Banyak orang menganggap dompet kripto open-source otomatis aman hanya karena kodenya transparan. Tapi kenyataannya tidak sesederhana itu. Di 2025, dengan semakin ketatnya regulasi, isu privasi, serta munculnya kasus-kasus hack di wallet populer, pertanyaan ini kembali jadi sorotan: apakah dompet open-source memang pilihan paling aman, atau justru menyimpan celah berbahaya yang perlu kamu waspadai?
Apa Itu Open Source Crypto Wallet?
Kalau kamu pernah menggunakan wallet kripto, mungkin pernah bertanya-tanya: siapa sebenarnya yang menulis kode aplikasi yang kamu pakai setiap hari? Dompet kripto open-source hadir dengan janji bahwa kodenya terbuka untuk publik, mirip prinsip dasar pada cara kerja wallet kripto yang menekankan transparansi dan kontrol penuh pengguna. Siapa pun—baik developer independen, komunitas, hingga peneliti keamanan—bisa mengaudit, memodifikasi, bahkan mengembangkan ulang.
Berbeda dengan closed-source wallet, di mana hanya perusahaan pemilik yang tahu bagaimana kode berjalan, open-source wallet menawarkan transparansi total. Filosofi ini sejalan dengan semangat kripto: desentralisasi, keterbukaan, dan penghapusan kepercayaan buta terhadap otoritas tunggal.
Namun, sekadar memahami definisi tidak cukup. Kamu juga perlu tahu siapa yang sebenarnya mengembangkan dompet-dompet open-source ini, karena dari situ akan terlihat apakah proyek tersebut masih relevan dan aktif di 2025.
Siapa di Balik Open Source Wallet Populer?
Dompet open-source bukanlah proyek anonim tanpa pengembang. Justru, beberapa nama besar berdiri di balik wallet yang sampai hari ini masih digunakan jutaan orang.
Ambil contoh Electrum, wallet Bitcoin legendaris yang pertama kali dirilis pada 2011 oleh Thomas Voegtlin. Electrum dikenal ringan, cepat, dan bisa diintegrasikan dengan hardware wallet—fitur yang sering dibandingkan dalam panduan hardware wallet vs software wallet untuk keamanan kripto. Komunitas developer yang aktif membuat Electrum tetap relevan meski usianya sudah lebih dari satu dekade.
Kemudian ada MetaMask, dikembangkan oleh perusahaan Consensys sejak 2016. Awalnya seluruh kodenya terbuka, namun belakangan sebagian modul menjadi proprietary. Meski begitu, inti MetaMask tetap bisa diakses dan diverifikasi. Inilah yang membuatnya jadi pintu gerbang utama ke dunia DeFi dan NFT.
Berbeda lagi dengan Samourai Wallet, yang sejak awal memosisikan diri sebagai wallet privasi ekstrem. Sayangnya, di 2024 dua pendirinya ditangkap otoritas AS karena tuduhan pencucian uang lewat fitur CoinJoin. Kasus hukum ini tidak serta-merta berarti Samourai tidak aman secara teknis, tapi jelas reputasinya goyah.
Terakhir, ada Tangem Wallet, dompet hardware dengan aplikasi pendamping open-source. Berbasis chip Secure Element EAL6+, Tangem memposisikan diri sebagai hardware wallet yang transparan sekaligus kuat dari sisi fisik.
Dari sini terlihat bahwa di balik setiap dompet open-source ada developer nyata dan komunitas yang menopangnya. Tapi apakah itu berarti otomatis aman?
Apakah Open Source Wallet Lebih Aman?
Banyak orang mengira karena kodenya terbuka, maka open-source wallet otomatis aman. Kenyataannya lebih rumit.
Kelebihannya jelas: kode bisa diaudit siapa saja. Kalau ada bug, komunitas bisa langsung memperbaiki tanpa harus menunggu birokrasi perusahaan. Transparansi ini memberi rasa percaya bahwa tidak ada pintu belakang tersembunyi.
Namun, masalahnya tidak semua orang bisa benar-benar mengaudit kode. Hanya developer berpengalaman yang mampu melakukannya, sementara mayoritas pengguna tetap harus percaya pada pihak lain. Selain itu, kode open source juga bisa dimodifikasi pihak tak bertanggung jawab dan didistribusikan ulang sebagai versi palsu.
Meski begitu, open-source wallet juga menjadi motor inovasi. Misalnya, tren terbaru 2025 adalah MPC (Multi-Party Computation) Wallet, di mana kunci privat tidak disimpan utuh di satu perangkat, melainkan dibagi menjadi beberapa bagian sehingga lebih sulit diretas. Konsep ini mulai populer bersamaan dengan meningkatnya minat pada teknologi keamanan kripto modern. Beberapa MPC wallet yang open-source bahkan sudah mulai diadopsi komunitas global.
Artinya, open-source memang memberi peluang keamanan lebih besar, tapi tetap ada risiko. Dan untuk benar-benar objektif, kita perlu membahas sisi gelap: kasus-kasus hack yang pernah terjadi.
Kontroversi & Kasus Hack
Sejarah mencatat, open source wallet juga pernah jadi korban serangan. Electrum adalah salah satu contohnya. Pada 2018–2019, serangan phishing masif menyebarkan update palsu Electrum—fenomena yang sering dibahas dalam topik phishing dalam kripto karena jadi pintu masuk utama pencurian aset digital. Begitu pengguna menginstalnya, private key mereka dicuri. Kerugian ditaksir mencapai lebih dari USD 4 juta. Kasus ini jadi pelajaran besar bahwa meski kode aman, supply chain attack bisa tetap berbahaya.
