Pernahkah kamu merasa kesal karena ketinggalan momentum trading yang bagus? Atau mungkin kamu sering mengalami kerugian karena terlalu terburu-buru menekan tombol beli atau jual tanpa strategi yang jelas? Fenomena ini sangat umum terjadi di kalangan trader pemula yang belum memahami pentingnya perencanaan dalam trading.
Banyak trader baru yang berpikir “asal market order aja cukup”, padahal ada fitur canggih bernama pending order yang bisa membantu kamu masuk pasar di titik terbaik — bahkan saat kamu sedang tidur atau sibuk dengan aktivitas lain. Fitur ini ibarat asisten pribadi yang bekerja 24/7 untuk menjalankan strategi trading kamu.
Sayangnya, masih banyak trader yang mengabaikan fitur ini dan akhirnya menyesal karena melewatkan peluang emas atau bahkan mengalami kerugian besar. Padahal, dengan memahami dan menggunakan pending order dengan tepat, kamu bisa meminimalkan risiko emosional trading dan memaksimalkan potensi keuntungan.
Nah, sebelum kamu melanjutkan trading dengan cara yang sama, yuk kenali dulu apa itu pending order, jenis-jenisnya, dan cara menggunakannya yang bisa membuat strategi trading kamu lebih rapi dan menguntungkan secara otomatis.
Pending Order Adalah? Ini Arti & Cara Kerjanya
Pending order bukan istilah teknikal yang rumit atau fitur eksklusif untuk trader profesional. Ini sebenarnya adalah fitur praktis yang bisa membantu kamu membeli atau menjual aset di harga tertentu secara otomatis tanpa harus memantau pergerakan market secara terus-menerus.
Secara sederhana, pending order adalah perintah jual atau beli yang akan tereksekusi secara otomatis ketika harga menyentuh level tertentu yang telah kamu tentukan sebelumnya. Berbeda dengan market order yang langsung dieksekusi di harga pasar saat ini, pending order bersifat menunggu hingga kondisi yang kamu inginkan terpenuhi.
Fitur ini sangat berguna untuk berbagai jenis aset, mulai dari saham hingga cryptocurrency. Kamu bisa memanfaatkannya untuk masuk posisi saat harga breakout dari resistance, keluar dari posisi saat mencapai target profit, atau bahkan untuk melindungi portofolio dari kerugian besar dengan stop loss otomatis.
Perbedaan mendasar antara pending order dan market order terletak pada timing eksekusi. Market order memberikan kepastian eksekusi namun tidak memberikan kontrol terhadap harga, sedangkan pending order memberikan kontrol penuh terhadap harga namun tidak menjamin eksekusi jika harga tidak mencapai level yang ditentukan.
Nah, sekarang kamu sudah memahami dasarnya, yuk kenali semua jenis pending order yang bisa kamu manfaatkan di tahun 2025 lengkap dan terbaru sesuai perkembangan platform trading modern.
8 Jenis Pending Order Versi 2025 (Wajib Tahu!)
Secara umum ada 4 jenis utama pending order yang sudah ada sejak lama, tapi di tahun 2025, banyak platform trading sudah menyediakan varian lanjutan yang lebih canggih dan fleksibel. Total ada 8 jenis yang perlu kamu pahami untuk memaksimalkan strategi trading sebagai berikut:
1. Buy Limit
Ini adalah perintah beli di bawah harga pasar saat ini. Misalnya, Bitcoin sedang di harga $50,000, kamu bisa pasang buy limit di $48,000 karena yakin harga akan turun dulu sebelum naik lagi. Order ini cocok untuk strategi “buy the dip” atau menunggu pullback di trend naik.
2. Sell Limit
Kebalikan dari buy limit, ini adalah perintah jual di atas harga pasar saat ini untuk mengambil keuntungan. Jika kamu sudah hold saham di harga $100 dan yakin bisa naik ke $120, kamu bisa pasang sell limit di $120 untuk otomatis ambil profit.
3. Buy Stop
Perintah beli di atas harga pasar saat ini, biasanya digunakan untuk strategi breakout. Contoh, jika saham sedang sideways di $50 dan kamu yakin akan breakout ke atas, kamu bisa pasang buy stop di $52 untuk ikut momentum naik.
