Quiet Quitting Bisa Gagalin Cuan? Ini Jalan Keluarnya!
icon search
icon search

Top Performers

Quiet Quitting Bisa Gagalin Cuan? Ini Jalan Keluarnya!

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

Quiet Quitting Bisa Gagalin Cuan? Ini Jalan Keluarnya!

Quiet Quitting Bisa Gagalin Cuan? Ini Jalan Keluarnya!

Daftar Isi

Ketika Kerja Diam-diam Bikin Dompet Meringis

 

Kamu pernah merasa lelah dengan rutinitas kerja yang monoton? Atau mungkin frustrasi karena upaya ekstra kamu jarang diapresiasi? Quiet quitting kini jadi jalan tengah buat banyak orang yang lelah menghadapi tekanan kerja berlebihan. Fenomena ini memang terdengar menarik bayangkan bisa kerja tanpa harus menguras energi mental dan fisik secara berlebihan.

Tapi tunggu dulu. Di balik keputusan untuk “kerja secukupnya” ini, ada ancaman finansial yang bisa mengintai tanpa kamu sadari. Banyak yang tidak menyadari bahwa quiet quitting, meski terasa nyaman di awal, bisa berpotensi membuat arus cuan kamu macet dalam jangka panjang.

Artikel ini akan membahas secara mendalam kenapa fenomena quiet quitting bisa berdampak pada stabilitas finansial kamu, dan yang lebih penting bagaimana strategi cerdas untuk keluar dari jeratnya tanpa harus kembali ke pola kerja yang melelahkan. Mari kita bahas tuntas mulai dari akar masalahnya hingga solusi praktis yang bisa kamu terapkan.

 

Quiet Quitting Itu Apa Sih, dan Kenapa Jadi Tren?

 

Istilah quiet quitting memang kedengarannya seperti kamu resign diam-diam dari perusahaan. Padahal, quiet quitting bukan berarti kamu berhenti kerja atau mengundurkan diri. Justru kamu masih tetap bekerja seperti biasa hanya saja tanpa antusiasme ekstra yang biasanya kamu berikan. Lalu kenapa hal ini makin sering dibahas dan jadi trending topic di media sosial?

Quiet quitting adalah kondisi di mana kamu memilih untuk bekerja strictly sesuai dengan job description tanpa mengambil inisiatif tambahan, lembur berlebihan, atau terlibat dalam proyek-proyek yang sebenarnya bukan tanggung jawab utama kamu. Menurut penelitian Gallup, fenomena ini sebenarnya sudah ada sejak lama, namun istilahnya baru populer pasca-pandemi ketika banyak pekerja mulai mempertanyakan work-life balance mereka.

Ciri-ciri kamu sedang quiet quitting antara lain: enggan ambil tugas tambahan di luar job desc, tidak antusias saat meeting, menghindari komunikasi berlebihan dengan atasan, dan yang paling kentara kamu kerja hanya untuk memenuhi kewajiban minimal. Bukan berarti kamu jadi pekerja yang buruk, tapi kamu memilih untuk tidak “lebih” dari yang seharusnya.

Alasan utama mengapa Gen Z dan milenial banyak yang memilih jalur ini cukup beragam. Burnout akibat beban kerja berlebihan jadi faktor utama, diikuti dengan minimnya apresiasi dari perusahaan, gaji yang stagnan meski tanggung jawab bertambah, dan kesadaran akan pentingnya work-life balance. Ditambah lagi, pandemi COVID-19 memberikan perspektif baru tentang prioritas hidup banyak yang sadar bahwa hidup bukan hanya soal kerja.

Bahkan menurut laporan Gallup tahun 2023, hanya 23% pekerja global yang benar-benar merasa engaged atau terlibat secara emosional dengan pekerjaan mereka. Artinya, mayoritas karyawan di seluruh dunia sedang berada di fase disengaged dan ini menjadi indikasi kuat bahwa quiet quitting bukan sekadar tren sesaat, tapi cerminan krisis keterlibatan kerja secara global.

Fenomena ini memang terlihat sederhana di permukaan, tapi diam-diam telah menggeser cara pandang fundamental tentang arti kerja dan hubungannya dengan penghasilan. Kamu mungkin merasa lebih tenang dengan pendekatan ini, tapi apakah dampak jangka panjangnya sudah kamu pertimbangkan dengan matang?

