Harga rumah terus naik, cicilan makin panjang, dan mimpi punya properti terasa makin menjauh dari jangkauan generasi muda. Namun kini, dunia investasi menawarkan alternatif baru yang bisa diakses hanya lewat smartphone: properti digital berbasis token.
Dengan teknologi blockchain, kamu bisa membeli sebagian kepemilikan properti global tanpa harus memiliki seluruh rumah atau ruko. Melalui tokenisasi, properti dipecah jadi unit kecil yang bisa dibeli seperti aset kripto lainnya. Inilah tren investasi properti digital yang mulai mencuri perhatian investor di 2025.
Tapi di tengah kemudahan itu, muncul pertanyaan penting: apakah properti digital benar-benar lebih cuan dibanding properti fisik yang sudah terbukti selama puluhan tahun? Mana yang lebih menguntungkan dari sisi modal, risiko, dan hasil jangka panjang?
Untuk menjawabnya, mari kita bahas secara menyeluruh kelebihan dan kekurangan masing-masing, agar kamu bisa mengambil keputusan investasi yang cerdas dan sesuai kebutuhan di era ekonomi digital ini.
Masih seputar topik ini, simak juga: Cara Menabung untuk Beli Rumah, Gaji Pas pun Bisa!
Properti Fisik: Cuan Stabil tapi Butuh Napas Panjang
Sebelum membahas sisi digital, mari kita mulai dari yang sudah lebih dulu dikenal: properti fisik. Rumah, apartemen, tanah, atau ruko merupakan bentuk investasi konvensional yang punya reputasi kuat sebagai pelindung nilai dalam jangka panjang.
Selama dua dekade terakhir, nilai tanah di kota-kota besar Indonesia naik konsisten sekitar 5 hingga 15 persen per tahun. Selain potensi capital gain, properti fisik juga memberikan penghasilan pasif melalui sewa.
Namun, potensi cuan itu datang dengan syarat: kamu perlu modal besar, kesabaran ekstra, dan kesiapan menghadapi berbagai biaya tambahan.
Bagi kamu yang baru memulai, ada juga opsi investasi risiko rendah yang cocok untuk pemula, nah salah satunya termasuk properti skala kecil.
Investasi properti fisik tidak bisa dilakukan secara impulsif — butuh proses legalitas, pajak, dan manajemen yang tidak sederhana.
Karena tantangan inilah, banyak investor mulai mencari alternatif properti yang lebih ringan dari sisi modal dan lebih fleksibel dari sisi kepemilikan.
Properti Digital: Cuan Dinamis tapi Masih Volatil
Di sinilah muncul properti digital sebagai jawaban atas tantangan investasi konvensional. Token properti memungkinkan kamu memiliki sebagian properti nyata dalam bentuk aset digital berbasis blockchain.
Properti digital ini biasanya merupakan bagian dari proyek RWA (Real World Assets), yang menghubungkan aset dunia nyata dengan dunia kripto.
Beberapa proyek di Indonesia bahkan mulai mengadopsi konsep ini, seperti LYFE yang mengenalkan revolusi investasi properti digital berbasis blockchain lokal.
Beberapa proyek populer yang memfasilitasi ini antara lain RealT, Landshare, dan Propy. Mereka memungkinkan pembelian properti global secara fraksional, dengan sistem pembagian hasil sewa secara langsung ke wallet investor.
Menariknya, modal awal untuk investasi ini sangat rendah. Kamu bisa mulai hanya dengan puluhan dolar. Token bisa diperdagangkan dengan cepat, memberikan likuiditas yang jauh lebih tinggi dibandingkan rumah atau tanah.
Kalau kamu tertarik dengan aset lain yang bisa dimulai dari dana minim, kamu juga bisa cek investasi menguntungkan dengan modal 10 juta yang cocok untuk strategi pemula.
Selain itu, aspek legalitas dan perlindungan hukum masih menjadi tantangan, terutama jika platform tidak memiliki lisensi kuat atau beroperasi lintas yurisdiksi.
Konsep legalitas kepemilikan properti seperti freehold dan leasehold juga penting dipahami, termasuk ketika asetnya ditokenisasi secara digital.
Namun, tingginya fleksibilitas juga datang dengan konsekuensi. Harga token bisa sangat fluktuatif karena dipengaruhi sentimen pasar kripto. Setelah memahami konsepnya, mari kita bandingkan secara langsung sisi keuangan dan potensi cuan dari kedua jenis investasi ini.
Perbandingan ROI: Siapa yang Lebih Menguntungkan?
Untuk menilai mana yang lebih cuan, mari kita lihat aspek finansial yang menjadi pertimbangan utama investor: ROI, likuiditas, potensi sewa, hingga risiko jangka panjang.
Investasi properti fisik memang menghasilkan keuntungan yang stabil. Namun, return-nya baru terasa dalam jangka waktu 5 hingga 15 tahun. Berbeda dengan properti digital, yang bisa memberi hasil mingguan dari pembagian sewa atau yield farming berbasis token.
Modal awal properti fisik bisa mencapai ratusan juta, sedangkan properti digital bisa dimulai dari Rp 800 ribuan. Properti digital juga bisa dijual kembali dengan cepat melalui platform exchange, tanpa proses notaris atau KPR.