4. Sell Stop
Ini adalah stop loss klasik — perintah jual di bawah harga pasar untuk membatasi kerugian. Jika kamu beli saham di $100, kamu bisa pasang sell stop di $90 untuk otomatis cut loss jika harga turun.
5. Stop-Limit Order
Kombinasi antara stop order dan limit order yang memberikan kontrol lebih baik. Ketika harga mencapai stop price, order berubah menjadi limit order dengan harga yang sudah ditentukan. Ini mencegah eksekusi di harga yang terlalu buruk saat market volatile.
6. OCO (One Cancels the Other)
Fitur canggih yang memungkinkan kamu pasang dua order sekaligus — target profit dan stop loss. Ketika salah satu tereksekusi, yang lain otomatis dibatalkan. Sangat efektif untuk manajemen risiko otomatis.
7. Trailing Stop Order
Stop loss yang dinamis, bergerak mengikuti harga ketika menguntungkan tapi tetap di posisi ketika harga bergerak merugikan. Misalnya, kamu set trailing stop 5% di saham yang dibeli $100. Jika naik ke $120, stop loss otomatis naik ke $114.
8. Take Profit Order
Perintah untuk otomatis menutup posisi saat mencapai target keuntungan tertentu. Berbeda dengan sell limit, take profit biasanya digunakan untuk posisi yang sudah terbuka, bukan untuk membuka posisi baru.
Biar tidak cuma teori, sekarang kita lihat contoh nyata bagaimana pending order ini digunakan trader profesional — dan apa hasilnya dalam kondisi pasar yang sesungguhnya.
Studi Kasus Nyata: Dari Breakout Cuan Sampai Hindari Slippage
Beberapa skenario berikut menunjukkan bagaimana pending order bisa menjadi senjata yang sangat efektif dalam kondisi pasar nyata, berdasarkan pengalaman trader yang sudah membuktikan keefektifannya.
Kasus 1: Buy Stop Order untuk Breakout Strategy Seorang trader memantau saham BBCA yang sudah sideways di range $8,000-$8,200 selama 2 minggu. Alih-alih menunggu di depan chart, dia pasang buy stop di $8,250 dengan keyakinan bahwa breakout di atas resistance akan membawa harga ke $8,500. Ketika berita positif keluar pagi hari, harga langsung gap up dan ordernya tereksekusi di $8,250, kemudian naik ke $8,480 dalam sehari.
Kasus 2: Sell Limit untuk Hindari Slippage Trader cryptocurrency yang hold Ethereum di $2,000 memasang sell limit di $2,500 ketika melihat ada resistance kuat di level tersebut. Saat harga mencapai $2,500, ordernya langsung tereksekusi tanpa slippage, padahal 5 menit kemudian harga turun tajam ke $2,350 karena whale dumping. Tanpa sell limit, dia mungkin panik dan jual di harga yang lebih rendah.
Kasus 3: OCO Order untuk Manajemen Risiko Otomatis Trader forex yang open posisi EUR/USD di 1.1000 memasang OCO order: take profit di 1.1100 dan stop loss di 1.0950. Malam harinya, saat dia tidur, berita ekonomi AS keluar lebih baik dari ekspektasi, menyebabkan USD menguat dan EUR/USD turun. Stop loss-nya tereksekusi di 1.0950, membatasi kerugian hanya $50 per lot, sedangkan tanpa OCO, kerugiannya bisa mencapai $200 per lot.
Kasus 4: Gagal Pasang Pending Order = Boncos Karena Market Loncat Trader pemula yang tidak paham pending order hanya mengandalkan market order saat trading leverage. Ketika terjadi gap down di saham yang dia pegang, dia panik dan tidak bisa cut loss karena harga loncat terlalu jauh. Akibatnya, modal $10 juta habis dalam sekali trading karena tidak ada stop loss otomatis yang melindungi.
Dari studi kasus di atas, kamu bisa melihat bahwa penggunaan pending order yang tepat bisa membantu kamu meraih keuntungan lebih konsisten dan menghindari kerugian yang tidak perlu. Yuk kita bahas strategi lengkapnya sekarang!
