Pernahkah kamu bertanya-tanya, apa yang membuat Bitcoin begitu bernilai? Jawabannya bukan hanya karena teknologinya yang canggih, tetapi juga karena kelangkaannya.
Dalam dunia kripto, ada satu konsep penting yang menjadi dasar kelangkaan ini: Maximum Supply. Memahami konsep ini bukan sekadar teori, tetapi langkah strategis untuk menjadi investor kripto yang cerdas.
Banyak pemula sering terjebak hanya melihat grafik harga tanpa memahami fundamental aset yang mereka beli.
Padahal, dengan memahami Maximum Supply, kamu bisa mengevaluasi potensi nilai aset di masa depan. Jadi, mari kita pelajari bersama, agar kamu bisa mengambil langkah investasi yang lebih terarah.
Apa Itu Maximum Supply?
Maximum Supply adalah jumlah maksimum unit koin atau token yang dapat diproduksi dalam jaringan blockchain tertentu. Jumlah ini ditentukan sejak awal oleh pengembang aset dan tidak bisa diubah tanpa persetujuan seluruh jaringan.
Sebagai contoh, Bitcoin memiliki Maximum Supply sebanyak 21 juta koin. Setelah jumlah ini tercapai, tidak akan ada Bitcoin baru yang dapat ditambang. Konsep ini serupa dengan kelangkaan emas, yang membuat Bitcoin sering disebut sebagai “emas digital.”
Mengapa Maximum Supply Penting dalam Dunia Kripto?
- Kelangkaan yang Meningkatkan Nilai
Seperti dalam prinsip ekonomi, semakin langka suatu barang, semakin tinggi nilainya. Maximum Supply menciptakan kelangkaan yang mendorong harga naik jika permintaan meningkat. - Perencanaan Jangka Panjang
Dengan mengetahui Maximum Supply, kamu bisa memperkirakan dinamika pasokan dan potensi inflasi atau deflasi dari aset tersebut. - Kepercayaan pada Proyek Blockchain
Blockchain memberikan transparansi penuh terhadap jumlah koin yang ada dan yang tersisa, sehingga kamu bisa lebih percaya pada data yang disajikan.
Perbedaan Maximum Supply, Total Supply, dan Circulating Supply
Dalam dunia kripto, ada tiga metrik utama yang sering digunakan untuk memahami jumlah pasokan aset: Maximum Supply, Total Supply, dan Circulating Supply. Meskipun terlihat mirip, ketiganya memiliki perbedaan mendasar.
1. Maximum Supply
Jumlah maksimal koin atau token yang bisa diproduksi dalam suatu blockchain. Setelah jumlah ini tercapai, tidak ada lagi koin baru yang bisa diciptakan.
- Contoh: Bitcoin memiliki Maximum Supply sebanyak 21 juta koin. Jumlah ini tidak akan bertambah meskipun permintaan meningkat.
2. Total Supply
Jumlah total koin yang telah diciptakan sejauh ini, dikurangi koin yang telah dibakar atau dihancurkan secara permanen. Total Supply mencakup koin yang belum beredar, seperti koin yang masih terkunci dalam kontrak pintar.
- Contoh: Binance Coin (BNB) memiliki Total Supply yang terus menurun karena proses pembakaran koin secara berkala.
3. Circulating Supply
Jumlah koin yang saat ini beredar di pasar dan dapat diperdagangkan oleh publik. Circulating Supply digunakan untuk menghitung kapitalisasi pasar (Market Cap), yang dihitung dengan rumus:
Circulating Supply × Harga Koin.
- Contoh: Ethereum memiliki Circulating Supply lebih dari 120 juta koin, karena tidak ada Maximum Supply yang ditetapkan.
Tabel Perbandingan
Aspek | Maximum Supply | Total Supply | Circulating Supply |
Definisi | Jumlah maksimal koin yang dapat diproduksi | Jumlah total koin yang telah dibuat | Jumlah koin yang beredar di pasar |
Termasuk Koin Terkunci? | Tidak | Ya | Tidak |
Termasuk Koin yang Dibakar? | Tidak | Tidak | Tidak |
Dinamika Angka | Tetap (kecuali ada perubahan protokol) | Berubah (karena pembakaran atau pembuatan) | Berubah sesuai aktivitas pasar |
Apa Pengaruh Maximum Supply pada Harga Aset Kripto?
Aset kripto dengan Maximum Supply yang rendah biasanya memiliki potensi untuk lebih bernilai, terutama jika permintaan meningkat.
Contohnya, Bitcoin sering dianggap aset yang lebih aman karena kelangkaannya yang sudah ditentukan sejak awal. Di sisi lain, aset tanpa Maximum Supply, seperti Ethereum, dapat menghadapi risiko inflasi yang lebih tinggi.
Sebagai investor, penting bagi kamu untuk mempertimbangkan dinamika pasokan ini sebelum membuat keputusan investasi.
Contoh Aset Kripto Berdasarkan Maximum Supply
1.Bitcoin (BTC)
Maximum Supply: 21 juta koin
Kelangkaannya membuat Bitcoin menjadi salah satu aset paling bernilai.
2.Litecoin (LTC)
Maximum Supply: 84 juta koin
Dirancang sebagai versi “lebih ringan” dari Bitcoin.
3.Binance Coin (BNB)
Maximum Supply: 200 juta koin
Proses pembakaran koin secara berkala membuat Total Supply BNB terus berkurang, meningkatkan kelangkaan.
Kesimpulan
Itulah tadi pembahasan menarik tentang Maximum Supply mulai dari pengertian, perbedaan hingga contoh asetnya yang bisa kamu baca selengkapnya di artikel Academy crypto di INDODAX Academy.
Dengan memahami Maximum Supply, kamu bisa lebih percaya diri dalam menilai potensi sebuah aset kripto.
Jangan hanya melihat harga saat ini; pahami fundamentalnya agar kamu bisa membuat keputusan investasi yang lebih bijak. Jika kamu ingin belajar lebih banyak tentang kripto, kunjungi Indodax Academy dan terus kembangkan pengetahuanmu di dunia investasi digital.
5 FAQ tentang Maximum Supply
1. Apa itu Maximum Supply?
Maximum Supply adalah jumlah maksimal unit koin yang dapat diproduksi dalam jaringan blockchain tertentu. Setelah batas ini tercapai, tidak ada koin baru yang akan dibuat.
2. Mengapa Maximum Supply penting bagi investor kripto?
Maximum Supply menentukan kelangkaan suatu aset. Aset dengan Maximum Supply yang rendah cenderung lebih bernilai jika permintaan meningkat.
3. Apa perbedaan Maximum Supply, Total Supply, dan Circulating Supply?
- Maximum Supply: Jumlah maksimal koin yang dapat dibuat.
- Total Supply: Jumlah koin yang telah dibuat sejauh ini, dikurangi koin yang dibakar.
- Circulating Supply: Jumlah koin yang saat ini beredar di pasar.
4. Bagaimana Maximum Supply memengaruhi harga aset kripto?
Aset dengan Maximum Supply terbatas cenderung lebih bernilai karena kelangkaan. Sebaliknya, aset tanpa batas pasokan dapat menghadapi risiko inflasi.
5. Contoh aset kripto dengan Maximum Supply?
Contohnya adalah Bitcoin (21 juta koin), Litecoin (84 juta koin), dan Binance Coin (200 juta koin).
Author: AL