 

Efek Quiet Quitting ke Karier dan Dompet Kamu

 

Meski quiet quitting terasa seperti solusi ideal untuk menjaga keseimbangan hidup, perlu kamu sadari bahwa pendekatan ini bisa membawa efek jangka panjang yang cukup signifikan terhadap kestabilan finansial kamu. Mari kita bedah satu per satu dampaknya.

Ketika kamu memilih untuk bekerja secukupnya tanpa inisiatif tambahan, karier kamu cenderung akan stagnan. Promosi dan kenaikan gaji biasanya diberikan kepada karyawan yang menunjukkan dedikasi tinggi, mengambil tanggung jawab ekstra, dan berkontribusi lebih dari job description mereka. Dengan quiet quitting, kamu secara tidak langsung menutup peluang-peluang advancement tersebut.

Selain itu, kesempatan untuk terlibat dalam proyek-proyek strategis atau mendapat skill baru juga akan terbatas. Biasanya, proyek-proyek dengan visibilitas tinggi dan potensi learning yang besar diberikan kepada karyawan yang proaktif. Padahal, pengalaman dan skill baru ini yang sebenarnya jadi investasi jangka panjang untuk karier kamu.

Yang lebih mengkhawatirkan, saat perusahaan melakukan efisiensi atau restructuring, karyawan yang dianggap “tidak essential” atau kurang engaged biasanya jadi target pertama untuk dilepas. Quiet quitting bisa menempatkan kamu dalam zona risiko tinggi saat situasi ekonomi perusahaan kurang stabil.

Efek domino dari stagnansi karier ini akan langsung terasa pada gaya hidup kamu. Dengan penghasilan yang stagnan sementara inflasi terus naik, daya beli kamu akan menurun secara perlahan. Cicilan rumah, kendaraan, atau komitmen finansial lainnya bisa jadi beban yang semakin berat. Belum lagi, kemampuan untuk menabung dan membangun dana darurat juga akan terhambat.

Dalam konteks yang lebih luas, quiet quitting tanpa perencanaan finansial yang matang bisa membuat kamu terjebak dalam apa yang disebut “financial mediocrity” kondisi di mana penghasilan kamu cukup untuk hidup hari ini, tapi tidak cukup untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Kalau quiet quitting dilakukan tanpa rencana jangka panjang yang jelas, kamu bisa terjebak dalam zona nyaman yang sebenarnya menggerus potensi masa depan finansial kamu. Pertanyaannya sekarang: apakah ada cara untuk tetap menjaga work-life balance tanpa mengorbankan stabilitas finansial?

 

Dari Quiet Quitting ke Financial Independence: Bisa Gak Sih?

 

Kabar baiknya, kalau kamu sedang dalam fase quiet quitting tapi tetap ingin menjaga arus cuan tetap deras, ada pendekatan lain yang jauh lebih strategis. Kamu bisa mengubah mindset dari “kerja secukupnya” menjadi “bangun jalur penghasilan alternatif” yang tidak tergantung sepenuhnya pada pekerjaan utama kamu.

Konsep financial independence with minimal effort ini bukan berarti kamu jadi malas, tapi lebih ke arah kerja cerdas dan efisien. Alih-alih menghabiskan energi ekstra untuk perusahaan yang mungkin tidak menghargai usaha kamu, kenapa tidak fokus membangun aset dan sumber penghasilan yang bekerja untuk kamu?

Langkah pertama yang bisa kamu ambil adalah memperdalam literasi finansial. Banyak orang yang quiet quitting justru punya waktu lebih untuk belajar tentang investasi, perencanaan keuangan, dan strategi membangun wealth. Manfaatkan waktu yang sebelumnya kamu habiskan untuk lembur atau proyek tambahan untuk mengikuti webinar finansial, membaca buku investasi, atau mengikuti kursus online tentang money management.

Setelah memahami dasar-dasar finansial, kamu bisa mulai investasi dengan nominal kecil tapi konsisten. Metode Dollar Cost Averaging (DCA) sangat cocok untuk pemula kamu bisa mulai investasi rutin bulanan ke reksa dana, emas digital, atau bahkan investasi crypto dengan nominal yang terjangkau. Yang penting konsistensi, bukan besarnya nominal.

