera naik. Misalnya, ketika sebuah altcoin baru saja mengumumkan partnership besar atau Bitcoin menembus level resistance kuat dengan volume tinggi, lift the offer bisa menjadi cara efektif untuk masuk sebelum harga naik lebih tinggi.
Di kebanyakan platform trading, untuk melakukan lift the offer, kamu cukup menggunakan fungsi “Market Buy” atau “Beli Cepat” yang akan otomatis mengeksekusi pembelian di harga ask terendah yang tersedia.
Dua istilah ini kelihatannya sederhana, tapi dampaknya bisa besar tergantung strategi kamu.
Perbedaan Hit the Bid vs Lift the Offer (Tabel Praktis)
Agar makin jelas, yuk lihat perbandingan singkat antara keduanya.
Aspek | Hit the Bid | Lift the Offer |
Aksi | Jual aset | Beli aset |
Harga | Harga bid tertinggi | Harga ask terendah |
Strategi | Saat bearish/cepat exit | Saat bullish/cepat masuk |
Eksekusi | Sell via market order | Buy via market order |
Likuiditas | Mengambil likuiditas sisi beli | Mengambil likuiditas sisi jual |
Biaya | Biaya taker (biasanya lebih tinggi) | Biaya taker (biasanya lebih tinggi) |
Resiko | Potensial slippage saat volatilitas tinggi | Potensial slippage saat volatilitas tinggi |
Dalam konteks bid-ask spread (selisih antara harga bid tertinggi dan ask terendah), hit the bid selalu terjadi di sisi bid, sementara lift the offer selalu terjadi di sisi ask. Memahami spread ini penting karena semakin lebar spread-nya, semakin besar potensial slippage yang kamu alami.
Setelah tahu perbedaannya, sekarang waktunya kamu memahami strategi penggunaannya.
Strategi Trader Profesional Menggunakan Dua Teknik Ini
Setiap trader punya gaya masing-masing, tapi para profesional biasanya menggunakan hit the bid dan lift the offer untuk membaca sentimen pasar dan mengoptimalkan eksekusi order mereka.
Kapan Sebaiknya Menggunakan Hit the Bid
Berikut beberapa situasi di mana hit the bid mungkin menjadi pilihan terbaik:
- Saat ada sinyal bearish kuat: Jika indikator teknikal seperti MACD, RSI, atau pola candlestick menunjukkan pembalikan tren, hit the bid bisa membantu kamu keluar dari posisi dengan cepat.
- Ketika tekanan jual meningkat: Dengan melihat volume di Coinglass atau depth chart Binance, kamu bisa mengidentifikasi atau melihat depth chart untuk memahami tekanan jual dan belil. Saat volume jual meningkat drastis, lebih baik hit the bid daripada menunggu.
- Saat berita negatif muncul tiba-tiba: Reaksi pasar terhadap berita regulasi atau keamanan yang buruk bisa sangat cepat. Hit the bid memungkinkan kamu mengurangi kerugian.
- Untuk mengelola risiko: Jika posisi kamu mendekati stop-loss, hit the bid bisa menjadi cara untuk keluar dengan lebih terkontrol dibanding menunggu stop-loss tereksekusi otomatis.
Kapan Sebaiknya Menggunakan Lift the Offer
Di sisi lain, lift the offer dapat menjadi strategi optimal dalam kondisi:
- Saat breakout resistance terjadi: Ketika aset kamu berhasil menembus level resistance kuat dengan volume tinggi, lift the offer membantu kamu masuk sebelum rally lebih lanjut.
- Ketika FOMO (Fear of Missing Out) kuat: Jika kamu melihat tanda-tanda awal dari rally besar, lift the offer memungkinkan kamu untuk masuk cepat sebelum harga naik signifikan.
- Saat mengikuti strategi momentum: Trader momentum sering menggunakan lift the offer untuk memanfaatkan kekuatan tren yang sedang berlangsung.
- Ketika berita positif baru dirilis: Pengumuman partnership, integrasi, atau upgrade teknologi sering memicu lonjakan harga cepat. Lift the offer bisa menjadi cara mendapatkan posisi sebelum pasar sepenuhnya menyerap informasi.
Untuk optimalisasi strategi, trader profesional biasanya menggunakan indikator tambahan seperti Volume, Depth Chart, dan CVD (Cumulative Volume Delta). Menurut CryptoQuant, Cumulative Volume Delta (CVD) sering digunakan oleh trader profesional untuk membaca dominasi tekanan beli atau jual secara real-time di pasar kripto.
Tapi ingat, strategi ini tetap harus disesuaikan dengan profil risiko kamu.
Risiko & Biaya: Apa yang Perlu Kamu Waspadai?
Di balik kemudahan eksekusi, ada biaya dan risiko yang kadang tak terlihat ketika menggunakan hit the bid atau lift the offer.
Slippage: Musuh Tersembunyi Market Order
Slippage terjadi ketika harga eksekusi berbeda dari harga yang kamu harapkan. Data dari Coinglass bisa membantu kamu memantau tekanan pasar dan volume ekstrem yang berpotensi menyebabkan slippage, terutama saat volatilitas melonjak tinggi.
Contoh slippage dalam hit the bid:
- Kamu melihat bid tertinggi untuk Bitcoin adalah $50,000
- Kamu menekan tombol “Market Sell”
- Tapi karena pergerakan cepat, ordermu tereksekusi pada $49,850
- Kamu mengalami slippage sebesar $150 per Bitcoin
Untuk meminimalkan slippage, perhatikan indikator likuiditas dan volume pasar sebelum mengeksekusi market order.