Strategi Cuan & Manajemen Risiko Pakai Pending Order
Bukan hanya soal kapan membeli dan menjual, tapi pending order bisa membantu kamu membangun sistem trading yang terukur, disiplin, dan tidak dipengaruhi emosi yang sering kali menjadi biang kerok kerugian trading.
Kombinasi Pending Order dengan Analisis Teknikal Pending order akan lebih efektif ketika dikombinasikan dengan analisis teknikal yang solid. Gunakan level support dan resistance untuk menentukan harga buy limit dan sell limit agar keputusan entry kamu makin akurat. Manfaatkan indikator volume untuk memvalidasi kekuatan breakout sebelum memasang buy stop, terutama saat pasar sedang sideways dan rawan false breakout. Gunakan fibonacci retracement untuk membantu menentukan level take profit yang realistis berdasarkan pantulan harga sebelumnya.
Strategi Anti-Boncos di Platform Leverage Untuk trading dengan leverage, pending order bukan pilihan tapi keharusan. Selalu pasang stop loss sebelum membuka posisi, dan gunakan position sizing yang wajar (maksimal 2% dari modal per trade), seperti yang dibahas dalam strategi breakout berbasis MA200, agar kamu bisa bertahan saat volatilitas tiba-tiba meningkat.
Menghindari Overtrading dan FOMO Pending order bisa menjadi alat “rem otomatis” yang mencegah kamu trading secara impulsif. Dengan merencanakan entry dan exit point terlebih dahulu, kamu tidak akan tergoda untuk membuka posisi sembarangan ketika melihat pergerakan harga yang volatile. Buat rencana trading harian dengan maksimal 3-5 pending order untuk menjaga fokus.
Latihan di Akun Demo untuk Pemula Sebelum menggunakan pending order dengan uang sungguhan, sangat disarankan untuk berlatih di akun demo selama minimal 3 bulan. Pelajari karakteristik setiap jenis order, pahami bagaimana market bereaksi di berbagai kondisi, dan kembangkan strategi yang konsisten. Catat setiap trade dan evaluasi hasilnya secara berkala.
Tapi meskipun terdengar mudah dan menguntungkan, masih banyak trader yang melakukan kesalahan fatal saat menggunakan pending order. Bahkan dengan fitur otomatis ini, kamu tetap bisa mengalami kerugian jika tidak berhati-hati dengan jebakan-jebakan klasik berikut.
7 Kesalahan Umum Saat Gunakan Pending Order
Ini dia jebakan klasik yang sering terjadi dan membuat trader rugi padahal niatnya sudah baik menggunakan fitur pending order untuk melindungi modal dan memaksimalkan keuntungan.
1. Salah Pilih Jenis Order
Kesalahan paling umum adalah salah memilih jenis order. Misalnya, menggunakan buy limit padahal seharusnya buy stop untuk strategi breakout, atau sebaliknya. Akibatnya, order tidak tereksekusi di saat yang tepat atau malah tereksekusi di waktu yang salah dan menyebabkan kerugian.
2. Pasang Harga Terlalu Dekat dengan Harga Pasar
Banyak trader yang memasang pending order terlalu dekat dengan harga market karena tidak sabar menunggu. Akibatnya, order langsung tereksekusi karena volatilitas normal, padahal belum ada konfirmasi trend yang kuat. Berikan jarak minimal 1-2% dari harga pasar untuk menghindari noise.
3. Tidak Mengatur Expiry Time
Beberapa platform memungkinkan pending order aktif tanpa batas waktu. Ini berbahaya karena order bisa tereksekusi di saat yang tidak diinginkan, misalnya saat kondisi fundamental sudah berubah. Selalu atur expiry time maksimal 1-2 minggu untuk order jangka pendek.
4. Tidak Memasang Stop Loss
Kesalahan fatal yang sering terjadi adalah hanya memasang take profit tanpa stop loss. Ketika harga bergerak berlawanan, trader berharap harga akan kembali dan enggan cut loss. Akibatnya, kerugian membengkak dan bisa menghabiskan modal trading.
5. Overconfidence Tanpa Analisis
Beberapa trader merasa terlalu percaya diri dengan pending order dan memasang order tanpa analisis yang memadai. Mereka berpikir “toh sudah pakai stop loss, aman”, padahal tanpa analisis yang benar, kemungkinan loss tetap lebih besar daripada profit.