MetaMask sendiri tidak pernah di-hack langsung, tapi kerap dijadikan target tiruan. Banyak extension palsu di Chrome Web Store yang mengaku MetaMask, padahal phishing. Ribuan orang sempat kehilangan aset gara-gara salah instalasi.
Samourai Wallet lebih kontroversial di ranah hukum. Meski belum terbukti pernah di-hack, penangkapan pendirinya membuat kepercayaan publik goyah.
Sementara itu, Tangem Wallet hingga kini relatif aman. Belum ada insiden besar yang dikaitkan dengannya, meski beberapa pihak masih memperdebatkan apakah firmware-nya 100% benar-benar open.
Dari kasus-kasus ini, pelajarannya jelas: open source bukan jaminan absolut. Kamu tetap perlu literasi keamanan agar tidak terjebak oleh phishing, update palsu, atau distribusi liar.
Kelebihan & Risiko Pakai Open Source Wallet
Kalau kamu mempertimbangkan untuk menggunakan dompet open-source, ada dua sisi yang harus dipahami.
Kelebihan: kamu mendapat transparansi penuh, bisa mengecek kode, biasanya gratis, dan inovasi datang lebih cepat berkat komunitas global. Wallet seperti Electrum dan Sparrow terbukti tahan lama karena komunitasnya kuat.
Risiko: kalau kamu pengguna awam, justru bisa lebih rentan. Versi wallet palsu, update phishing, atau modifikasi berbahaya bisa menjebak kamu. Tidak ada perusahaan resmi yang menjamin uangmu kembali jika terjadi masalah.
Analogi paling mudah adalah sistem operasi: open-source wallet seperti Android—fleksibel, bisa diutak-atik, tapi rentan jika salah pilih. Closed-source wallet mirip iOS—lebih tertutup, tapi biasanya lebih aman untuk pengguna awam.
Memahami dua sisi ini akan membantu kamu memilih sesuai kebutuhan dan kemampuan.
Tren Open Source Wallet di 2025
Dunia dompet kripto terus berubah, dan tahun 2025 membawa dinamika baru yang menarik.
Pertama, tren MPC Wallet semakin menonjol. Dengan teknologi ini, kunci privat tidak pernah terkumpul di satu tempat, sehingga risiko peretasan bisa ditekan drastis.
Kedua, audit hardware mulai jadi standar baru. Tangem dan beberapa hardware wallet lain berusaha membuka firmware mereka untuk publik, meski perdebatan soal “berapa persen benar-benar open” masih berlangsung.
Ketiga, regulasi global makin mendorong transparansi. Banyak negara kini meminta bukti audit atau open-source sebagai syarat agar aplikasi kripto dipercaya publik.
Dengan tren ini, open-source wallet bisa jadi semakin relevan, bukan hanya untuk komunitas developer, tapi juga untuk pengguna biasa yang peduli privasi.
Kesimpulan
Open source crypto wallet di 2025 bukan hanya soal memilih aplikasi untuk menyimpan aset digitalmu. Ia adalah cerminan dari pertarungan besar antara transparansi komunitas dan kenyamanan yang ditawarkan perusahaan. Dari satu sisi, Electrum, MetaMask, hingga Tangem menunjukkan bahwa kode terbuka bisa mendorong inovasi dan kepercayaan. Dari sisi lain, kasus hack dan phishing menjadi pengingat bahwa kontrol penuh juga berarti tanggung jawab penuh.
Bagi kamu, pelajaran terbesarnya adalah memahami bahwa dompet bukan sekadar alat teknis, tapi fondasi kepercayaan di dunia kripto. Jika kamu siap belajar, hati-hati, dan memilih dengan cerdas, open source wallet bisa jadi jalan menuju kemandirian finansial—persis seperti prinsip cara menyimpan aset kripto dengan aman yang jadi fondasi investasi sehat. Namun jika kamu hanya mengejar kemudahan tanpa mau memahami risikonya, mungkin closed source lebih aman untuk saat ini.
Pada akhirnya, pertanyaan “aman atau rawan hack” bukan sekadar label. Jawaban sesungguhnya ada di cara kamu menggunakan teknologi ini: apakah sebagai pengguna pasif, atau sebagai bagian dari komunitas yang ikut menjaga transparansi.
Itulah informasi menarik tentang “open source crypto wallet” yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
1. Apa itu open source crypto wallet?
Dompet kripto dengan kode terbuka yang bisa diaudit, dimodifikasi, atau dikembangkan siapa saja.
2. Siapa pengembang open-source wallet populer?
Electrum dikembangkan Thomas Voegtlin, MetaMask oleh Consensys, Samourai oleh tim independen, dan Tangem oleh Tangem AG.
3. Apakah open source wallet lebih aman?
Lebih transparan, tapi tidak otomatis aman. Kasus hack Electrum dan phishing MetaMask jadi bukti ada risiko.
4. Apa kelebihan menggunakan open source wallet?
Gratis, transparan, cepat inovasi, komunitas global mendukung.
5. Apa risikonya?
Phishing, update palsu, fork liar, dan tidak ada perlindungan resmi jika uang hilang.
6. Apa itu MPC wallet?
Dompet baru 2025 yang membagi kunci privat ke beberapa bagian, sehingga lebih sulit diretas.
7. Apakah MetaMask masih open source?
Sebagian ya, tapi ada modul proprietary sejak 2020.
8. Bagaimana cara cek wallet benar-benar open source?
Cek repositori GitHub resmi dan audit independen dari komunitas.
9. Apakah dompet open source legal di Indonesia?
Ya, legal digunakan selama tidak melanggar regulasi aset kripto yang berlaku.
10. Apakah open source wallet cocok untuk pemula?
Tidak selalu. Pemula mungkin lebih cocok dengan wallet closed-source yang user-friendly dan punya support resmi.