Biaya Taker: Lebih Mahal dari Yang Kamu Kira
Sebagai taker (pengguna market order), kamu akan dikenakan biaya taker yang hampir selalu lebih tinggi dibandingkan biaya maker (pengguna limit order).
Perbedaan biaya ini bisa signifikan, terutama untuk trader yang sering melakukan transaksi:
- Di Binance, biaya taker bisa mencapai 0.1%, sementara biaya maker hanya 0.075%
- Di Indodax, biaya taker bisa mencapai 0.3%, sementara biaya maker 0.2%
Untuk trader dengan volume tinggi, perbedaan 0.025%-0.1% ini dapat berdampak besar pada profitabilitas jangka panjang.
Kehilangan Kontrol Harga
Saat menggunakan market order, kamu secara esensial melepaskan kontrol atas harga eksekusi. Ini berarti:
- Kamu tidak bisa menentukan harga maksimum yang bersedia kamu bayar (saat lift the offer)
- Kamu tidak bisa menentukan harga minimum yang bersedia kamu terima (saat hit the bid)
Untuk mengurangi risiko ini, beberapa trader lebih memilih limit order dengan harga yang sangat kompetitif yang kemungkinan besar akan segera tereksekusi, memberikan kontrol lebih besar sambil tetap mendapatkan eksekusi yang relatif cepat.
Makanya penting juga buat kamu memahami konteks pasar sebelum menekan tombol jual atau beli.
Artikel menarik lainnya untuk kamu: Mengenal Istilah Breakout dan Bounce dalam Trading Kripto – Pelajari momen penting yang sering jadi sinyal beli atau jual cepat dalam strategi trading harian.
Kesimpulan
Pemahaman tentang hit the bid dan lift the offer adalah komponen krusial dalam strategi trading yang efektif. Secara sederhana, hit the bid berarti menjual dengan cepat di harga bid tertinggi, sementara lift the offer berarti membeli dengan cepat di harga ask terendah.
Kedua strategi ini mempunyai kelebihan utama berupa kecepatan eksekusi, tapi juga membawa risiko seperti slippage dan biaya taker yang lebih tinggi. Keputusan untuk menggunakan salah satu strategi ini seharusnya didasarkan pada analisis pasar yang komprehensif dan strategi trading kamu, bukan semata-mata oleh emosi atau tekanan pasar.
Untuk trader pemula, mungkin ada baiknya memulai dengan limit order yang lebih terkontrol sebelum beralih ke eksekusi market order yang lebih cepat. Seiring waktu dan pengalaman, kamu akan semakin mahir menentukan kapan hit the bid atau lift the offer adalah pilihan terbaik.
Sekarang, setelah kamu tahu bedanya, strategi mana yang paling sering kamu pakai saat trading? Apakah kamu lebih suka eksekusi cepat dengan market order, atau kontrol harga dengan limit order?
Itulah pembahasan menarik tentang hit the bid yang bisa kamu pelajari lebih dalam hanya di Akademi crypto. Tidak hanya menambah wawasan tentang investasi, di sini kamu juga dapat menemukan berita crypto terkini seputar dunia kripto.
Dan untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store. Ikuti juga sosial media INDODAX di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
1. Apa itu bid dan ask di order book?
Bid adalah harga tertinggi yang bersedia dibayar pembeli untuk suatu aset, sementara ask adalah harga terendah yang bersedia diterima penjual. Selisih antara keduanya disebut bid-ask spread, yang menjadi indikator likuiditas pasar semakin kecil spreadnya, semakin likuid pasarnya.
2. Apakah hit the bid selalu berarti rugi?
Tidak. Meskipun hit the bid berarti menjual di harga bid (yang lebih rendah dari ask), ini bisa menjadi strategi keluar yang menguntungkan jika kamu berhasil menghindari penurunan harga lebih lanjut. Misalnya, jika analisis kamu menunjukkan kemungkinan penurunan 5% dalam beberapa jam ke depan, hit the bid dengan slippage 0.5% masih merupakan keputusan menguntungkan.
3. Apa bedanya market order dan limit order?
Market order (termasuk hit the bid dan lift the offer) langsung dieksekusi pada harga terbaik yang tersedia, memberikan kepastian eksekusi tapi tanpa jaminan harga. Limit order menunggu harga tertentu sebelum dieksekusi, memberikan kontrol harga tapi tanpa jaminan eksekusi akan terjadi.
4. Apakah strategi ini cocok untuk pemula?
Ya, asal kamu memahami risikonya dan tidak asal klik market order. Pemula sebaiknya:
- Memulai dengan volume kecil
- Mencoba di pasar dengan likuiditas tinggi (Bitcoin, Ethereum)
- Memantau slippage setiap transaksi
- Mempelajari indikator teknikal dasar untuk timing yang lebih baik
5. Bagaimana cara melihat tekanan bid dan ask?
Kamu bisa menggunakan:
- Depth chart di exchange seperti Binance atau Indodax yang menunjukkan volume order di berbagai level harga
- Tools seperti Coinglass yang menyediakan analisis tekanan beli dan jual
- Binance WebSocket API untuk data real-time bagi yang ingin analisis lebih mendalam
- Indikator seperti CVD (Cumulative Volume Delta) yang menunjukkan apakah volume beli atau jual yang lebih dominan
Semakin kamu terbiasa membaca indikator-indikator ini, semakin baik kamu dalam menentukan kapan harus hit the bid atau lift the offer.