6. Tidak Memahami Fitur Platform
Setiap platform trading memiliki fitur dan batasan yang berbeda. Beberapa platform pemula tidak mendukung OCO atau trailing stop, sementara yang lain memiliki minimum order size yang tinggi. Pastikan kamu memahami semua fitur dan keterbatasan platform yang digunakan.
7. Tidak Mengecek Likuiditas Aset
Memasang pending order di aset yang likuiditasnya rendah bisa membuat order pending selamanya atau tereksekusi di harga yang sangat buruk karena spread yang lebar. Selalu pilih aset dengan volume trading yang cukup tinggi dan spread yang wajar.
Biar kamu tidak jatuh ke dalam jebakan yang sama seperti ribuan trader lainnya, yuk simpulkan semua poin penting yang sudah kita bahas agar kamu bisa menggunakan pending order dengan optimal dan menguntungkan.
Kesimpulan: Pending Order Itu Kunci Trading yang Cerdas
Pending order bukan sekadar fitur tambahan atau kemewahan dalam platform trading, tapi sudah menjadi kebutuhan dasar bagi siapa saja yang serius ingin meraih keuntungan konsisten dari trading. Dengan memahami dan menggunakan fitur ini dengan tepat, kamu bisa trading lebih profesional, disiplin, dan terhindar dari kerugian yang disebabkan oleh emosi atau ketidaksiapan.
Dari 8 jenis pending order yang telah kita bahas, masing-masing memiliki fungsi dan kegunaan spesifik yang bisa disesuaikan dengan strategi trading kamu. Mulai dari buy limit untuk menunggu harga turun, sell limit untuk ambil profit, hingga OCO dan trailing stop untuk manajemen risiko otomatis yang lebih canggih.
Kunci sukses menggunakan pending order terletak pada kombinasi antara pemahaman teknikal yang solid, manajemen risiko yang ketat, dan disiplin dalam mengikuti rencana trading. Hindari kesalahan-kesalahan umum yang sudah kita bahas, dan selalu ingat bahwa tidak ada strategi trading yang 100% akurat.
Jadikan pending order sebagai partner dalam perencanaan trading kamu, bukan sebagai jaminan profit. Dengan latihan yang cukup dan pengalaman yang terus bertambah, kamu akan bisa memanfaatkan fitur ini untuk membangun sistem trading yang menguntungkan dan berkelanjutan.
Itulah informasi menarik tentang “Pending Order” yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
1. Apa itu pending order?
Pending order adalah perintah beli atau jual aset secara otomatis di harga tertentu yang ditentukan lebih dulu, bukan harga pasar saat ini. Order ini akan tereksekusi ketika harga mencapai level yang sudah kamu tentukan sebelumnya.
2. Apa perbedaan pending order dan market order?
Market order langsung dieksekusi di harga pasar saat ini dengan jaminan eksekusi tapi tanpa kontrol harga. Sedangkan pending order menunggu harga tertentu dengan kontrol penuh terhadap harga tapi tidak menjamin eksekusi.
3. Apakah pending order tersedia di semua platform?
Tidak semua platform mendukung pending order. Beberapa platform pemula atau broker kecil hanya menyediakan market order. Pastikan kamu memilih platform yang mendukung berbagai jenis pending order sesuai kebutuhan strategi trading kamu.
4. Apa fungsi OCO dan Trailing Stop?
OCO (One Cancels the Other) memungkinkan kamu memasang target profit dan stop loss secara bersamaan, ketika salah satu tereksekusi maka yang lain otomatis dibatalkan. Trailing Stop adalah stop loss dinamis yang bergerak mengikuti harga ketika menguntungkan tapi tetap di posisi saat harga bergerak merugikan.
5. Kenapa order saya pending terus dan tidak tereksekusi?
Ada beberapa kemungkinan: harga belum menyentuh level yang ditentukan, volume trading tidak mencukupi untuk matching order, kamu salah input harga atau jenis order, atau likuiditas aset terlalu rendah. Cek kembali semua parameter order dan kondisi pasar saat itu.