Selain investasi, kamu juga bisa memanfaatkan keahlian yang sudah kamu punya untuk membuka peluang penghasilan sampingan. Freelance writing, graphic design, consulting, atau bahkan menjual produk digital bisa jadi side hustle yang menguntungkan. Era digital memberikan banyak sekali peluang untuk monetisasi skill tanpa harus meninggalkan pekerjaan utama.

Platform-platform seperti Upwork, Fiverr, atau bahkan media sosial bisa jadi sarana untuk memasarkan jasa kamu. Yang menarik, penghasilan dari side hustle ini seringkali bisa lebih fleksibel dan bahkan lebih besar daripada gaji bulanan, tergantung seberapa serius kamu menjalaninya.

Dengan perencanaan yang matang dan eksekusi yang konsisten, kamu bisa mengubah fase quiet quitting menjadi momentum untuk membangun kemandirian finansial yang jauh lebih sehat dan sustainable. Kuncinya ada pada diversifikasi sumber penghasilan dan investasi jangka panjang.

 

Masih seputar topik ini, simak juga: Apa Itu Financial Freedom? Ini Cara Mencapainya Dengan Kripto

 

Quiet Quitting & Dunia Kripto: Jalan Sunyi atau Solusi?

 

Menariknya, beberapa orang yang memilih jalur quiet quitting justru menemukan potensi cuan yang menjanjikan di dunia cryptocurrency dan Web3. Bukan hanya sekadar trading Bitcoin atau Ethereum, tapi juga terlibat dalam ekosistem blockchain yang lebih luas. Apakah ini bisa jadi solusi alternatif?

Banyak cerita inspiratif dari eks-karyawan corporate yang memutuskan untuk terjun full-time ke dunia crypto trading. Mereka memanfaatkan volatilitas pasar untuk mendapatkan profit yang kadang jauh melebihi gaji bulanan mereka. Tentu saja, ini bukan jalan yang mudah dan membutuhkan dedikasi tinggi untuk belajar analisis teknikal dan fundamental.

Yang lebih menarik lagi adalah konsep Decentralized Autonomous Organization (DAO) yang menawarkan struktur kerja tanpa hierarki tradisional. Dalam DAO, kamu bisa berkontribusi sesuai keahlian kamu dan mendapat reward dalam bentuk token atau cryptocurrency. Sistem ini sangat cocok bagi mereka yang anti dengan budaya hustle corporate namun tetap ingin produktif dan mendapat penghasilan.

Selain trading dan berkontribusi di DAO, ada juga peluang penghasilan pasif melalui staking, yield farming, atau bahkan investasi NFT. Staking memungkinkan kamu mendapat reward hanya dengan “mengunci” cryptocurrency tertentu dalam jangka waktu tertentu. Sementara yield farming memberikan return dari likuiditas yang kamu sediakan di platform DeFi (Decentralized Finance).

Namun, penting untuk diingat bahwa dunia kripto juga penuh dengan risiko. Volatilitas yang tinggi bisa membuat portfolio kamu mengalami penurunan drastis dalam waktu singkat. Kasus-kasus scam, rug pull, dan hack juga masih sering terjadi di ekosistem crypto. Oleh karena itu, edukasi yang mendalam dan manajemen risiko yang baik sangat diperlukan.

Untuk pemula, mulailah dengan nominal kecil dan fokus pada cryptocurrency yang sudah established seperti Bitcoin dan Ethereum. Pelajari fundamentalnya terlebih dahulu sebelum terjun ke altcoin atau proyek-proyek eksperimental. Gunakan platform yang sudah terpercaya dan selalu aktifkan fitur keamanan berlapis.

Kripto memang bukan pelarian instan dari masalah finansial, tapi bisa jadi solusi alternatif yang menarik kalau kamu mau belajar secara bertahap dan memahami risikonya dengan baik. Yang terpenting, jangan pernah investasikan uang yang kamu tidak mampu untuk kehilangan.

 

Jalan Keluar: Strategi Biar Tetap Waras & Tetap Cuan

 

Kalau kamu sudah terlanjur berada dalam fase quiet quitting, jangan khawatir—ini bukan akhir dari segalanya. Justru ini bisa jadi titik balik untuk menyusun strategi yang lebih cerdas agar mental kamu tetap sehat dan kondisi finansial kamu tetap stabil atau bahkan meningkat.