Namun, properti digital masih belum stabil secara regulasi. Nilainya bisa turun drastis jika proyek ditinggalkan atau tidak didukung komunitas. Karena itu, penting juga untuk mengetahui contoh aset kripto properti yang sudah eksis, agar kamu bisa memilih proyek yang kredibel.
Contoh Aset Kripto Properti: Token RWA yang Patut Dilirik
Setelah memahami karakteristik dan keunggulan properti digital, kamu mungkin bertanya: apa saja contoh nyata token kripto yang mewakili properti? Di sinilah konsep Real World Asset (RWA) berperan.
Token-token RWA menghubungkan dunia fisik dengan blockchain, memungkinkan investor memiliki bagian dari properti sungguhan — seperti rumah, apartemen, atau ruko — hanya dengan membeli tokennya. Berikut beberapa proyek yang sudah berjalan:
1.RealT (REALT)
Platform asal Amerika yang memungkinkan kamu punya bagian rumah sewaan di Detroit atau Chicago. Hasil sewanya dibagikan mingguan ke wallet investor.
Jaringan: Ethereum dan Gnosis Chain
2.Landshare (LAND)
Menggabungkan properti dengan DeFi, di mana kamu bisa staking token properti dan mendapatkan imbal hasil ganda.
Jaringan: BNB Smart Chain
3.Propy (PRO)
Fokus pada digitalisasi proses jual beli properti, Propy (PRO) memungkinkan pembelian rumah dengan kripto dan pencatatan dokumen kepemilikan on-chain.
Jaringan: Ethereum
4.Smartlands (SLT)
Berbasis di Eropa, platform ini fokus pada properti komersial dan pertanian, dengan pendekatan regulasi yang ketat.
Jaringan: Stellar
5.Tangibl (TNGBL)
Menawarkan tokenisasi aset fisik yang lebih luas, termasuk properti, wine, dan barang koleksi bernilai tinggi.
Jaringan: Polygon
Sebagian besar token ini memang belum tersedia di exchange lokal seperti Indodax. Namun, wawasannya penting untuk memahami potensi jangka panjang RWA dalam memperluas ekosistem investasi kripto yang berbasis aset nyata.
Setelah mengenal contoh konkret, kita kembali ke pertanyaan utama — mana yang sebenarnya lebih cuan?
Mana yang Lebih Cuan di 2025?
Jawabannya bergantung pada profil risiko dan tujuan investasimu. Properti fisik menawarkan stabilitas, perlindungan nilai, dan nilai warisan. Ia cocok untuk investor konservatif yang fokus pada pertumbuhan aset jangka panjang.
Sebaliknya, properti digital lebih cocok untuk investor progresif yang mencari fleksibilitas, hasil cepat, dan akses ke pasar global. Potensi return-nya tinggi, tapi risiko fluktuasinya juga besar.
Tren di tahun 2025 menunjukkan banyak investor mulai menggabungkan keduanya: properti digital sebagai diversifikasi aktif, dan properti fisik sebagai pondasi utama portofolio.
Jika kamu menginginkan pendekatan modern, fleksibel, dan cuan yang lebih cepat — properti digital layak dipertimbangkan. Namun jika keamanan dan stabilitas lebih penting bagimu, properti fisik masih jadi pilihan kokoh.
Strategi Kombinasi: Gabungkan, Jangan Pisahkan
Kamu tidak harus memilih salah satu dan meninggalkan yang lain. Justru, menggabungkan keduanya bisa menjadi strategi investasi yang lebih cerdas.
Alokasikan sebagian portofolio ke properti digital sebagai alternatif yang likuid dan efisien, sambil tetap membangun aset jangka panjang lewat properti fisik. Dengan cara ini, kamu tidak hanya meminimalkan risiko, tapi juga memaksimalkan peluang cuan di dua dunia: dunia nyata dan dunia blockchain.
Penutup: Investasi Cuan Itu yang Kamu Pahami, Bukan Sekadar Tren
Investasi properti kini hadir dalam dua bentuk: fisik dan digital. Keduanya punya kelebihan dan tantangan masing-masing. Yang terpenting adalah memahami karakter, risiko, dan tujuan keuanganmu sendiri.
Cuan besar datang bukan dari ikut-ikutan, tapi dari strategi yang realistis dan terukur. Jadi, sebelum memutuskan, pastikan kamu tahu apa yang kamu incar — dan siapkan langkah terbaik untuk mencapainya.
Dan untuk tahu bagaimana properti dibandingkan jenis investasi lainnya, kamu juga bisa baca 20 jenis investasi yang menguntungkan di 2025 yang bisa kamu pertimbangkan sebagai referensi portofolio.
Itulah informasi menarik tentang investasi properti digital vs fisik yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
1.Apakah token properti sama dengan memiliki rumah sungguhan?
Secara teknis tidak. Token mewakili fraksi kepemilikan atau kontrak bagi hasil, bukan hak tinggal langsung.
2.Apakah properti digital legal di Indonesia?
Saat ini belum ada regulasi spesifik. Namun, tren global menunjukkan arah yang makin positif.
3.Berapa modal minimal untuk memulai investasi properti digital?
Mulai dari $50 atau sekitar Rp 800 ribuan, tergantung proyek dan jaringan blockchain yang digunakan.
Author: AL