Langkah pertama yang perlu kamu lakukan adalah evaluasi menyeluruh terhadap situasi kamu saat ini. Bandingkan antara kondisi pekerjaan sekarang dengan harapan masa depan kamu. Apakah gap-nya terlalu besar? Atau mungkin ada aspek-aspek dari pekerjaan current yang sebenarnya masih bisa kamu optimalkan tanpa harus kembali ke pola workaholic?

Coba diskusikan dengan atasan kamu tentang kemungkinan sistem kerja yang lebih fleksibel. Mungkin kamu bisa negosiasi untuk work from home beberapa hari dalam seminggu, atau mengatur jadwal kerja yang lebih fleksibel. Kadang, yang kamu butuhkan bukan completely quiet quitting, tapi penyesuaian terhadap cara kerja yang lebih sustainable.

Selama proses tersebut, mulailah membangun portofolio digital dan skill set yang relevan dengan perkembangan zaman. Pelajari skill-skill yang sedang in-demand seperti digital marketing, data analysis, content creation, atau bahkan basic coding. Investasi waktu untuk upskilling ini akan sangat berharga untuk jangka panjang.

Manfaatkan platform edukasi online untuk memperdalam pengetahuan finansial kamu. Ikuti webinar, workshop, atau kursus online tentang investasi, perencanaan keuangan, dan wealth building. Semakin baik pemahaman kamu tentang uang, semakin mudah kamu mengelola dan mengembangkannya.

Jangan lupa untuk mulai membangun dana darut yang solid. Target idealnya adalah dana darurat setara dengan 6-12 bulan pengeluaran bulanan kamu. Ini akan memberikan rasa aman dan fleksibilitas untuk mengambil keputusan karier yang lebih berani di masa depan.

Terakhir, pertimbangkan untuk bergabung dengan komunitas atau network yang sejalan dengan nilai dan aspirasi kamu. Kadang, lingkungan yang supportive bisa memberikan motivasi dan insight baru yang tidak kamu dapatkan dari lingkungan kerja saat ini.

Quiet quitting sebenarnya bukan akhir dari produktivitas kamu. Justru ini bisa menjadi titik awal untuk hidup yang lebih mindful di mana kamu lebih selektif dalam menggunakan energi dan lebih strategis dalam membangun masa depan. Yang terpenting, kamu tetap bisa cuan dengan cara yang lebih sehat dan sustainable.

 

Kesimpulan

 

Quiet quitting memang menawarkan kenyamanan psikologis di tengah tekanan dunia kerja yang semakin intens. Kamu bisa merasa lebih tenang, work-life balance lebih terjaga, dan stress level berkurang signifikan. Namun, kenyamanan ini datang dengan harga yang perlu kamu pertimbangkan dengan matang.

Stagnansi karier, terbatasnya peluang pengembangan diri, dan potensi risiko finansial jangka panjang adalah konsekuensi yang tidak bisa diabaikan. Tanpa strategi yang tepat, quiet quitting bisa menjadi jebakan zona nyaman yang justru menghambat pertumbuhan personal dan profesional kamu.

Kabar baiknya, kamu tidak harus memilih antara kewarasan mental atau stabilitas finansial. Dengan pendekatan yang lebih strategis, kamu bisa membangun kemandirian finansial melalui diversifikasi penghasilan, investasi yang cerdas, dan pengembangan skill yang relevan dengan perkembangan zaman.

Dunia digital dan cryptocurrency memberikan peluang-peluang baru yang tidak tersedia bagi generasi sebelumnya. Manfaatkan teknologi dan platform digital untuk menciptakan multiple streams of income yang tidak tergantung sepenuhnya pada pekerjaan tradisional.

Yang terpenting, ingatlah bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang konsisten. Mulai dari edukasi finansial, investasi nominal kecil, membangun emergency fund, hingga mengembangkan side hustle semua ini bisa kamu lakukan secara bertahap tanpa harus mengorbankan work-life balance yang sudah kamu jaga.

Quiet quitting bukan akhir dari journey profesional kamu, tapi bisa jadi awal dari babak baru yang lebih mindful dan strategis. Dengan perencanaan yang matang dan eksekusi yang konsisten, kamu tetap bisa bilang “cukup” pada sistem kerja yang toxic tanpa harus bilang “cukup” pada potensi finansial dan pertumbuhan personal kamu.

 

Itulah informasi menarik tentang “Quiet Quitting” yang  bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.

 

Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.

Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.

Follow Sosmed Twitter Indodax sekarang

Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram

 

 

FAQ

 

1. Quiet quitting itu artinya apa sih?

Quiet quitting adalah kondisi di mana kamu tetap bekerja sesuai job description, tapi tidak mengambil tugas tambahan atau menunjukkan inisiatif ekstra. Ini biasanya terjadi karena burnout, minimnya apresiasi, atau keinginan untuk menjaga work-life balance. Bukan berarti kamu resign, tapi lebih ke “kerja secukupnya” tanpa over-commitment.

2. Apakah quiet quitting bisa bikin kamu rugi secara finansial?

Bisa banget. Tanpa perencanaan finansial yang matang, quiet quitting bisa menyebabkan stagnansi karier, terbatasnya peluang promosi dan kenaikan gaji, serta potensi risiko saat perusahaan melakukan efisiensi. Dalam jangka panjang, hal ini bisa menghambat pertumbuhan wealth kamu.

3. Bisa gak quiet quitting sambil tetap mempertahankan penghasilan yang stabil?

Tentu saja bisa! Kuncinya adalah diversifikasi sumber penghasilan melalui side hustle, investasi yang konsisten, dan pengembangan skill yang marketable. Manfaatkan waktu yang sebelumnya kamu habiskan untuk lembur atau proyek tambahan untuk membangun alternative income streams.

4. Kenapa cryptocurrency cocok untuk orang yang sedang quiet quitting?

Dunia kripto menawarkan fleksibilitas waktu, potensi penghasilan pasif melalui staking atau yield farming, dan struktur kerja alternatif seperti DAO yang tidak memiliki hierarki tradisional. Selain itu, kripto bisa jadi sarana edukasi finansial digital yang berguna untuk masa depan.

5. Bagaimana cara mulai investasi kalau gaji pas-pasan karena quiet quitting?

Mulai dengan nominal kecil tapi konsisten. Gunakan metode Dollar Cost Averaging (DCA) dengan investasi rutin bulanan ke reksa dana, emas digital, atau cryptocurrency. Yang penting bukan besarnya nominal, tapi konsistensi dan lamanya waktu investasi.

6. Apakah quiet quitting bisa membantu work-life balance tanpa merugikan karier?

Bisa, asalkan kamu tetap maintain performa yang baik dan mencari cara untuk berkembang di luar pekerjaan utama. Fokus pada pengembangan skill yang relevan, building network, dan menciptakan value di area lain yang bisa mendukung pertumbuhan karier jangka panjang.

 

 

Author: RB

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
  

Lebih Banyak dari Tutorial

Koin Baru dalam Blok

Pelajaran Dasar

Calculate Staking Rewards with INDODAX earn

Select an option
dot Polkadot 10.66%
bnb BNB 0.4%
sol Solana 5.37%
eth Ethereum 1.84%
ada Cardano 1.53%
pol Polygon Ecosystem Token 1.96%
trx Tron 2.39%
DOT
0
Berdasarkan harga & APY saat ini
Stake Now

Pasar

Nama Harga 24H Chg
KOK/IDR
Kok
3
50%
KUNCI/IDR
Kunci Coin
4
33.33%
TAIKO/IDR
Taiko
8.275
26.22%
ZORA/IDR
ZORA
1.440
25.43%
PENDLE/IDR
Pendle
89.950
24.93%
Nama Harga 24H Chg
TOKO/IDR
Tokoin
3
-25%
LEVER/IDR
LeverFi
3
-25%
CBG/IDR
Chainbing
43
-20.37%
CNG/IDR
CoinNaviga
79.001
-19.96%
PROM/IDR
Prom
125.616
-17.03%
Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

Donchian Channel: Rahasia Cuan Saat Market Breakout!

Breakout Itu Mahal, Apalagi Kalau Ketinggalan Pernah nggak sih kamu

Bing AI vs ChatGPT: Mana Lebih Cocok Buat Analisis Pasar?

Kalau kamu sering melakukan riset market kripto dan analisis pergerakan

You.com AI: Mesin Pencari yang Bisa Ngobrol & Bikin Gambar?

Selama ini, kamu mungkin terbiasa menggunakan mesin pencari untuk sekadar